Judul: Convenience Store Woman
Judul Terjemahan: Gadis Minimarket
Pengarang: Sayaka Murata
Penerjemah: Ninuk Sulistyawati
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 160 halaman
Diterbitkan pertama kali : 1 Juli 2020
Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa
Genre : Slice of Life
Dunia menuntut Keiko untuk menjadi normal, walau ia tidak tahu “normal” itu seperti apa. Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan identitas baru sebagai “pegawai minimarket”. Kini Keiko terancam dipisahkan dari dunia minimarket yang dicintainya selama ini..
Review
Pertanyaan "normal" itu apa memang jadi tema buku yang saya sudah dapat hypenya dari tahun 2020 lalu. Mungkin orang seperti Keiko ini mustahil ada, tapi bisa jadi ada. Saya sempat kepikiran saat merasa kasihan dengan kondisi Keiko (saya emang gampang kasihan orangnya, hahaha), entah kenapa saya bisa mendengar Keiko bilang "kenapa harus kasihan? Memangnya apa yang perlu dikasihani?". Sejak saat itu saya berusaha untuk netral baca buku ini. Lucu juga ya, baru kali ini loh saya merasakan seperti ini, seolah -olah karakter dalam buku bisa membalas apa yang saya pikirkan tentang mereka X).
Pada dasarnya pemikiran Sayaka Murata melewati tokoh - tokoh di buku ini, terutama dari sudut pandang Keiko dan Shihara memang cukup menggelitik. Bahwa manusia rela melakukan apa saja, rela memakai topeng, mengubah karakter atau menyamakan karakternya dengan lingkungan sekitar, hanya supaya bisa dianggap "manusia". Saya sendiri mengamini ini, karena saya sedikit banyak juga berlaku seperti Keiko, bahkan merasakan kebimbangan ketika sedang tidak bekerja saat ini dan mikirin kerjaan mulu. Yah walau mungkin tidak sampai tahap yang amat sangat tergantung kepada minimarket seperti Keiko :P. Saya ga berani diagnosa apa Keiko ada mental illness, tapi saya berusaha paham kenapa Keiko adalah Keiko. Bagi Keiko, hidup itu butuh panduan, dan minimarket memberi dia panduan untuk bisa hidup.
Baca - baca wiki dan ternyata buku ini hasil dari pengalaman Sayaka Murata yang juga sambilan di minimarket sampe puluhan tahun. Yang menurut saya lumayan unik juga terjemahan bahasa Inggris buat novel ini yang judul jepangnya Konbini Ningen. Setahu saya, ningen artinya manusia, tapi entah kenapa judul terjemahan Inggris dan Indonesia sama - sama pakai istilah "gadis"? Apa mungkin "manusia minimarket" kesannya terlalu luas? Padahal menurut saya, Konbini Ningen ini ga cuma tentang Keiko tapi juga manusia - manusia yang sedikit banyak ada hubungannya dengan minimarket.
Eniwei, saya jadi sedikit ngerti dinamika di minimarket. Gimana cara melayani pelanggan, cara menata barang atau makanan yang ternyata ada strateginya. Bahkan jualan pun ada strateginya seperti saat itu cuaca lagi cerah atau engga maka nanti makanan apa yang cepat laris. Novel ini selain membahas apa itu normal, juga ditulis dalam bentuk yang..well...out of normal. Tidak ada bab per bab seperti yang layak dijumpai dalam novel "normal". Dari awal sampai akhir hanya ada paragraf - paragraf yang saling menjalin menjadi satu kesatuan cerita dengan awal yang mungkin datar tapi sudah menggelitik alam bawah sadar sampai akhirnya menuju titik kulminasi yaitu apa yang harus dilakukan Keiko supaya dia dianggap "normal".
Sebuah pengalaman baca yang menakjubkan, Konbini Ningen atau Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket ini mau tidak mau emang akan menantang cara pandang pembaca atas apa itu yang dianggap "normal". Tentu saja baca buku ini bikin saya jadi kangen 7-Eleven alias sevel dengan saus kejunya yang endess itu. Memang sampai sekarang belum ada yang bisa menandingi Sevel bahkan untuk sekelas Famim*rt, L*wson atau sodara lokalnya yaitu Indom*ret dan Alf*mart :))).
Pengarang: Sayaka Murata
Penerjemah: Ninuk Sulistyawati
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 160 halaman
Diterbitkan pertama kali : 1 Juli 2020
Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa
Genre : Slice of Life
Sinopsis :
Dunia menuntut Keiko untuk menjadi normal, walau ia tidak tahu “normal” itu seperti apa. Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan identitas baru sebagai “pegawai minimarket”. Kini Keiko terancam dipisahkan dari dunia minimarket yang dicintainya selama ini..
Review
Dalam rangka mengisi blog, mulai sekarang saya hanya akan mengopi review saya di Goodreads, dengan sedikit perapian (baca: malas XD). Jadi semua review di blog mulai saat ini semuanya akan diposting di Goodreads dengan gaya semau gue, baru akan diposting di blog jika ada mood :P.
What is normal anyway?
Pertanyaan "normal" itu apa memang jadi tema buku yang saya sudah dapat hypenya dari tahun 2020 lalu. Mungkin orang seperti Keiko ini mustahil ada, tapi bisa jadi ada. Saya sempat kepikiran saat merasa kasihan dengan kondisi Keiko (saya emang gampang kasihan orangnya, hahaha), entah kenapa saya bisa mendengar Keiko bilang "kenapa harus kasihan? Memangnya apa yang perlu dikasihani?". Sejak saat itu saya berusaha untuk netral baca buku ini. Lucu juga ya, baru kali ini loh saya merasakan seperti ini, seolah -olah karakter dalam buku bisa membalas apa yang saya pikirkan tentang mereka X).
Pada dasarnya pemikiran Sayaka Murata melewati tokoh - tokoh di buku ini, terutama dari sudut pandang Keiko dan Shihara memang cukup menggelitik. Bahwa manusia rela melakukan apa saja, rela memakai topeng, mengubah karakter atau menyamakan karakternya dengan lingkungan sekitar, hanya supaya bisa dianggap "manusia". Saya sendiri mengamini ini, karena saya sedikit banyak juga berlaku seperti Keiko, bahkan merasakan kebimbangan ketika sedang tidak bekerja saat ini dan mikirin kerjaan mulu. Yah walau mungkin tidak sampai tahap yang amat sangat tergantung kepada minimarket seperti Keiko :P. Saya ga berani diagnosa apa Keiko ada mental illness, tapi saya berusaha paham kenapa Keiko adalah Keiko. Bagi Keiko, hidup itu butuh panduan, dan minimarket memberi dia panduan untuk bisa hidup.
Baca - baca wiki dan ternyata buku ini hasil dari pengalaman Sayaka Murata yang juga sambilan di minimarket sampe puluhan tahun. Yang menurut saya lumayan unik juga terjemahan bahasa Inggris buat novel ini yang judul jepangnya Konbini Ningen. Setahu saya, ningen artinya manusia, tapi entah kenapa judul terjemahan Inggris dan Indonesia sama - sama pakai istilah "gadis"? Apa mungkin "manusia minimarket" kesannya terlalu luas? Padahal menurut saya, Konbini Ningen ini ga cuma tentang Keiko tapi juga manusia - manusia yang sedikit banyak ada hubungannya dengan minimarket.
Eniwei, saya jadi sedikit ngerti dinamika di minimarket. Gimana cara melayani pelanggan, cara menata barang atau makanan yang ternyata ada strateginya. Bahkan jualan pun ada strateginya seperti saat itu cuaca lagi cerah atau engga maka nanti makanan apa yang cepat laris. Novel ini selain membahas apa itu normal, juga ditulis dalam bentuk yang..well...out of normal. Tidak ada bab per bab seperti yang layak dijumpai dalam novel "normal". Dari awal sampai akhir hanya ada paragraf - paragraf yang saling menjalin menjadi satu kesatuan cerita dengan awal yang mungkin datar tapi sudah menggelitik alam bawah sadar sampai akhirnya menuju titik kulminasi yaitu apa yang harus dilakukan Keiko supaya dia dianggap "normal".
Sebuah pengalaman baca yang menakjubkan, Konbini Ningen atau Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket ini mau tidak mau emang akan menantang cara pandang pembaca atas apa itu yang dianggap "normal". Tentu saja baca buku ini bikin saya jadi kangen 7-Eleven alias sevel dengan saus kejunya yang endess itu. Memang sampai sekarang belum ada yang bisa menandingi Sevel bahkan untuk sekelas Famim*rt, L*wson atau sodara lokalnya yaitu Indom*ret dan Alf*mart :))).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)
Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).
Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.
Terimakasih sudah mau berkunjung! :D