Judul: The Lightning Thief
Judul Terjemahan: Pencuri Petir
Pengarang : Rick Riordan
Penerjemah : Femmy Syahrani
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Hikmah
Jumlah halaman : 455 pages
Terbit : Des 2008
Format : Paperback
Genre : Fantasy
Seri: Percy Jackson & The Olympians, #1
Target Pembaca: Semua umur
Web Pengarang: Click Here
Link buy: Bukukita
Sinopsis :
Review
"Laut tak suka dikekang"
Sejak saya bergabung dengan grup Penggemar Novel Fantasy Indonesia aka PNFI di Facebook dan juga ikutan rame di grup WA mereka, saya udah sering melihat betapa banyak orang suka dengan serial Percy Jackson. Mungkin saya termasuk yang telat baca bukunya, padahal saya nonton baik film pertamanya The Lightning Thief maupun yang kedua Sea of Monster. Banyak orang bilang kalau filmnya, terutama yang pertama, sangat - sangat berbeda dengan bukunya. Bikin saya mikir seberapa banyak sih bedanya? Dan beda kasus sama Eragon yang begitu buruknya sampai film kedua aja tidak dibikin, Percy cukup beruntung karena karirnya di dunia film masih lanjut. Walau yang saya denger sih, film ketiganya tidak jadi dibikin.
Saya sendiri beruntung mendapatkan buku The Lightning Thief (TLT) ini waktu sedang perang rebutan buku di event IRF tahun 2013 lalu :D. Cetakan pertama lho, yang covernya masih anak - anak banget, hihihi. Bukunya pun agak lecek, tapi syukurlah masih bisa dibaca. Melihat penerjemahnya...oh ternyata Mba Femmy yang nerjemahin. Saya mikir sih, at least terjemahannya bagus, walau saat baca - baca review di Goodreads banyak yang mengeluhkan terjemahannya. Agak ragu sih, tapi sudah lah, mulai baca aja :v.
Selesai hanya dalam 1 hari, mengingat saya kalau baca buku terjemahan memang lebih cepat ketimbang baca buku Eng (gaya :v), saya akui dua hal:
1. Banyak yang diubah dari filmnya. BANYAK BANGET.
2. Terjemahannya walau mengalir, emang bener kalau....ANEH BANGET. Kenapa? Nanti akan saya jelaskan setelah ini
Eniwei...review saya ini lebih ke membandingkan apa yang ada di film dan yang di buku, mengingat saya sudah nonton filmnya. Jadi, akan banyak mid spoiler bertebaran ya :)
Saya sendiri agak lupa awalnya, tapi saya merasa kalau awal di film dan di buku memang berbeda. Susah rasanya membayangkan Logan Lerman yang unyu itu bertranformasi jadi Percy Jackson yang umurnya masih 12 tahun di buku. Jangankan Percy, susah juga bayangin Alexandra Daddario yang cantik bingits itu jadi Annabeth yang juga berusia sama dengan Percy -_-"...Apalagi yang jadi Grover, hahahaha. Bullying yang diterima Percy juga sangat parah di sini, baik waktu dia masih di akademi maupun setelah sampai di perkemahan Blasteran. Yang paling mencolok adalah tidak adanya Clarisse La Rue, putri Ares di filmnya. Walaupun Clarisse dimunculkan di film kedua dan jadi gorgeous, padahal di bukunya digambarkan jelek banget, hahaha.
Adegan saat bertemu Medusa juga cukup berbeda, dimana Medusa di buku digambarkan sebagai nenek - nenek sementara di film...jadi cantik lagi X)). Event yang terjadi walau banyak perubahan, cukup sama antara buku dan film. Yang berbeda cuma apa yang dilakukan Percy dengan kepala Medusa, dan inilah salah satu perubahan terbesar di film ini. Why? Karena bagian Percy dkk pergi ke Parthenon di Tennesee, kemudian bertarung melawan Hydra dan mengalahkannya memakai kepala Medusa tidak pernah ada di buku! Sebagai gantinya Percy pergi ke Gateway Arch di Missisipi dan melawan Echidna. Kejadian yang mengikuti juga tidak ada di buku, dimana setelah melawan Echidna, Percy bertemu dengan sang Dewa Perang, Ares. Yep, Percy sangat - sangaaat sibuk di bukunya.
Setelah kejadian dengan Ares yang memalukan (saya ga mau terlalu banyak spoiler sih :D), Percy and co melanjutkan perjalanan ke Las Vegas. Di bagian ini, saat Percy dan yang lain terjebak di hotel serta tidak sadar waktu telah banyak berlalu memang ada di filmnya, tentunya dengan beberapa penyesuaian. Perubahan besar - besaran lagi ada di bagian Percy bertemu Hades. Tidak ada Persephone di bukunya...sama sekali. Karena tidak ada Persephone, Grover juga tidak ditawan. Hades pun jauh lebih simpatik di buku ketimbang yang suka mendramatisir keadaan di filmnya. Bagaimana dengan identitas sang pencuri petir asali Zeus? Orangnya sih masih tetep sama kok, tapi lagi - lagi juga banyak perubahan, dimana di buku kejadian ini terhubung dengan buku selanjutnya yaitu Sea of Monsters.
Walau nyaris 75% berbeda dengan buku, saya merasa filmnya sendiri tidak jelek - jelek amat dan cukup bersyukur juga karena sudah nonton filmnya. Membuat saya bisa menikmati TLT ini dalam dua format yang berbeda, versi buku dan versi filmnya. Sayangnya, versi buku ini harus "dinodai" dengan terjemahannya yang....haduh, terlalu luwes! Mengutip perkataan teman "gaulnya Amerika dibawa ke sini". Saya tahu, menerjemahkan itu bisa sangat tricky. Tapi terlalu banyak bahasa gaul di terjemahan TLT ini. Paling banyak adalah kata "nggak", yang bikin saya mengernyit terus - terusan. Lalu ada "gue banget", "iya ding" dan yang paling epik sih "aduhai" X)). Percampuran bahasa gaul dan bahasa baku bikin saya kliyengan dan mikir apa lebih baik baca versi aslinya aja :|
Membaca bukunya membuat saya menyadari banyak hal. Percy jauh lebih usil dan sarkastik di bukunya, sementara di film dia terlihat seperti anak baik - baik. Annabeth begitu cerewet, galak dan cerdas, membuat saya jadi teringat Hermione. Bahkan Grover pun terasa seperti Ron, dan Percy...well, beberapa karakteristik dia memang kayak Harry sih :p. Apa ini artinya Rick Riordan shipper Harry dan Hermione? X)) Yang bikin saya seneng, para dewa - dewi lebih dieksplore di bukunya, ketimbang cuma jadi pemanis di film. Kekuatan Percy sebagai putra Poseidon, wow, it's so cool! Saya emang suka sama karakter yang bisa mengendalikan element, terutama element air dan api. Mengingat ayahnya dewa laut, maka Percy juga bisa mengendalikan laut dan juga ahli dalam menyembuhkan diri sendiri. Asal ada air, minimal sungai, lukanya sembuh. Ah, asyik ya :D.
Baik kamu sudah nonton filmnya atau belum, dan masih belum juga baca buku pertama seri yang dikenal dengan singkatan PJO ini, mesti baca The Lightning Thief deh. Yang nonton filmnya duluan kayak saya, bakalan merasakan hal yang sama dengan begitu banyaknya perubahan dan akan bilang "well, the book is better than the movie" X)). Cuma saya sarankan sih baca versi aslinya jika bisa dan memungkinkan, karena terjemahannya emang bikin pusing -_-"
"Sejauh ini lancar," kataku kepada Annabeth. "Lima belas kilometer, nggak ada monster satu pun."
Dia menatapku dengan kesal. "Omongan seperti itu membawa nasib buruk, tahu. Dasar otak ganggang."
"Coba ingatkan aku lagi - kenapa sih kau membenciku begitu?"
"Aku nggak benci kok."
"Masa?"
Dia melipat topi tak kasat matanya. "Dengar...pokoknya kita sudah semestinya nggak rukun, oke? Orangtua kita kan bersaing."
"Kenapa?"
Dia menghela napas." Berapa alasan yang kau mau? Ibuku pernah memergoki Poseidon bersama pacarnya di kuil Athena. Tindakan Poseidon itu sangat melecehkan. Di lain waktu, Athena dan Poseidon bersaing untuk menjadi dewa pelindung bagi kota Athena. Ayahmu menciptakan mata air asin konyol sebagai anugerahnya. Ibuku menciptakan pohon zaitun. Warga kota merasa bahwa hadiah ibuku lebih baik, jadi mereka menamakan kota itu menurut namanya."
"Wah, mereka doyan zaitun ya."
"Ah, lupakan saja!"
"Nah, kalau ibumu menciptakan pizza- itu aku bisa mengerti."
"Kataku, lupakan!"
Di kursi depan, Argus tersenyum. Dia tak berkata apa - apa, tetapi satu mata biru di tengkuknya berkedip kepadaku.
Judul Terjemahan: Pencuri Petir
Pengarang : Rick Riordan
Penerjemah : Femmy Syahrani
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Hikmah
Jumlah halaman : 455 pages
Terbit : Des 2008
Format : Paperback
Genre : Fantasy
Seri: Percy Jackson & The Olympians, #1
Target Pembaca: Semua umur
Web Pengarang: Click Here
Link buy: Bukukita
Sinopsis :
Percy Jackson—dua belas tahun, penderita disleksia—hampir dikeluarkan dari sekolah asramanya ... lagi. Tetapi itu hanya sedikit saja dari sekian masalah yang menantinya. Monster-monster dan dewa-dewi dari Gunung Olympus tampaknya berebutan keluar langsung dari buku pelajaran Sejarah Yunani milik Percy. Lebih parah lagi, Percy telah membuat beberapa di antara mereka marah besar. Petir asali milik Dewa Zeus telah hilang dicuri, dan Percy adalah tersangka utamanya.
Kini Percy dan dua orang kawannya hanya punya waktu sepuluh hari untuk mencari dan mengembalikan benda keramat tersebut dan mendamaikan kembali perang yang hampir pecah di Gunung Olympus. Tetapi tantangannya jauh lebih berat dari itu, Percy akhirnya harus berhadapan dengan kekuatan mengerikan yang bahkan lebih hebat dibandingkan pada dewa sendiri.
Kini Percy dan dua orang kawannya hanya punya waktu sepuluh hari untuk mencari dan mengembalikan benda keramat tersebut dan mendamaikan kembali perang yang hampir pecah di Gunung Olympus. Tetapi tantangannya jauh lebih berat dari itu, Percy akhirnya harus berhadapan dengan kekuatan mengerikan yang bahkan lebih hebat dibandingkan pada dewa sendiri.
Review
Sejak saya bergabung dengan grup Penggemar Novel Fantasy Indonesia aka PNFI di Facebook dan juga ikutan rame di grup WA mereka, saya udah sering melihat betapa banyak orang suka dengan serial Percy Jackson. Mungkin saya termasuk yang telat baca bukunya, padahal saya nonton baik film pertamanya The Lightning Thief maupun yang kedua Sea of Monster. Banyak orang bilang kalau filmnya, terutama yang pertama, sangat - sangat berbeda dengan bukunya. Bikin saya mikir seberapa banyak sih bedanya? Dan beda kasus sama Eragon yang begitu buruknya sampai film kedua aja tidak dibikin, Percy cukup beruntung karena karirnya di dunia film masih lanjut. Walau yang saya denger sih, film ketiganya tidak jadi dibikin.
Saya sendiri beruntung mendapatkan buku The Lightning Thief (TLT) ini waktu sedang perang rebutan buku di event IRF tahun 2013 lalu :D. Cetakan pertama lho, yang covernya masih anak - anak banget, hihihi. Bukunya pun agak lecek, tapi syukurlah masih bisa dibaca. Melihat penerjemahnya...oh ternyata Mba Femmy yang nerjemahin. Saya mikir sih, at least terjemahannya bagus, walau saat baca - baca review di Goodreads banyak yang mengeluhkan terjemahannya. Agak ragu sih, tapi sudah lah, mulai baca aja :v.
Selesai hanya dalam 1 hari, mengingat saya kalau baca buku terjemahan memang lebih cepat ketimbang baca buku Eng (gaya :v), saya akui dua hal:
1. Banyak yang diubah dari filmnya. BANYAK BANGET.
2. Terjemahannya walau mengalir, emang bener kalau....ANEH BANGET. Kenapa? Nanti akan saya jelaskan setelah ini
Eniwei...review saya ini lebih ke membandingkan apa yang ada di film dan yang di buku, mengingat saya sudah nonton filmnya. Jadi, akan banyak mid spoiler bertebaran ya :)
Saya sendiri agak lupa awalnya, tapi saya merasa kalau awal di film dan di buku memang berbeda. Susah rasanya membayangkan Logan Lerman yang unyu itu bertranformasi jadi Percy Jackson yang umurnya masih 12 tahun di buku. Jangankan Percy, susah juga bayangin Alexandra Daddario yang cantik bingits itu jadi Annabeth yang juga berusia sama dengan Percy -_-"...Apalagi yang jadi Grover, hahahaha. Bullying yang diterima Percy juga sangat parah di sini, baik waktu dia masih di akademi maupun setelah sampai di perkemahan Blasteran. Yang paling mencolok adalah tidak adanya Clarisse La Rue, putri Ares di filmnya. Walaupun Clarisse dimunculkan di film kedua dan jadi gorgeous, padahal di bukunya digambarkan jelek banget, hahaha.
Adegan saat bertemu Medusa juga cukup berbeda, dimana Medusa di buku digambarkan sebagai nenek - nenek sementara di film...jadi cantik lagi X)). Event yang terjadi walau banyak perubahan, cukup sama antara buku dan film. Yang berbeda cuma apa yang dilakukan Percy dengan kepala Medusa, dan inilah salah satu perubahan terbesar di film ini. Why? Karena bagian Percy dkk pergi ke Parthenon di Tennesee, kemudian bertarung melawan Hydra dan mengalahkannya memakai kepala Medusa tidak pernah ada di buku! Sebagai gantinya Percy pergi ke Gateway Arch di Missisipi dan melawan Echidna. Kejadian yang mengikuti juga tidak ada di buku, dimana setelah melawan Echidna, Percy bertemu dengan sang Dewa Perang, Ares. Yep, Percy sangat - sangaaat sibuk di bukunya.
Setelah kejadian dengan Ares yang memalukan (saya ga mau terlalu banyak spoiler sih :D), Percy and co melanjutkan perjalanan ke Las Vegas. Di bagian ini, saat Percy dan yang lain terjebak di hotel serta tidak sadar waktu telah banyak berlalu memang ada di filmnya, tentunya dengan beberapa penyesuaian. Perubahan besar - besaran lagi ada di bagian Percy bertemu Hades. Tidak ada Persephone di bukunya...sama sekali. Karena tidak ada Persephone, Grover juga tidak ditawan. Hades pun jauh lebih simpatik di buku ketimbang yang suka mendramatisir keadaan di filmnya. Bagaimana dengan identitas sang pencuri petir asali Zeus? Orangnya sih masih tetep sama kok, tapi lagi - lagi juga banyak perubahan, dimana di buku kejadian ini terhubung dengan buku selanjutnya yaitu Sea of Monsters.
Walau nyaris 75% berbeda dengan buku, saya merasa filmnya sendiri tidak jelek - jelek amat dan cukup bersyukur juga karena sudah nonton filmnya. Membuat saya bisa menikmati TLT ini dalam dua format yang berbeda, versi buku dan versi filmnya. Sayangnya, versi buku ini harus "dinodai" dengan terjemahannya yang....haduh, terlalu luwes! Mengutip perkataan teman "gaulnya Amerika dibawa ke sini". Saya tahu, menerjemahkan itu bisa sangat tricky. Tapi terlalu banyak bahasa gaul di terjemahan TLT ini. Paling banyak adalah kata "nggak", yang bikin saya mengernyit terus - terusan. Lalu ada "gue banget", "iya ding" dan yang paling epik sih "aduhai" X)). Percampuran bahasa gaul dan bahasa baku bikin saya kliyengan dan mikir apa lebih baik baca versi aslinya aja :|
Membaca bukunya membuat saya menyadari banyak hal. Percy jauh lebih usil dan sarkastik di bukunya, sementara di film dia terlihat seperti anak baik - baik. Annabeth begitu cerewet, galak dan cerdas, membuat saya jadi teringat Hermione. Bahkan Grover pun terasa seperti Ron, dan Percy...well, beberapa karakteristik dia memang kayak Harry sih :p. Apa ini artinya Rick Riordan shipper Harry dan Hermione? X)) Yang bikin saya seneng, para dewa - dewi lebih dieksplore di bukunya, ketimbang cuma jadi pemanis di film. Kekuatan Percy sebagai putra Poseidon, wow, it's so cool! Saya emang suka sama karakter yang bisa mengendalikan element, terutama element air dan api. Mengingat ayahnya dewa laut, maka Percy juga bisa mengendalikan laut dan juga ahli dalam menyembuhkan diri sendiri. Asal ada air, minimal sungai, lukanya sembuh. Ah, asyik ya :D.
Baik kamu sudah nonton filmnya atau belum, dan masih belum juga baca buku pertama seri yang dikenal dengan singkatan PJO ini, mesti baca The Lightning Thief deh. Yang nonton filmnya duluan kayak saya, bakalan merasakan hal yang sama dengan begitu banyaknya perubahan dan akan bilang "well, the book is better than the movie" X)). Cuma saya sarankan sih baca versi aslinya jika bisa dan memungkinkan, karena terjemahannya emang bikin pusing -_-"
Favorite Scenes
"Sejauh ini lancar," kataku kepada Annabeth. "Lima belas kilometer, nggak ada monster satu pun."
Dia menatapku dengan kesal. "Omongan seperti itu membawa nasib buruk, tahu. Dasar otak ganggang."
"Coba ingatkan aku lagi - kenapa sih kau membenciku begitu?"
"Aku nggak benci kok."
"Masa?"
Dia melipat topi tak kasat matanya. "Dengar...pokoknya kita sudah semestinya nggak rukun, oke? Orangtua kita kan bersaing."
"Kenapa?"
Dia menghela napas." Berapa alasan yang kau mau? Ibuku pernah memergoki Poseidon bersama pacarnya di kuil Athena. Tindakan Poseidon itu sangat melecehkan. Di lain waktu, Athena dan Poseidon bersaing untuk menjadi dewa pelindung bagi kota Athena. Ayahmu menciptakan mata air asin konyol sebagai anugerahnya. Ibuku menciptakan pohon zaitun. Warga kota merasa bahwa hadiah ibuku lebih baik, jadi mereka menamakan kota itu menurut namanya."
"Wah, mereka doyan zaitun ya."
"Ah, lupakan saja!"
"Nah, kalau ibumu menciptakan pizza- itu aku bisa mengerti."
"Kataku, lupakan!"
Di kursi depan, Argus tersenyum. Dia tak berkata apa - apa, tetapi satu mata biru di tengkuknya berkedip kepadaku.
Mbak Feny ngga cocok terjemahin YA. Tapi denger2 dia bagus kalau historical fiction.
BalasHapusAku udah lupa ren sama Percy pertama. Tapi emang nggak terlalu enjoy.
Yang kedua lebih bagus, Ren. Terjemahannya juga lebih enak.
Aku suka biar banyak unsur kebetulan.
Untung punya yang kedua :D. Aku heran kenapa Mba Femmy terjemahannya bisa terlalu gaul, apa mungkin karena disuruh editornya ya...
HapusRick Riordan-nya aja nggak mau nonton adaptasi film Percy Jackson XD.
BalasHapusAda satu lagi perbedaan yang menurutku fatal banget, Kak Ren. Di film TLT, Annabeth berambut cokelat, padahal di bukunya kan dia pirang. Syukur dah di film Sea of Monsters dia balik jadi pirang walaupun bagi yg ngikutin film tanpa baca bukunya jadi ngerasa aneh XD
Banyakan pengarang emang enggan nonton adaptasi film, apalagi kalau mereka ga ikut campur di dalamnya ya. Iya tuh yang di film Annabeth rambutnya coklat dan kurang cerewet, hihihihi
HapusMenurutku terjemahannya udah oke karena ya ngikutin gaulnya di sana juga dan... apa yaa, jadi lebih ngartos ama jalan ceritanya, hehehehe... yang pasti abis baca ini trus lanjut ke seri heroes of olympus (yang bahasa inggris) juga lebih enak ka, karena cara penyampaiannya sejenis.
BalasHapusAyo lanjut baca seri ini kak. Ditunggu lagi reviewnyaaa
Kalau gaulnya orang Amrik dibaca pake bahasa aslinya emang enak, tapi pas diterjemahin ke bahasa Indonesia kurang pas aja sih. Mungkin kalau yang baca bukunya masih remaja, lebih bisa dimengerti.
HapusSip, udah ada buku keduanya kok :)
Aku baca seluruh seri Percy Jackson ini dalam bentuk ebook. Sementara Heroes of Olympus, 3 bukunya aku baca versi terjemahan. Menurutku sih terjemahannya bagus & 'gila' . Ga tau juga kalo buku yg ini...
BalasHapusBerarti dah mendingan Mba Lila baca ebooknya :D
HapusHah? Otak ganggang? XD Kwawakwakwakwk XD *ini ada istilah aslinya kah di ENglish? *wait...ganggang kan ga punya otak? @_@
BalasHapusNi Harlem Ai Mizuki Mbak.
Eniwei, aku masih bingung nih masalah penulisan dialog tokoh yg berasal dari luar negeri, terutama u/ genre fantasi.
Kalau di Harry Potter terjemahannya ada istilah "Nggak", "sih", "dong"? *lirik e-book. *aku lupa mencermati ini pas baca dulu.
Soalnya di percakapan bahasa Inggris pun ada prokem kan? Kaya ain't, gonna, dan sebagainya. Biasanya itu kan yg dialihbahasakan jadi "nggak", "dong", "sih"?
Kebanyakan reviewer novel fantasi lokal biasanya protes kalau di dialog ada "nggak", "dong", "sih". Mereka pinginnya dialog juga baku ala terjemahan. Terus gimana dong? Dialog antar temen masak pakai kata "tidak", "tidak mengerti" (alih2 pakai "nggak ngerti") dan sebagainya?
Huweeee
Ada, brainweed kalau g salah... diterjemahin ganggang karena Percy anaknya Poseidon.
HapusKalau menurutku sih, liat settingnya dulu. Kalau settingnya emang di Indonesia, maka obrolan gaul kayak "nggak", "dong" "loe" dll itu wajar. Tapi banyakan fantasy lokal makai setting dunia antah berantah, dimana mereka semacam kayak Tolkien gitu, menceritakan kembali kejadian yang ada di dunia itu tapi pakai bahasa Indonesia. Jadi memang lebih ke bahasa baku. Coba baca fantasy luar yang settingnya bukan di bumi atau pake alternate world, sama2 ga pake bahasa prokem :)
Kalau aku penasaraan sama terjemahan Otak Ganggang,napas bangkai tua,kira-kira englishnya apa ya ??rata-rata film adaptasi novel emang jarang bisa ngimbangi novelnya.Waktu baca adegan Percy vs Echidna aku merasa aneh,karena di film yg aku lihat sebelumnya gak ada adegan itu.Seingatku Ares juga gak muncul di film
BalasHapus