Pages

Kamis, 20 November 2014

Random Thought: Books by Gender

 

Welcome to the Random Thought :D! Sebuah postingan berisi pemikiran yang mendadak muncul di otak saya dan juga postingannya pun suka tidak tentu :P. Ya, saking tidak tentunya sampai ada 5 bulan terhitung dari postingan Random Thought yang terakhir XD. Maklum, otak saya sedang kering inspirasi dan beberapa hal yang pengen saya bahas malah kebanyakan buat rubrik opini yang membutuhkan pemikiran lebih dalam. Nah, pas main - main ke Goodreads pagi ini, saya membaca sebuah postingan yang cukup oke yang akhirnya bisa jadi bahan buat postingan Random Thought :D

Untuk topik Random Thought kali ini akan membahas:

BOOKS BY GENDER

Maksud "books by gender" disini adalah mengacu pada gender penulisnya. Elizabeth dari Goodreads memposting sebuah riset kecil - kecilan yang cukup menarik dimana dia meneliti kebiasaan membaca Goodreads user ditilik dari segi jenis kelamin pengarangnya. Untuk hasilnya bisa dilihat di grafik ini:



(Grafik yang lebih jelas dan pembahasannya bisa dilihat di link berikut: Sex and Reading - A Look at Who's Reading Whom)

Elizabeth mengambil kesimpulan dengan menyempitkan target bahasan, dimana dia hanya melihat kecenderungan kebiasaan pembaca membaca buku berdasarkan pengarang yang gendernya sama dengan mereka hanya di buku - buku yang populer di tahun 2014. Kesimpulannya adalah bahwa pembaca umumnya lebih memilih membaca buku yang ditulis oleh pengarang dengan gender yang sama (pembaca wanita lebih suka membaca buku karya penulis wanita, begitu juga dengan pembaca pria). 

Menurut saya..ini cukup menarik.

Genre favorit saya adalah romance dan karenanya saya lebih suka membaca buku karya pengarang wanita. Tapi sebelum saya menyukai romance, saya suka fantasy, thriller dan misteri yang menurut saya adalah genre netral (baik pengarang wanita maupun pria banyak yang menulis di genre - genre itu). Berbeda dengan genre romance yang memang didominasi wanita, terutama di luar negeri. Walau di Indonesia ada beberapa pengarang pria untuk romance lokal yang juga terkenal (seperti Christian Simamora), tapi tidak bisa dipungkiri jika romance memang identik dengan wanita, sementara genre di luar romance banyak dikuasai oleh pria walau banyak pengarang wanita yang juga "unjuk gigi".

Saya jadi teringat di komunitas baca saya yang dulu, ada beberapa teman wanita yang ogah membaca buku karya pengarang pria, yang menurut saya sih emang rada2 seksis gimana gitu :P. Entah juga kenapa kok tidak mau baca. Walau pengarang favorit saya banyak pengarang wanita, saya juga menggemari karya - karya pengarang pria seperti Dan Brown, Christoper Paolini, Rick Riordan, Anthony Capella, dsb. Yang lalu bikin saya mikir, lah mereka kan pengarang yang emang ngga nulis romance, dengan perkecualian si Capella :o . Saya emang pernah sih baca romance yang cukup seksi yang ditulis oleh pria, tapi rasanya ya...memang beda dengan yang ditulis oleh wanita.

Yang akhirnya juga membuat saya teringat dengan status teman BBI di FB, yaitu Ayu, dimana dia pernah membahas berapa banyak penulis perempuan yang dikenal namanya. Menurut Ayu, ada stereotip dimana jika penulis pria menulis romance (katakanlah John Green) akan dianggap cool, tapi jika penulis wanita menulis di luar genre romance, orang akan sangsi (mungkin ini juga kenapa Rowling menyingkat namanya, dan memakai nama Robert Galbraith buat seri Cormoran Strike). Tentu saja ini arguable sih, tapi bikin saya pernah mikir juga "seandainya Twilight ditulis oleh John Green dan bukan Meyer, apa masih akan dihujat?". Yah, who's know? :/. Tentu saja jaman dulu (dan masih sampai sekarang) masih ada Agatha Christie yang berjaya di genre Crime. Bahkan pada era akhir abad 20, fantasy dan sci-fi yang dianggap genre yang "laki" banget itu, banyak didominasi oleh kaum wanita. Hanya saja sekarang memang kecenderungannya jadi stereotip begitu :(.

Bagaimana dengan teman - teman? Apa kalian lebih suka baca buku yang dikarang oleh pengarang yang gendernya sama dengan kalian? Atau kalian ngga memperhatikan masalah gender ini? Menurut kalian, pengarang wanita itu bisa ngga sih sukses banget di genre non romance tanpa harus membuat namanya jadi yang berasa kayak nama laki - laki?

Spill your random thought! :D

Note: Komen yang ada di postingan Random Thought ini akan dimasukkan untuk entri Giveaway 3rd Blogoversary Ren's Little Corner. Jadi sesudah komen silakan ke link giveawaynya buat masukin entry ya :)

21 komentar:

  1. Nah, aku malah lebih suka baca buku2 pengarang pria. Gak semua memang, aku tetap suka Agatha Christie & J.K. Rowling. Dan akhir2 ini jadi suka Edith Wharton. Tapi sebagian besar yang aku baca dari pengarang pria. Justru kalo pengarang wanita, aku masih pikir2 dulu bakal cocok ato gak. Penulis pria lebih gak bertele-tele sih, lebih gak banyak mengumbar emosi (kebanyakan).

    BalasHapus
  2. Kalo baca buku aku ga pandang pengarangnya wanita ato pria. Kalo isi bukunya menarik ya pasti kubaca. Tapi mayoritas buku koleksiku yang ngarang wanita. Kalo yang pria banyakan genre fantasi sama komedi.
    ga deh kayanya. kalo bukunya non-romance dan nama pengarangnya ga diubah kelaki-lakian yang mau beli rada mikir dulu. karna yg mau beli pasti ngebayangin kalo non-romance yang nulis wanita itu bahasanya terlalu belibet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti dirimu coba baca thriller atau fantasy yang ditulis cewek deh. Beberapa bagus juga kok :)

      Hapus
  3. Hmm.. yang nggak suka buku John Green juga banyak kok. Setiap pengarang pasti ada penghujatnya. Aku sendiri kalo baca buku malah nggak terlalu perhatiin nama pengarangnya. Sejauh ini menurutku nggak ada yang lebih super, tiap pengarang punya kelebihannya sendiri-sendiri.

    BalasHapus
  4. Saya sih tidak peduli dengan gender penulis. Pokoknya gaya berceritanya oke dan ceritanya asik, sudah pasti jaminan bakal membaca tulisan mereka yang lain :D

    BalasHapus
  5. Menurutku wajar sih, kan pada dasarnya setiap orang pasti punya patokan untuk memilih mana yang kira-kira bagus, mana yang engga, jadi gender penulis bisa juga merupakan salah satunya. Aku ngga nyangkal kok kalau aku memang lebih milih baca buku yang nama penulisnya perempuan, soalnya kan aku sukanya romance, jadi yah pasti perempuan dong yang bisa mengerti porsi romance yang dibutuhkan dalam sebuah buku agar menarik. Kalau laki-laki yang nulis romance, memang banyak yang bilang 'cool' tapi pasti beda rasanya, contohnya aja Nicholas Sparks, bukunya bagus-bagus secara keseluruhan, tapi ada aja yang kurang. Entah karena di kepala saya sudah ada stereotip kalau penulis perempuan lebih bagus, atau memang ada bagian-bagian yang kurang 'kena'. Terus tiap gender kan pasti punya semacam apa ya, memandang tinggi gendernya sendiri, kali ya. Jadi di pikiran bawah sadar #elah mereka pasti mikir kalau golongan gue lebih ini itu loh dari pada golongan lu, dan gender merupakan salah satunya.

    Terus saya masih ngga ngerti kenapa Twilight itu dihujat. Segitu buruknya? Setiap saya buka blogger buku atau booktuber dan mereka mention buku Twilight sebagai sesuatu yang mereka sukai, pasti mereka bilang "yeah, yeah, judge me all you want" Twilight kan memang menjunjung tinggi romance, bukan vampirenya jadi ngga jelek kok bukunya. Emang jelek ya? Yah pendapat orang beda-beda sih. Tapi kayaknya gitu banget gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik. Mungkin memang benar kalau pembaca wanita lebih bisa relate ke penulis wanita, karena menurut observasiku, pembaca wanita biasanya pakai perasaan jika membaca (hence why so many romance readers are women, tapi cowok sih juga ada).

      Terkait Twilight, aku sendiri aslinya ya biasa aja ke novel ini. Tapi dari yang aku baca2 dari review di luar, karena di Twilight kesan Bella sebagai damsel in distress itu semacam anti feminis dan Edward dianggap creepy plus abusive. Ini memang pendapat mereka yang di LN, tapi bagiku sih, karena aku udah sangat lama bacanya, bisa jadi kalau baca lagi sekarang, aku bakal nemu hal2 yang ngga disukai banyak orang di Twilight yang saat pertama aku baca dulu aku abaikan

      Hapus
  6. wih, ketika baca post ini, baru nyadar, kalau 90% author yang aku baca karyanya adalah wanita.. soalnya aku pembaca HisRom, Harlequin, dan novel-novel romance lainnya.. hehehe..
    mungkin selain faktor stereotype tentang genre tertentu yang merupakan kekuasaan wanita atau pria, menurutku memang tergantung sense dan feel penulis deh.. kenapa romance banyak yang nulis wanita? mungkin karena romance lebih banyak menuangkan perasaan, dan memang wanita yang lebih peka perasaannya.. walaupun nggak nutup kemungkinan pria juga bisa menulis romance dengan penuh perasaan juga.. (dikit kayaknya penulis pria yang seperti ini.. hehehehhe.. IMO..)
    aku sih sebenernya nggak begitu peduli yang nulis wanita atau pria, sejauh ceritanya menurut aku bagus (sewaktu baca sinopsisnya terutama) ya sah-sah aja dibaca.. hehehehe..

    BalasHapus
  7. dibanding gender, gua kayanya lebih milih buku berdasar cover, hahaha.. karena kadang nama pengarang juga 'menipu', kirain perempuan tahunya laki2, dan demikian sebaliknya.. walau yaahh.. kalau dipikir2 kebanyakan buku yang gua baca emang dari pengarang perempuan sih :)) bukan sengaja, hanya saja mungkin yang bermain di genre children books memang kebanyakan perempuan :D

    BalasHapus
  8. Heee, aku ngga pernah benar-benar membandingkan sih tapi memang kayaknya aku lebih banyak baca novel karangan perempuan. BUT, itu lebih karena novel-novel karangan perempuan yang menjamur di genre yang aku favoritkan (contemporary romance, hisfic).
    Untuk gender, lebih matter buat aku gender POV (lead character). Kalo untuk lead character, aku suka lead character laki-laki. Lebih asik menyelusuri cerita dari narasi laki-laki, karena lead character perempuan rasanya sudah begitu umum (di contemporary romance) *ini komenku nyambung ngga ya? Hahha xD*

    Dan, untuk pertanyaan terakhir yang dilontarkan ka Ren.
    Hmm... Menurutku peluang untuk sukses dengan nama perempuan di genre yang dipenuhi penulis laki-laki itu kecil. Anggap lah dengan memakai nama yang maskulin itu alternatif yang aman untuk memperbesar peluang yang dimilikinya.

    BalasHapus
  9. MEnarik ya penelitiannya. Tapi aku sih baca buku gak mesti karena aku perempuan, terus buku yang ku baca penulis perempuan. Tapi setelah liat koleksi buku, kok ya bener ya... Mayoritas buku yang aku baca ditulis penulis perempuan, terutama buku Indonesia. Memang favorit aku tuh novel roman,.
    Tapi bukan berati aku gak bisa nikmati yang ditulis penulis laki-laki, klo Indonesia aku suka sama Tere Liye, novel-novelnya gak sekedar cerita.Dasar aku baca buku itu suka-suka, kadang beli buku pas liat diskonan, kadang beli pas liat covernya menarik, nah yang biasanya juga ngintop resensi di blog, kan banyaaak tu reverensi anggota BBI ky Rens juga. Jadi aku setuju gak setuju sama penelitiannya, tapi aku si kok iya begitu yah.....hihi

    BalasHapus
  10. Waduh, aku memang kalau mau beli/baca buku, ada beberapa faktor yang diperhatikan, tapi 'gender penulis' sih ga masuk. Aku lebih menimbang buku dari segi tampilan cover, genre, sinopsis, rating dari pembaca (makanya aku sering baca-baca review), dan harga (duh, anak kosan lagi cari gratisan XD).

    Btw, aku paling suka genre fantasy dan sepertinya dari semua buku yang aku baca, kebanyakan penulisnya pria. Ini kebetulan ga ya?

    Menurutku sih para penulis wanita yang bergenre crime itu tidak usah memakai nama pria. Tapi ini berlaku kalau para pembacanya seperti aku yang tidak memperhatikan gender penulis... XD
    Thank you.

    BalasHapus
  11. Sebenarnya karena genre utama itu romance, cenderung memang didominasi sama penulis perempuan sih. Jadi mau ngga mau ya, memang sebagian besar yang aku baca itu karangan perempuan. Tetapi di dunia urban fantasy, aku ada pengarang laki-laki juga yang disukai. Nama pertama tentu saja Jim Butcher, diterusin sama Kevin Hearne (walau udah stop baca serialnya), dan beberapa nama lain.

    Tapi aku setuju ada stereotipe memandang kalau tulisan perempuan di romance masih disepelekan. Nicholas Sparks dibilang menulis LOVE STORY dan bukan romance. Padahal mah, sama aja. Jadi siapa tahu kalau Twilight yang nulis itu laki-laki, ceritanya bisa beda.

    Bahkan di genre gay romance yang aku baca, kebanyakan cewek2 penulisnya akhirnya makai nama "cowok" karena ada kesan bahwa gay romance itu lebih laku kalau namanya pake nama cowok. Ngga tau deh, kenapa. Padahal yang banyak baca gay romance itu cewek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia. Padahal gay romance itu juga sasarannya banyakan cewek ya, dan emang salah satu fantasy cewek itu adalah pasangan gay. Mungkin juga supaya menyasar ke pembaca cowo (baik straight maupun gay) kalau pakai nama cowok? Menurutku sebenarnya juga ga ada salahnya ya mereka makai nama yang "cewek" gitu :/

      Hapus
  12. penulis wanita sukses di genre yang 'cowok' banget? kenapa nggak? malah aku pernah nemu mangaka yang kukira cowok karena cerita manga-nya martial arts alias silat banget. (eh, tapi manga masuk kategori nggak ya?)

    tapi dibanding gender penulisnya, aku lebih fokus ke cerita sih. dan begitu baca postingan ini, jadi baru nyadar kalau sebagian besar buku yang kubaca pengarangnya cowok, soalnya kebanyakan genrenya misteri, kriminal, fantasi.. (tapi ada juga yg cewek kayak JK Rowling dan Agatha Christie). hmm, kayaknya aku sepakat sama riset itu deh, kalau genre tertentu kadang 'dikuasai' pengarang dengan gender tertentu dan disenangi pembaca dengan gender tertentu juga. tpi yang antimainstream juga belum tentu jelek kok.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak sih mangaka shonen yang ternyata aslinya cewek, padahal ceritanya laki banget ya. Sementara kalau kebalikannya sih belum nemu, hahaha

      Hapus
  13. hehee.. biar kak ren gak bilang, dah ketahuan dan keliatan banget kalo sukanya novel romance, thriller, mysteri gitu..

    BalasHapus
  14. Kalau romance yang nulis perempuan biasanya lebih detail di adegannya.

    BalasHapus
  15. Selama ini si aku gak pernah merhatiin gender penulisnya, selama buku karangannya bagus ya aku baca. Gara-gara postingan ini aku jadi ngecek koleksi buku ku :p hahaha ternyata berimbang si antara penulis perempuan maupun laki-laki. Untung buku romance dan buku anak-anak jauh lebih banyak buku penulis perempuan, untuk detektif/pembunuhan jauh lebih banyak buku penulis lelaki tetapi favoritku tetap Agatha Christie :p dan anti banget ma Sir Arthur (errr siapa lagi nama pengarang Sherlock?). Dan untuk buku-buku fantasi serta sastra seri!!! Hahahaha

    Kayaknya yang baca buku harus buku yang sama dengan gendernya rasanya kok dangkal banget ya Mbak >.<

    BalasHapus
  16. aku sih gak pernah perhatiin atau peduli soal gender. Yang penting bukunya bagus. Daripada gender lebih lihat covernya #bancikaver trus rating dan sinopsis.

    Kalau romance yg ditulis cowok, sejauh ini baru baca buku-bukunya Om Nicholas Sparks aja. Eh lupa pernah juga baca TFIOS, tapi nggak tau nama apa karena faktor terjemahan yg terlalu literal jadi gak menikmati dan sampai sekarang masih belum terlalu minat beli buku-buku lain John Green. Yah mungkin suatu saat mau beli tapi ngga prioritas.

    Menurutku bisa aja cewek (atau cowok) sukses di genre yg banyak digeluti gender yang bertolak belakang dengan penulisnya, cth AC, JKR, Nicholas Sparks. Tapi emang masih jarang sih.

    Rak bukuku juga banyak penulis cewek sih. Yang salut itu mangaka Jepang, banyak anime2 shonen yg cerita dan karakternya cowok banget tapi mangakanya cewek. Misal Full Metal Alchemist, Genso Maiden Saiyuuki,

    BalasHapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D