Pages

Senin, 12 Januari 2015

Review: Furies of Calderon oleh Jim Butcher

Judul: Furies of Calderon
Pengarang : Jim Butcher
Bahasa : Inggris
Penerbit : Ace
Jumlah halaman :  504
Terbit :  Oktober 2009

Format : Paperback

Genre : Fantasy
Series: Codex Alera, buku #1 
Target Pembaca: Dewasa Muda

Web Pengarang: Click Here
Buy Links : Periplus ; Open Trolley ; Bookdepository ; Amazon Google Play



Sinopsis :



"For a thousand years, the people of Alera have united against the aggressive and threatening races that inhabit the world, using their unique bond with the furies - elementals of earth, air, fire, water, and metal. But now, Gaius Sextus, First Lord of Alera, grows old and lacks an heir. Ambitious High Lords plot and maneuver to place their Houses in positions of power, and a war of succession looms on the horizon." 

Far from city politics in the Calderon Valley, the boy Tavi struggles with his lack of furycrafting. At fifteen, he has no wind fury to help him fly, no fire fury to light his lamps. Yet as the Alerans' most savage enemy - the Marat - return to the Valley, he will discover that his destiny is much greater than he could ever imagine. Caught in a storm of deadly wind furies, Tavi saves the life of a runaway slave named Amara. But she is actually a spy for Gaius Sextus, sent to the Valley to gather intelligence on traitors to the Crown, who may be in league with the barbaric Marat horde. And when the Valley erupts in chaos - when rebels war with loyalists and furies clash with furies - Amara will find Tavi's courage and resourcefulness to be a power greater than any fury - one that could turn the tides of war


 Review


"Events are stirring all over Alera. I can feel it in my bones, girl. The march of feet, the restless migration of beasts. Already the behemoth sing in the darkness of the western coast, and the wild furies of the north country are preparing a cold winter this year. A cold winter..." The First Lord drew in a breath and closed his eyes. " And voices speak loudly. Tension gathers in one place. The furies of earth and air and wood whisper everywhere that something dangerous is abroad and that the peace of our land has enjoyed these past fifteen years nears its end. Metal furies honed the edges of swords and startle smiths at the forge. The rivers and the rains wait for when they shall run red with blood. And fire itself burns green of a night, or blue, rather than in scarlet and gold. Change is coming." - Gaius Sextus, First Lord of Alera


Saya sudah lupa kapan tepatnya terakhir kali membaca buku dengan genre high fantasy. Bener - bener murni fantasy tanpa atau hanya sedikit romance, mengingat bacaan saya 90% semuanya adalah romance. Padahal saat saya masih agak alergi baca romance, bacaan saya banyakan fantasy. Mulai dari Harry Potter ke Eragon. Lalu Bartimaeus Trilogy. Oke, agak dikit emang :v. Buku fantasy terakhir yang saya baca adalah The Winter King yang masuk kategori high fantasy, tapi lebih fokus ke romance. Sementara serial Temeraire yang sangat saya suka lebih masuk ke historical fantasy. Adapun The Golem and The Jinni yang jadi salah satu buku terbaik saya di tahun 2013 juga lebih pas masuk ke historical fantasy. Sungguh saya kangen baca yang pure high fantasy.

Yang akhirnya membawa saya memilih buku Furies of Calderon, buku pertama serial Codex Alera. Pengarangnya, Jim Butcher, tidak asing bagi saya. Thanks to Mba Indah Threez yang bikin saya baca buku pertama seri Dresden Files, Storm Front dan jadi ngefans ma si Harry Dresden. Jadi, saya udah tahu gaya nulis Jim Butcher gimana. Bedanya, jika di Dresden Files dia memakai gaya penulisan orang pertama, maka di Codex Alera semuanya memakai POV orang ketiga dan banyak sudut pandang. Bedanya lagi, jika Dresden adalah urban fantasy, maka Codex Alera adalah murni fantasy. Usia tokohnya pun juga berbeda, si Harry udah 30an sementara tokoh utama serial ini Tavi of Calderon masih 15 tahun. Masih unyu. Tapi bukan lantas buku ini jadi unyu. Malah sebaliknya, ceritanya sangat, sangat kompleks.



Ceritanya sendiri dibuka dengan penuh aksi, dimana Amara, Cursor (semacam pembawa pesan) dari pimpinan tertinggi Alera, First Lord Gaius Sextus dikhianati oleh gurunya sendiri, Fidelias. Fidelias rupanya berniat memberontak pada Alera dan Gaius Sextus yang dianggapnya sudah tua dan tidak bisa memerintah Alera dengan baik. Di sisi lain, di Calderon Valley, Tavi hanyalah seorang penggembala (hihi, cliche yah!) yang tinggal di Bernardholt bersama pamannya yang seorang Stead Holder (semacam kepala desa), Bernard dan bibinya, Isana yang merupakan adik perempuan Bernard. Salah satu yang unik di dunia Alera adalah, penduduknya mengenal apa yang dinamakan furycrafting, yaitu kemampuan mengendalikan fury. Fury ini adalah spirit elemental, sejauh ini baru ada fury api, air, angin, tanah, kayu, metal dan badai. Tavi sendiri merasa berbeda, karena dirinya tidak memiliki furynya sendiri sementara pamannya adalah seorang earthcraft (pengendali fury tanah) dan Isana adalah watercraft (pengendari fury air) yang juga penyembuh.

Karena kesalahan kecil, Tavi terpaksa mencari ternaknya yang hilang di hutan bersama Bernard padahal badai akan datang. Sayangnya di tengah perjalanan Tavi diserang oleh kaum Marat, yang merupakan musuh besar Alera. Bernard terluka parah tapi berhasil selamat dan kembali ke Calderon karena Tavi menjadi pengalih perhatian. Namun Tavi justru kini terjebak di dalam badai! Disinilah Tavi bertemu dengan Amara yang melarikan diri dari kejaran Fidelias dan anak buahnya. Amara sendiri membawa pesan bahwa Calderon akan diserang oleh Marat dan pemberontakan atas pemerintahan Gaius Sextus sudah dimulai. Pertemuan kecil ini seakan menjadi titik balik bagi Tavi, karena dari sinilah perjalanan Tavi yang penuh bahaya dan manuver politik akan dimulai. Perjalanan yang akan menentukan masa depan Calderon dan juga Alera.

Salah satu endorsenya, Patricia Briggs (salah satu bukunya, Moon Called, pernah terbit di Indonesia) bilang kalau buku ini adalah buku yang bakal dibaca semalaman tanpa tidur. And yeah, saya juga baca buku ini tanpa bisa berhenti sama sekali. Awalnya sih, saat buka bukunya yang sedikit bantal (500 halaman) dan hurufnya pun juga kecil nan imut agak bikin saya ngantuk. Bahkan baru 10 halaman sudah saya tinggal buat baca komik :v. Tapi saat saya meneruskannya, wow beneran asyik sekali Furies of Calderon ini :D! Jim Butcher memang pencerita yang baik dan jujur saya sukaan Furies of Calderon ketimbang Storm Front. Walau sebenarnya wajar sih, karena Storm Front terbit tahun 2000 dan buku ini terbit tahun 2005, jadi gaya penulisan om Jim sudah berkembang :).

Saya sih mengamini Mbak Treez yang bilang kalau clichesnya banyak banget. Paling jelas emang dari tokoh utamanya, Tavi yang masih lima belas tahun, yatim piatu dan asal - usulnya misterius. Wow, Eragon ma Harry Potter banget yak! Terus ada lagi tempat bernama Academy, tempat yang ingin dituju Tavi untuk belajar, mengingatkan saya sedikit akan Hogwart, walau Academy ini ga terlalu dibahas di buku ini. Intrik politik dan juga beberapa issue seperti perbudakan mungkin agak mirip - mirip Games of Thrones ataupun Wheel of Times (yang keduanya belum baca, hahaha). Tapi, yang bikin saya agak tercengang adalah saat perang di Calderon Valley dimulai. Wow, berasa banget aura Battle of Helm's Deepnya! Bagi yang tidak tahu ini adalah perang di film Two Towernya Lords of the Ring! Karena pihak Calderon sangat sedikit dan pihak The Marat yang menyerang ada puluhan ribu. Tapi penyelesaiannya sih ga kayak Helm's Deep kok. Jim Butcher berhasil menghindari plot deus ex machina, dimana tiba - tiba bantuan datang dan semuanya senang. Perang di Calderon justru sebaliknya, ini adalah perang permulaan dari perang - perang besar yang akan menghantui Alera.

Walau buku ini tokoh utamanya adalah Tavi, tapi ceritanya tidak berfokus pada Tavi saja. Jim Butcher menulis Furies of Calderon dari sisi Amara, Bernard, Isana, Fidelias dan juga The Marat. Saya merasa buku ini memang seperti sebuah puzzle. Awalnya om Butcher menebar kepingan - kepingan cerita yang bagaikan puzzle pada pembaca untuk dirangkai. Saat pembaca sudah merangkai puzzle itu di pertengahan cerita, seolah om Butcher mengambil puzzle itu, mengangkatnya tinggi - tinggi lalu membantingnya ke lantai. Puzzle itu pun lalu berantakan dan kepingnya bertebaran, sama seperti pertengahan akhir cerita ini. Untuk kemudian semuanya pun disambungkan lagi menjadi kesatuan yang utuh di akhir. Asyik banget ya :D

Dari segi karakterisasi, tidak ada karakter yang numpang lewat. Semuanya penting. Bahkan tokoh yang  saya benci di buku ini yaitu Beritte, gadis yang ditaksir Tavi dan rada - rada manja pun penting. Karena tindakan Beritte yang meminta Tavi mengambil hollybells sehingga ternak yang dibawa Tavi hilang lah yang memulai semua event di Furies of Calderon. Bahkan villainnya sendiri, Fidelias bukanlah karakter dua dimensi. Fidelias ini licik tapi sangat berdedikasi tinggi. Saya tidak akan bilang kalau Fidelias jahat. Sebenarnya apa yang dia lakukan sangat mungkin terjadi di dunia nyata. Orang - orang seperti Fidelias adalah orang - orang yang tidak puas dengan pemerintahan yang ada dan memilih jalur ekstrim seperti pemberontakan atau kudeta untuk meraih tujuannya.

Rasa resah Tavi karena tidak memiliki fury sangat jelas disini. Di dunia Alera, orang yang tidak bisa furycrafting dianggap aneh, tidak normal dan Tavi sangat tahu bagaimana rasanya. Seperti yang dia katakan pada Amara, saat gadis itu mengetahui Tavi tidak punya fury:

"...I'm still a good herder. I'm the best apprentice in the Valley. Furies or not."
"Oh," Amara said quickly. "No I didn't mean to -"
"No one means to," Tavi said. "But they all do. They look at me like... like I'm crippled. Even though I can run. Like I'm blind, even though I can see. It doesn't matter what I do, or how well I do it, everyone looks at me the same way." He shot her a glance and said, "Like you are, right now."


Saya memang sedikit berharap saat cerita ini usai, Tavi tiba - tiba saja dapat furynya, atau entah gimana dia menguasai semua fury. Tapi kalau gitu ya malah jatuh ke deus ex machina deh :P. Walau Tavi tidak punya fury, toh dia membantu Amara, Bernard dan penduduk Calderon dalam perang dengan caranya sendiri :).

Yang bikin saya terkejut di buku ini adalah -walau saya bilang di atas kalau Furies of Calderon adalah epic fantasy- adanya unsur romance! Bukan dari Tavi yang jelas, karena Tavi kan masih bocah dan juga masih polos :P. Walau calon love interestnya nanti sudah diperkenalkan di buku ini. Bumbu romance ini justru datang dari Amara...dan Bernard. Yep, pasangan yang menurut saya awalnya ngga sempat kepikiran bakal jadi. Kenapa? Karena Bernard yang paman Tavi ini udah umur 40an walau furycraftingnya membuatnya dia tampak lebih muda. Amara sendiri masih baru lulus dari Academy dan jadi Cursor, dan tentu saja jauh lebih muda daripada Bernard. Saya sendiri malah awalnya mengira kalau Amara akan jadi love interest Tavi. Tapi saya suka sih pasangan Amara ma Bernard ini :D. Walau beda usianya jauh banget, tapi chemistrynya dapet. Awalnya emang mereka mengira kalau ini cuma karena Amara habis shock karena dikhianati gurunya dan Bernard yang sudah lama kesepian setelah keluarganya semua meninggal. Adegan ciuman mereka bikin saya deg - degan, dan jadi curiga kalau Jim Butcher belajar dari istrinya Shannon K. Butcher yang juga novelis dan nulis cerita romance XD. Walau ada romancenya, tapi porsinya ga berlebihan kok :).

Sisi gelap buku ini bukanlan dari perang di Calderon Valley (yang menurut saya keren banget, tapi rada panjang) tapi dari sisi Isana dan salah satu anak buah Fidelias, Odiana. Karena suatu hal, mereka terpaksa menjadi tawanan Kord, Stead Holder dari Kordholt dan sangat membenci Isana. Disini Jim Butcher tidak tanggung - tanggung dalam menggambarkan penderitaan Isana dan Odiana menjadi budak dari Kold. Selain perbudakan, sisi kekerasannya juga lumayan banyak plus berdarah - darah. Itulah kenapa meskipun tokoh utamanya seorang remaja, cerita Furies of Calderon lebih cocok untuk konsumsi pembaca dewasa.

Tak lengkap rasanya membahas novel fantasy tanpa membahas world buildingnya. Sistem pemerintahan di dunia Alera tampak jelas memakai sistem pemerintahan Romawi, dimana pemimpin tertinggi memakai nama Gaius dan nama belakangnya memakai abjad numerik Romawi. Walau ada yang bikin saya agak bingung, dimana istilah desa (atau kota kecil?) diberi nama steadholt dan saya sudah googling kemana - mana tapi ga ada artinya x_x. Unsur utama yang membangun serial Codex of Alera adalah fury. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, fury adalah spirit elemental. Tidak dijelaskan bagaimana proses pemilihan fury ini, apakah fury yang memilih orangnya atau sebaliknya. Orang yang mengendalikan fury disebut furycrafter dan biasanya mereka sudah bisa menguasai fury sejak umur belia, 11-12 tahun. Itulah kenapa Tavi dianggap aneh. Kemampuan furycrafter tidak hanya kemampuan dasar seperti menyalakan api, mengalirkan air, terbang ke udara dengan air, membangun bangunan dengan tanah dsb. Mereka juga bisa mengendalikan emosi orang - orang di sekitarnya. Para firecrafter dikenal bisa menimbulkan rasa takut dan terror, watercrafter adalah seorang empath yang bisa merasakan perasaan orang - orang di sekitarnya, aircrafter bisa menyampaikan pesan tanpa terdeteksi via udara, dan earthcrafter bisa meningkatkan insting dasar manusia seperti nafsu. Tentu saja masih banyak yang bisa dieksplor dari para fury ini dan saya yakin akan dibahas di buku selanjutnya.

Oke, saya emang jarang bikin review panjang, tapi kalau panjang berarti saya emang suka sama bukunya :D. Furies of Calderon adalah awal yang menjanjikan untuk sebuah serial fantasy yang juga cukup pendek (hanya 6 buku tamat). Adegan perangnya yang penuh emosi dan manuver serangan akan membuat pembaca terus - terusan menarik nafas dan juga tidak bisa berhenti membalik halaman - halamannya. Beberapa rahasia tokohnya, seperti masa lalu Tavi dan juga identitas yang disembunyikan budak Tavi, Fade yang bersikap seperti orang bodoh bikin saya makin penasaran. Buku selanjutnya adalah Academ's Fury, dan wew, saya mesti bersabar dalam waktu yang cukup lama untuk baca karena belum beli bukunya.

Yang pasti, penggemar fantasy, utamanya epic fantasy wajib banget baca buku ini! :D


"There's two kinds of bad men in the world. I mean, there's all kinds of ways for a man to go bad, but when you get right down to it, there's only about two kinds of men who will hurt others with forethought. Premeditation. Men that don't figure there's anyone else alive who matters but them. And men who figure that there's something that matters more that anyone's life. Even their own." He shook his head. "First one is common enough. Petty, small. They're everywhere. People who just don't give a scorched crow about anyone else. Mostly, the bad they do doesn't amount to much.

"The second kind is like your patriseus. People who hold something dear above their own lives, above anyone else's. They's fight to protect it and kill to protect it, and the whole time they'll be thinking to themselves that it has to be done. That it's the right thing to do." Bernard glanced up at her and said, "Dangerous those. Very dangerous."

Amara nodded. "Yes. He's dangerous."

"Who said," Bernard rumbled, eyes steady, "that I was talking about Fidelias?"

Amara looked up at him sharply.

"It all comes down to people. You can't have a realm or an ideal without people to believe it. Support it. The realm exist to protect people. Seems kind of backward to me to sacrifice people to protect it."

http://orybooks.blogspot.com/2014/12/master-post-read-big-challenge.html


Story & Sensuality  Rate

Saya memberi Furies of Calderon ini:


Dan untuk sensualitasnya:


Ada adegan ciuman dan juga hints ke adegan seksual  plus usaha pemerkosaan. Untuk yang terakhir cukup subtle sih penulisannya.

4 komentar:

  1. Wow, buku pertama saja sudah lima mangkok. Bagaimana nilai buku-buku sekuelnya nanti dong?

    Jujur aku memang cuma kasih rating 3/5 untuk buku 1. Tapi buku 2 ceritanya mulai nendang jadi kukasih 4/5. Dan buku 3-6 yang kubaca stripping sampai tidak tidur kuponten 5/5 semua \(>.<)/ dan terus jadi malah susah bikin ripyunya, hehehe...

    Eh, btw kalau menurutku sih Cursor itu semacam dinas rahasianya Alera, padanannya mungkin CIA atau MI6 barangkali ya.

    Ayo, lanjutkan Ren! Dijamin grafiknya terus naik sesuai makin dewasanya Tavi XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga sih mangkoknya ga turun, hahaha. Aku belum merasa terhubung dengan Tavi, Mba Threez. Mungkin karena buku ini juga chara development dia ga terlalu bagus plus bagian dia di akhir2 itu agak2 cliche. Malah bagusan karakter yang lain.

      Kirain sih cursor itu pembawa pesan, kayak tukang pos, wkwkwkwk.

      Grafik yang naik ini grafik apaan? Grafik mangkoknya atau....:P

      Hapus
  2. Jim Butcher akan jadi New Author bulan ini. :P Aku akan baca "Storm Front" (Harry Dresden series). Aku akan baca reviewmu setelah selsai bukunya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Welcome to the Dresden Files world! :D... Jadi ingat baru baca dua bukunya aja dan mau nerusin tapi serial ini bukunya banyak banget >.<
      Yang seri Calderon ini bagus sih kalau ga mau banyak2 bukunya dalam 1 seri :)

      Hapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D