Pages

Selasa, 23 Desember 2014

Review Film : The Hobbit - Battle of Five Armies

 Judul : The Hobbit - Battle of Five Armies
Adaptasi dari : The Hobbit by J.R.R. Tolkien
Durasi film : 144 menit
Pemain : Martin Freeman, Ian McKellen, Richard Armitage, Luke Evans, Lee Pace, Orlando Bloom, etc
Sutradara : Peter Jackson
Genre : High Fantasy

 
Review :

Note: Mengandung sedikit spoiler

Bittersweet...

Itulah perasaan saya sebelum menonton film terakhir dari trilogy The Hobbit yang dibesut oleh sutradara favorit saya, Peter Jackson. Saya tahu kalau Battle of Five Armies (BoFA) ini akan jadi film terakhir dari PJ yang bersetting di Middle Earth dan karena itulah apapun yang terjadi di film ini, saya bertekad untuk menikmatinya. Lebay ya? Tapi emang saya sentimentil sih orangnya, hahaha. Karena alasan itu jugalah, saya tidak ikutan event nonton bareng BoFA yang diadakan oleh Eorlingas, dimana tahun kemaren saat film Desolation of Smaug (DoS) saya dengan antusias ikutan acara mereka. Tidak untuk tahun ini. Tahun ini saya ingin menikmati film ini hanya berdua dengan suami saya :'). Di bioskop dengan orang lain sih, teteup, hahahaha XD.

Pengalaman ngga enak nonton versi 3D di IMAX tahun kemaren dan dapat posisi yang juga ngga kalah ngga enaknya, membuat saya pilih - pilih bioskop untuk nonton BoFA. Pilihan pun jatuh di bioskop XXI Epicentrum yang dilengkapi dengan Dolby Atmos dimana suara filmnya bisa terdengar menggelegar dan tampak alami. Saya dan suami, K, pun menonton BoFA pada hari Sabtu, tanggal 20 Desember kemaren. Jakarta yang diguyur hujan lebat pun tidak bisa mematahkan semangat saya (suami sih ngga :v) buat nonton BoFA. Kami sampai di Epiwalk dan menunggu film dimulai. Waktu menunjukkan pukul 15:35 dan akhirnya layar pun dibuka....memperlihatkan wilayah Dale yang kacau karena serangan Smaug.



Yep, nonton BoFA tanpa nonton dua film The Hobbit sebelumnya sama aja dengan percuma, karena adegan pertama film BoFA bener - bener lanjut dari DoS. Smaug (Benedict Cumberbatch) yang mengira penduduk Dale mengkhianatinya, menyerang Dale. Di sela - sela kepanikan warganya, Bard (Luke Evans) yang pemberani dengan gagah menghadapi Smaug dan dengan panah besi hitam peninggalan moyangnya memanah Smaug hingga naga itu tewas. Di sisi lain rombongan Bilbo Baggins (Martin Freeman) dan Thorin Oakenshield (Richard Armitage) akhirnya mengklaim Erebor yang ditinggalkan Smaug. Setelah yakin jika Smaug telah tewas, Thorin pun mengangkat dirinya menjadi King Under the Mountain, walau disisi lain, penyakit naga mulai menjangkitinya, membuat Thorin yang berwibawa menjadi Thorin yang tamak dan penuh dengan sisi curiga. Apalagi setelah tidak bisa menemukan Arkenstone, batu permata peninggalan Thror, sang kakek.

Penduduk Dale yang mengungsi pergi ke Erebor dan Bard menagih janji Thorin untuk membagi harta peninggalan Smaug. Bard tidak sendiri karena sang Raja Elf dari Mirkwood, Thranduil (Lee Pace) juga meminta jatah harta. Bard sendiri berusaha bernegosiasi dengan Thorin, tapi Thorin yang sudah gila tidak mengindahkan kata - kata Bard. Thorin memilih untuk berperang dan menghubungi sepupunya Dain Ironfoot (Billy Connoly) untuk menggempur pasukan Bard dan Thranduil sementara dirinya dan dwarf yang lain memilih bersembunyi di balik reruntuhan Erebor. Tapi, Thorin tidak sadar jika ada ancaman yang jauh lebih besar. Sang pimpinan orc, Azog the Defiler (Manu Bennett) sudah menyiapkan rencana serangan besar - besaran terhadap Erebor dan kali ini Azog bertekad untuk menghabisi Thorin. Maka dimulailah salah satu perang besar di dunia Middle Earth, Battle of the Five Armies. Dan... di belahan Middle Earth yang lain, sang penguasa One Ring, Sauron mulai bergeliat dan menanamkan taringnya di Dol Guldur...


Sama seperti yang saya bilang di review film DoS, tidak akan adil membandingkan film the Hobbit dan Lord of The Rings (LOTR). Skalanya sendiri memang sudah beda, dan epic levelnya juga sudah jomplang. Bagi yang sudah membaca bukunya, pasti tahu kalau The Hobbit aslinya adalah buku anak - anak, yang karena difilmkan dan menargetkan kalangan luas banyak isi bukunya yang ditambal sana - sini. Pun jika kamu sudah menonton LOTR, The Hobbit adalah prekuel LOTR. Akan terasa janggal jika perang lima pasukan ini jauh lebih epic dari perang Cincin. Battle of Five Armies memang epic dan epic war itu spesialisasinya PJ, tapi tidak akan pernah bisa melebihi epicnya Battle of Helm's Deep (Two Tower) ataupun Battle of Pelennor Fields pun Battle of the Black Gate (Return of The Kings). Walaupun dibilang lima pasukan, sebenarnya perang di Erebor ini juga tidak direncanakan. Perang ini awalnya karena Thorin yang ingkar janji pada Bard dan Thranduil, yang akhirnya justru saling bekerja sama untuk membasmi para Orcs.


Beberapa teman yang menonton mengeluhkan endingnya yang cukup gantung dan saya sih cukup mengamininya. Saya emang ngerasa banget kalau film ini banyak yang diedit agar durasinya tidak terlalu banyak (hanya 2 setengah jam lebih dikit). Contohnya seperti nasib Bard setelah perang, di film memang tidak ada, tapi di buku Bard akan jadi Raja Dale. Semoga saja ya ini ada nanti di versi extendednya. Kemudian nasib Tauriel (Evangeline Lily). Yang ini sih, saya ga ambil pusing. Tauriel emang aslinya TIDAK PERNAH ADA di dunia Middle Earth, jadi apapun yang terjadi padanya setelah perang bisa diasumsikan macam - macam. Tauriel sendiri ada di The Hobbit dikarenakan film ini terlalu male-oriented, makanya butuh karakter cewek. Memang ada Galadriel (Cate Blanchett), sang Lady Lothlorien, tapi Galadriel emang tokoh lama. Kemungkinan besar Tauriel, dan juga hubungannya dengan Kili (Aidan Turner) diadakan sebagai jembatan untuk persahabatan Legolas dengan Gimli, maupun untuk menegaskan hubungan beda dunia antara Aragorn dan Arwen di LOTR nanti.

Yang membuat film ini cukup memorable adalah tentang hubungan Thranduil dan Legolas (Orlando Bloom) yang cukup dieksplor lebih dari film sebelumnya. Pertanyaan tentang ibu Legolas pun terjawab, walau aslinya setahu saya tidak pernah dibahas di buku LOTR. Di The Hobbit saja nama Thranduil tidak disebut dan dia hanya dikenal sebagai "Raja Peri". Menarik melihat hubungan Thranduil, Legolas dan Tauriel di film ini, dan entah kenapa saya ga terlalu jengkel sama Tauriel mungkin karena hubungan "layu sebelum berkembang"nya. Hahah, jahat deh saya ini X)). BoFA juga memberi satu penghubung pada LOTR dimana Thranduil meminta Legolas untuk ke utara dan bertemu para Ranger. Yang sudah khatam nonton LOTR pasti tahu apa ini maksudnya ;)

Semua karakter di BoFA mendapat porsi yang cukup, walau Bilbo emang ga terlalu banyak perannya. Spotlight memang lebih ke Thorin (dan Fili (Dean O'Gorman)  + Kili, lebih karena ke nasib mereka nantinya sih), Bard dan Thranduil. Fans Legolas bakal berkyaaa, kyaa (saya sih ngga :P) melihat aksi akrobatnya yang dulu juga ditunjukkannya di Return of the Kings. Memang Orly sudah tua, tapi urusan atletik dia masih juara XD. Disini juga dilihatkan Legolas kehabisan anak panah. Hal yang wajar karena belum ketemu Lady Galadriel yang nantinya akan memberikan hadiah sebuah panah yang tak akan habis - habis :). Untuk yang ngebet sama Thorin, mesti sabar melihat dirinya yang dikuasai oleh ketamakan, tapi pas Thorin sudah sadar, waduuuh itu senyum 50 kilowattnya balik lagi deh XD. Karena saya sudah baca bukunya, saya tahu nasib Thorin dan juga keponakannya. Jadi cukup menyiapkan diri juga sih saat melihat adegan itu.

Adegan paling memorable di film ini? Bagi saya bukan Battle of Erebornya, tapi saat the White Council yang terdiri atas Lady Galadriel, Lord Elrond (Hugo Weaving) dan Saruman the White (Christopher Lee) pergi ke Dol Guldur untuk menyelamatkan Gandalf the Grey (Ian McKellen). Disini para anggota White Council bertarung menghadapi Witchking of Angmar dan juga Sauron. Sempat dikira sudah kelelahan, Galadriel balik mengejutkan Sauron dengan sihir dari cincin Nenya-nya. Yang sudah nonton Fellowship of The Ring, bakalan melihat Galadriel dalam kondisi yang sama. Memang peri wanita yang satu ini adalah peri yang paling hebat se-Middle Earth, bahkan Elrond pun dibuat tertegun (sama wajar sih, karena Galadriel mertuanya Elrond XD). Yang awam LOTR mungkin menduga - duga apa ada perasaan romantis antara Galadriel sama Gandalf. Jawabannya sih... ngga ada :v. Galadriel sudah bersuamikan Celeborn dan sikapnya pada Gandalf itu juga karena Gandalf itu emang diutus untuk membasmi Sauron walau dengan cara tidak langsung. Jadi tenang ya.. ga ada apa2 :D.

Layaknya sebuah film, maka tak lengkap tanpa adanya plot hole. Bagi saya yang paling konyol itu adalah adegan saat Thorin, Dwalin (Graham McTavish) , Fili dan Kili pergi untuk menyerang Azog dan mereka tiba - tiba saja sudah menaiki kambing. Iya, KAMBING, dan entah darimana kambing itu datangnya. Ini emang simple, tapi ya konyol banget sih tahu - tahu perang dan tiba - tiba naik kambing. Karena tidak dilihatkan sebelumnya kalau di Erebor ada kambing dan kalaupun ada, itu hal yang mustahil karena pasti para kambing itu dimakan sama Smaug XD. Semoga sih ada penjelasannya di versi extendednya.

Dan... akhirnya berakhirlah perjalanan saya bersama Peter Jackson di dunia Middle Earthnya. Ending BoFA yang cukup membuat saya merasa sendu, membuat saya jadi ingin re-run film LOTR. Ketiga - tiganya (dan yang versi extended tentunya!). Saya pasti akan dan akan selalu merindukan Middle Earth versi Peter Jackson. Berkat LOTR dan The Hobbit lah, saya yakin bahwa film fantasy itu tidak akan pernah mati dan juga kecintaan saya akan genre fantasy akan selalu ada.

Thanks for the journey to the Middle Earth, dear Peter Jackson!!


Rating : 




10 komentar:

  1. Aku sempat mikir kambing yang dinaiki mereka dipinjam dari pasukan Dain ironfoot, hehehe dan bener banget kak, jadi pengen Re Run LOTR :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin aku terdistraksi sama babi hutannya Dain, hahahaha.
      Setelah liat trailernya (sebelum nonton aku menghindari trailer), ternyata emang pasukan Dain pake kambing

      Hapus
  2. kayanya hrs nonton ulang trilogy LOTR lagi nih ren.
    Aku lupa kalau Legolas dikasih senjata yg panahnya unlimited

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu sih tiap sebulan sekali aku pasti re-run LOTR Lin. Jadi lumayan ingat lah, terutama bagian2 kayak panahnya Legolas itu

      Hapus
  3. aaa kak ren bikin tambah penasaran. belum sempet nonton nih kak :" tugas+uas masih menumpuk :(
    nonton di epicentrum nyaman kan kak? aku kadang nonton di sana, soalnya ga terlalu mahal walapun week end/hari libur :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, nyaman buat nonton, Eka :). Cuma dolby atmosnya kok ga ngefek ya, hahahaha. Murah sih, tapi rada jauh dari tempatku, jadi nontonnya emang enakan pas wiken

      Hapus
  4. Film nya ada dua versi ada yg adegan serangan kambing terus ada yg engga agak membingungkan ini film

    BalasHapus
  5. Gini min kambing itu dapet dari pasukan sepupu nya thorin si dain yang datang membantu saat mau perang

    BalasHapus
  6. Ttp pnasaran sm ibunya legolas cintanya Thranduil... Thranduil yg awalnya dingin agk sombong sptnya ksepian krn ibunya legolas mninggl tp knp & yg mn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seingatku di bukunya pun tidak banyak dibahas perihal ibu Legolas

      Hapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D