Pages

Senin, 22 Juli 2013

Review : Mahogany Hills oleh Tia Widiana


Judul: Mahogany Hills

Pengarang : Tia Widiana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 344 halaman
Diterbitkan pertama kali : 23 Mei 2013
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Drama, Contemporer
Bahasa : Indonesia

Kepemilikan : Punya sendiri


Order di : Gramedia Bukukita, Bukabuku

Sinopsis

 

Jagad Arya dan Paras Ayunda mendapatkan kehidupan yang mungkin diharapkan oleh semua pasangan pengantin baru. Segera setelah menikah, mereka tinggal di rumah bernama Mahogany Hills, di pelosok pegunungan Sukabumi yang sejuk dan indah.

Yang membedakan Jagad dan Paras dengan pasangan pengantin lainnya adalah mereka menikah bukan karena cinta. Baik Jagad maupun Paras punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan bercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapkan—semua itu senantiasa menggelayuti Mahogany Hills.

Dengan caranya masing-masing, Jagad dan Paras berjuang untuk menghadapi satu pertanyaan yang pada suatu titik harus mereka jawab: Sanggupkah mereka bertahan dalam pernikahan yang tak sempurna itu?

Review



Hari itu, grup BBI di Facebook sedang riuh. Apa pasal? Ouw, ternyata bapak peri kami yang baik hati, Dion Yulianto (Baca Biar Beken) , sedang bagi - bagi buku dari Gramedia Pustaka Utama ! Untuk direview tentunya. Saya yang melihat daftar novel yang ditawarkan Dion agak bingung. Karena sudah punya Seraphina dan ga terlalu tertarik sama novel Murakami ataupun Rantau 1 Muara. Novel Follow @MerryRiana juga kayaknya kok ga menarik, lagi males baca novel motivasi soalnya. Yoweslah, pilihan saya jatuh pada Mahogany Hills, yang juara 1 Lomba Amore. Wow, juara 1. Pasti bagus sampai juri memilihnya. Baca sinopsisnya, hmmm, standar Amore lah yaa. Full drama pasti, apalagi katanya Amore itu Harlequin versi Indonesia. Covernya? Oooh, catchy! Kertasnya juga saya suka. Maka, setelah bukunya datang ke kantor (dan orang kantor as usual selalu bilang "ada paket bom nih buat mbak"), saya pun membacanya.

Is Mahogany Hills fulfill my expectation? Sadly, NO.

Apa sih isi cerita Mahogany Hills? Seperti yang sudah dijabarkan di sinopsis, cerita tentang pernikahan yang tak ada cinta antara Jagad Arya dan Paras Ayunda. Jagad yang tipikal cowo bossy dan alphahole mati - matian menyangkal perasaannya pada Paras yang bak priyayi, begitu sabar dan telaten dalam menghadapi sikap Jagad yang semena - mena. Seolah belum cukup dengan itu, Jagad bahkan masih berhubungan dengan mantan pacarnya, Nadia yang memang di novel - novel seperti ini, entah kenapa juga tipikal sifatnya. Nadia membujuk Jagad untuk menceraikan istrinya, sementara Paras masih saja bersabar menghadapi kelakuan Jagad. Sampai akhirnya terjadi hal - hal yang membuat Paras tidak tahan lagi dan di saat itulah Jagad menyadari kesalahannya.

Simple kan ceritanya? Lalu kenapa saya bisa tidak suka?

Seorang teman pernah mengatakan, ide yang klise asal penjabarannya berbeda dan kreatif, akan menhasilkan sesuatu yang walau tidak baru tapi tetap menarik. Yes, there's nothing new under the sun. Pembaca yang hobinya baca Harlequin, ataupun genre romance pada umumnya, akan melihat bahwa apa yang ditawarkan Mahogany Hills tidak ada yang baru. Saya sendiri melihat, kalau gaya penulisan Tia itu bagus. Mengalir dan enak dibaca. Saya ga ngerti masalah diksi dan tetek bengek lainnya (EYD, dll), tapi saya tahu gaya menulis yang enak dibaca itu kayak gimana. Sayangnya, dalam banyak hal, dia gagal dalam mengeksekusi novelnya sendiri.

Pertama, dari segi karakterisasi. Oh, sooooo typical! Paras diceritakan sangat sabar, lulusan S2 di London (lulusan Cambridge), bisa masak, kaya, mengurus rumah, cantik, dan lain - lain. Tidak butuh banyak bab bagi saya untuk mengkategorikan Paras ini dalam kategori "Mary Sue". Terlalu sempurna, sampai nyaris tak ada cela, membuat saya sulit bersimpati untuknya. Apalagi awalnya sikap Paras bak damsel in distress, seperti tidak punya nyali untuk melawan Jagad yang semena - mena. Sehingga, saat dia menunjukkan tajinya, sudah habis simpati saya buat Paras.

Lalu Jagad, hmmm tipikal juga. Tipikal cowok brengsek, yang akhirnya dibuat menyadari kesalahannya sendiri. Duh, sama sekali ga ada yang baru. Cuma bikin saya pengen menendang dia aja, lol! Lalu, yang saya tidak habis pikir, kenapa oooh kenapaaa, kalau tokoh saingan si cewek, selalu digambarkan skanky, bitchy dan evil? Nadia disini diceritakan yang oooh, sangat jahat hatinya, urakan, mempermainkan hati lelaki dan lain sebagainya. Saya tahu, Tia ingin kita simpati sama Paras, ingin merasakan kesedihan hatinya. Tapi tema ini sudah sering dipakai sampai karatan. Bosaaan. Kenapa tidak membuat kisah mantan pacar yang berbeda. Misal nih,

Misalkan :
" Nadia ternyata kena sakit parah, hingga terpaksa membatalkan pernikahan Jagad dengannya. Hal ini membuat Jagad berlaku dingin pada Paras. Itu karena Jagad ingin berada di samping Nadia. di saat - saat terakhirnya. Paras yang mengetahui hal itu, akhirnya memaklumi sikap Jagad, dan bersama suaminya, menemani Nadia, dan bahkan menghibur Jagad saat gadis itu akhirnya meninggal"

Oke, ini sih cuma ide saya aja yah, dan saya juga tahu itu typical. Tapi masih lebih tidak sinetron sekali ketimbang mantan pacar yang jahat dan bisa ditebak sikapnya. Atau bikin saja si Nadia ini baik hatinya ma Paras, dan tidak suka sama sikap Jagad juga. Tapi, hei, ini novel Tia, bukan novel saya :P.

Kemudian, karakter sampingan yang kesannya semua numpang lewat. Tidak ada perkembangan lebih lanjut, padahal saya ingin lebih melihat teman - teman Jagad bisa membantu Paras dalam menghadapi suaminya. Bahkan plot mantan pacar Paras  , Adrian yang psycho dan abusive juga seakan numpang lewat. Dan, ya, bagian cerita inilah yang nantinya membuat saya jadi tidak menyukai novel ini. Silakan baca box spoiler di bawah ini :

Spoiler :
Paras yang kedatangan Adrian, mantannya yang psycho itu harus menerima kenyataan kalau Adrian marah ketika tahu Paras sudah menikah. Adrian lalu menyerang Paras, sehingga gadis itu terluka. Bahkan hendak memperkosa Paras. Jagad yang kemudian datang ke Mahogany Hills  memergoki mereka dan mengusir Adrian. Sayangnya, alih - alih bersikap sebagai lelaki yang memang bener lelaki, dimana kalau lelaki biasa bakalan menghibur Paras karena gadis itu shock setelah diserang, Jagad yang termakan emosi dan nafsunya sendiri. akhirnya gelap mata dan memperkosa Paras.

Oke, dia itu suaminya, dan jelas punya hak yah menggauli istrinya (aduh bahasanya X) ). Tapi bagi saya, itu pemerkosaan, pemaksaan kehendak. Dan saya paling, paling BENCI dengan tema seperti ini. Bahkan Paras juga bilang itu pemerkosaan. Tapi, langsung mafhum karena Jagad butuh pelampiasan. Saya cuma, he? Ini Paras beneran lulusan S2 ga sih? Di luar negeri pula, dimana feminisme cukup kuat. Saya ga habis pikir kenapa Tia memasukkan plot pemerkosaan di novelnya. Maksud saya, ini novel jaman sekarang. Kalau dibuat pas jaman novelnya Mira W atau Marga T, atau bahkan Johanna Lindsey di era 80-an dengan tema bodice rippernya yang terkenal, yah masih relevan. Tapi, setting novel ini kan abad 21. Baik Jagad maupun Paras juga berpendidikan ya. Paras juga setelah itu malah diam saja, seolah membenarkan. Ehm, ini Komnas Pembelaan Perempuan jadinya nganggur aja dong kerjanya , kalau semua perempuan diem aja abis dikasari suaminya. Dan oh, ya, saya juga tidak mengerti dimana romantisnya plot pemerkosaan ini. Because, even it's done by your husband, yang namanya pemerkosaan tetap hal yang paling buruk!

Belum cukup dengan apa yang telah saya jabarkan di atas, Tia menambah lagi plot yang semakin menguatkan anggapan saya kalau tema Mahogany Hills ini mirip cerita sinetron. Suka nonton sinetron? Pasti bakal tahu dong ya plot yang sering dipakai, yaitu *drum roll please*, AMNESIA! Dalam rangka mendekatkan kembali Jagad dan Paras, maka digunakanlah plot amnesia ini, yang membuat saya geli dan berpikir "seperti tidak ada ide lain saja". Padahal menurut saya, ide tentang mantan Paras itu masih bisa dikembangkan lagi. Misal nih,

Misal ya:
"si Adrian kembali meneror Paras. Sehingga naluri melindungi Jagad pun timbul, dia ingin melindungi Paras yang perlahan dicintainya dan menyesali perbuatannya dulu. Mereka lalu bahu membahu menjebak Adrian, agar lelaki itu tidak meneror Paras lagi".

Oke, ini kedengarannya kayak novel suspense, dan memang agak - agak mirip Heartbreakernya Linda Howard. Tapi lebih bagus memakai plot yang sudah ada ketimbang memasukkan plot baru, sehingga kesannya plot yang ada tidak tumpang tindih. Oh ya, saya juga menyesalkan minimnya peran orang tua di novel ini. Dan juga sikap Paras yang kurang terbuka saat ibunya menelepon. Mungkin karena saya deket sama ibu, sehingga kalau ada apa - apa misalnya kabar hamil atau sakit, saya langsung ngomong aja (bahkan kalau dianiaya suami, ya akan ngomong. Syukurlah, sampai sekarang saya dan suami sih baik- baik aja ^_^). Padahal, jika peran ortu ini dikembangkan lagi, bukan tidak mungkin plot amnesia itu juga tidak dibutuhkan.

Apakah novel ini tidak ada kelebihannya? Ada kok. Seperti yang saya bilang di awal, gaya menulis Tia sudah bagus dan enak dibaca. Caranya menyampaikan emosi karakternya pada pembaca juga sudah bagus, sayang terhambat sama karakterisasi yang typical dan plot ala sinetron. Namun bukan berarti tidak ada cela. Di awal - awal novel, Tia terlalu bertele - tele dan cukup kontradiktif dalam menjabarkan beberapa hal. Seperti bagian saat Paras pertama datang ke Sukabumi, dia melihat sayur mayur di kebun yang dilewati mobil Jagad. Paras bilang tidak pernah melihat sayur-sayuran itu sebelumnya, tapi dia bisa tahu namanya. He? Kalau saya sih, ga tahu ya beneran ga tahu aja gitu. Bukannya tiba - tiba tahu. Dan, ya masih banyak lagi sebenarnya. Epilog yang dibuat Tia, walau manis, saya merasa tidak nyambung dengan akhir cerita yang terkesan "gampang".

Saya tahu, ini novel debut Tia, dan mungkin saya kecewa, karena mengingat ini novel juara 1 lomba, saya mengharap sesuatu yang lebih tentunya. Yah, mungkin juga selera saya ga sama dengan para juri lomba dan pembaca kebanyakan, atau simply Amore books is not my cup of tea, meskipun saya itu fans romance garis keras. Saran saya buat Tia sih, lebih banyak membaca buku romance yang lain, sehingga memperkaya tema yang nantinya akan dibuat untuk novel selanjutnya (jika ada). Bahkan Harlequin yang asli, walau temanya ya itu - itu aja, tapi beberapa punya diceritakan dengan bagus, tidak yang ala sinetron sekali. Selain itu, cobalah menulis  buku genre romance, tapi dicampur genre lain, misalnya suspense. Atau dengan tema psikologi yang kental.

Jika kamu sebelumnya suka baca Amore, maka silakan baca Mahogany Hills. Jika kamu penggemar romance, tapi ada tema yang menurut kamu sensitif dan membuat tidak nyaman (seperti yang saya taruh di spoiler) mungkin buku ini tidak tepat untukmu.

NB : Saya cukup menyesalkan masih ada typo di buku ini (dan typo di epilog yang cukup konyol, hahaha!). Selain itu tidak ada keterangan "novel dewasa" , padahal beberapa temanya tidak sesuai jika dibaca sama mereka yang belum cukup umur (atau memang karena ada keterangan "Amore", jadi tidak perlu?)

Thanks to : Dion, dan Mbak Yudith dari GPU untuk buku Mahogany Hills ini


Rating Cerita :


Sensualitas :

Ada adegan yang cukup sensitif, tapi tidak dijabarkan dengan eksplisit

21 komentar:

  1. Itu spoiler pertama murip kasus ayat2 cinta :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi aku beneran belum baca Ayat-Ayat Cinta :O . Yah, kesamaan prlot hanyalah kebetulan semata #eaaa X)

      Hapus
  2. Woow hahaha
    Padahal aku mau beli gara gara waktu di WA BBI dulu..
    Skrg baca review mba ren jadi ragu mau beli x___x

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pinjem aja Hanifah. Kali suka, nanti beli biar punya sendiri :P.
      Kalau ngga, yoweslah XD

      Hapus
  3. Amnesia? Seriously? Yah, karena saya gak pernah suka novel dengan inti utama romance, pfffft ya sudahlah gak bisa komen banyak karena kemungkinan juga gak bakal baca xD

    BalasHapus
  4. Sama kita mbaak... aku ga jadi beli buku ini karena ada amnesia2nyaa...males... :(

    BalasHapus
  5. Pinjamkan saya donk bukunya (masih penasaran biar pun udah intip sop-iler) walau gue benci sama tema amnesia, BTW yg ce atau co yg amne?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh :)
      Tapi ngantri di belakang Aul sama Tika ya Lin ;)

      Hapus
    2. Pinjem juga dong mbak. Ragu mau beli huehehe. Tapi ngantri yak kayaknya. :))

      Hapus
  6. *cuma mau mampir ninggalin jejak*
    *belum baca review di atas sama sekali*
    *karena lagi baca bukunya*
    *takut gak sengaja nge-klik spoiler*
    ...
    ...
    ...
    *dijambak karena nyampah*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menunggu review Kang Opan :)

      Hapus
    2. udah baca maho dan sudah baca reviu lengkap di atas. :)_
      harus saya akui saya ternyata jarang baca romens. sekarang bisa ngerti kenapa ren gak gitu suka novel ini. *ngakak pasrah*

      Hapus
  7. Kayaknya Penulis baru tu masih sangat sangat tipikal dalam pemilihan karakter ato adegan2 yg juga tipikal. Dan parahnya, para editor n publisher mengira itu bagus. Padal kita sudah eneg dengan ketipikalanmacam itu.


    Untung gratisan ya, Ren. Lol

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga ya. Jadi penasaran apakah ada requirement khusus buat Amore, misal tokoh cewenya harus Mary Sue, cowonya arogan, temanya harus amnesia dll

      Yah, untung dikasih sih Lila, but it comes with bad effect for me, bwahahaha XD.

      Hapus
  8. hhmmm... kurang oke ya? tadinya lumayan penasaran, sekarang sih jadi gak pengen baca lagi... :D

    BalasHapus
  9. hehehe... keliatan banget klo yang ngereview udah "khatam" banget ma jenis bacaan romance, bisa membanding-bandingkan dan berimajinasi lebih liar dari penulisnya.

    Aku sendiri udah baca buku ini, dan buatku yang kali pertama ketemu buku amore, ceritanya bagus *soalnya gak tau bacaan sejenis amore yang lain ceritanya kayak apaan* :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, Mbak Sinta ini bisa aja:) . Temanya yang sudah pasaran itu menurutku memang gagal dieksekusi sama penulisnya, dengan menambahkan plot2 tidak perlu, padahal plot yang ada masih bisa dikembangkan.

      Ini juga Amore yang pertama untukku kok

      Hapus
  10. hahahaha, setujuh, epilognya ra nyambung. makin bikin cheesy X)

    BalasHapus
  11. Aku pikir nggak masuk akal sih kenapa orang berpendidikan tinggi seperti Paras tidak kritis pada keadaan ini. Apakah ada fenomena seperti itu? entahlah..

    Nice review ren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seperti kata Lila, Bang Epi, pengarang sepertinya diharapkan membuat novel dengan karakterisasi yang sudah umum, tema yang umum dan plot yang udah kebanyakan dipake, intinya sih recycle hal yang sudah ada.

      Jadi tidak peduli apakah Paras bahkan sudah S3, dia memang dibuat tipikal cewe Mary Sue, damsel in distress, yang tabah2 aja walau sama suaminya diperlakukan seperti itu.

      Makasih Bang Epi sudah kemari :)

      Hapus
  12. Wah, jadi belajar banyak dari review ini soal hal-hal klise di novel-novel kebanyakan. Soalnya waktu pertama kali baca "Mahogany Hills", aku suka-suka aja, walau emang mengerutkan dahi pas bagian amnesia. Yah, emang mending telat tahu, ya, daripada nggak sama sekali. Wkwkwkwk... :3
    Makasih, Kak, udah nge-share ilmunya... ^^

    BalasHapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D