Pages

Rabu, 07 Januari 2015

Review: Nice Girls Don't Have Fangs oleh Molly Harper

Judul: Nice Girls Don't Have Fangs
Pengarang : Molly Harper
Bahasa : Inggris
Penerbit : Pocket Books
Jumlah halaman :  354 pages
Terbit :  Oktober 2009

Format : Paperback

Genre : Humor Paranormal Romance
Target Pembaca: Dewasa

Web Pengarang: Click Here
Buy Links : Periplus ; Open Trolley ; Bookdepository ; Amazon Google Play



Sinopsis :




Maybe it was the Shenanigans gift certificate that put her over the edge. When children's librarian and self-professed nice girl Jane Jameson is fired by her beastly boss and handed twenty-five dollars in potato skins instead of a severance check, she goes on a bender that's sure to become Half Moon Hollow legend. On her way home, she's mistaken for a deer, shot, and left for dead. And thanks to the mysterious stranger she met while chugging neon-colored cocktails, she wakes up with a decidedly unladylike thirst for blood.  
Jane is now the latest recipient of a gift basket from the Newly Undead Welcoming Committee, and her life-after-lifestyle is taking some getting used to. Her recently deceased favorite aunt is now her ghostly roommate. She has to fake breathing and endure daytime hours to avoid coming out of the coffin to her family. She's forced to forgo her favorite down-home Southern cooking for bags of O negative. Her relationship with her sexy, mercurial vampire sire keeps running hot and cold. And if all that wasn't enough, it looks like someone in Half Moon Hollow is trying to frame her for a series of vampire murders. What's a nice undead girl to do?



 Review


Vampirism: (n) 1. The condition of being a vampire, marked by the need to ingest blood and extreme vulnerability to sunlight
2. The act of preying upon others for financial or emotional gain.
3. A gigantic pain in the butt.


Pernahkan kalian membaca suatu buku, bosan dengan ceritanya saat sudah baca sampai 100 halaman dan akhirnya baca buku yang lain? Lalu setelah beberapa tahun buku yang kalian tinggalkan itu kalian ambil lagi buat dibaca sampai selesai dan ternyata eh ternyata ceritanya bagus? Itulah yang terjadi sama saya dengan buku pertama serial Jane Jameson, Nice Girls Don't Have Fangs. Dulu saya kepincut lihat cover dan juga blurbnya. Kayaknya sih bakalan lucu nih buku. Akhirnya saat OS langganan saya jual edisi sekennya, saya ga banyak mikir buat beli. Parahnya lagi, belum juga memutuskan apakah saya bakal suka gaya menulis pengarangnya yaitu Molly Harper, saya udah beli aja buku kedua, ketiga dan keempat! Yep, impulsive buying will do that for you, wahai pembaca blog yang setia. Mohon ini jangan ditiru ya :v.

Tapi, saya lega karena setelah menamatkan buku ini, saya tahu bahwa impulsive buying saya itu tidak sia - sia :D
Cerita Nice Girls sendiri sudah tercakup dalam sinopsisnya. Suka nonton True Blood? Nah, buku ini juga punya beberapa karakteristik yang sama. Pertama, sama - sama berlokasi di kota kecil, dimana Sookie Stackhouse hidup di Bon Temps, Louisiana, sementara Jane tinggal di Half Moon Hollow, Kentucky. Dua negara bagian ini sama - sama berada di bagian selatan USA. Yang kedua, vampire dan manusia sama - sama hidup berdampingan, dimana kalau di buku ini itu semua gara - gara ada seorang vampire yang menuntut perusahaan tempat kerjanya karena tidak diijinkan kerja waktu malam hari. Bedanya? Nice Girls ngga yang seksiiii banget kayak True Blood, walau aslinya sih dari yang saya tahu versi buku True Blood juga ngga sefrontal versi filmnya. Tentunya ngga lucu kalau Nice Girls ini jadi semacam copycat Sookie Stackhouse, maka buku ini juga dilengkapi dengan humor yang lucu dan sarkastik.

Saya sendiri baca buku ini sebagai bagian dari Project Baca Buku Cetak dan karena baca saat ortu lagi main ke apartemen saya, jadinya ngga bisa baca dengan konsen. Bagian pertamanya yang cukup membosankan, yaitu dimana Jane dipecat dari pekerjaannya sebagai pustakawan, lalu ditembak gara - gara si penembak menganggap dia itu rusa, jadi vampire dan berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan vampirenya, bikin saya bahkan sampai jatuh tidur! Tapi, karena saya dulu aja udah ngga selesai baca saat pertama kali membaca buku ini, kali ini saya bertekad untuk membaca sampai selesai. Syukurlah di pertengahan buku cerita menjadi menarik. Jane yang sedang belajar jadi vampire mendapati dirinya jadi tersangka utama kematian vampire lain, padahal kenal saja tidak. Belum lagi dia merasa kalau rumahnya yaitu River Oaks, ada yang mengawasi. Mobilnya diolesi darah babi. Lalu, air untuk anjingnya, Fizt (dari Fitzwilliam Darcy) diracuni dan puncaknya Jane ditembak, walau ngga sampai mati sih. Jane tentu bertanya - tanya, apa salahnya sampai dia ditarget seperti ini dan apa kehidupannya sebagai "undead" cukup sampai disini saja?

Diceritakan dari sudut pandang pertama, Jane Jameson yang namanya sering disalah artikan dengan nama Jameson yang lain (tolong jangan digoogle jika belum cukup umur :v) harus sabar saat kehidupannya sebagai pustakawan saat masih hidup membuat vampire lain berpikiran kalau Jane ini cewe nakal, padahal aslinya kan dia ya cewek yang baik - baik aja. Jane ini sebenarnya tipikal heroine untuk cerita - cerita model humor, light paranormal dan chiclit. Hidupnya berantakan, keluarganya disfungsional kecuali ayahnya, punya almarhum nenek yang ngerock abis dan yang terpenting, level sarkasme yang  sangat tinggi. Ya, Jane sedikit banyak mengingatkan saya sama Heather Wellsnya Meg Cabot. Cuma kalau Heather kadang suka kelihat o'on, Jane ini emang asli cerdas. Cuma kurang beruntung aja.

Kehidupan Jane yang baru sebagai undead cukup menarik untuk dibaca. Bagaimana dia harus menyesuaikan jenis makanannya, etiket sebagai undead dan hubungannya dengan Masternya, Gabriel Nightengale (bukan Nightingale ya :v). Keputus asaan Jane yang tidak bekerja juga sangat terasa di buku ini dimana dia gelisah karena susah menemukan kerjaan yang sesuai untuk ritme tubuhnya sebagai makhluk nocturnal. Belum lagi Jane mesti merahasiakan identitas barunya ke keluarganya, karena dia tahu keluarganya tidak akan menerimanya. Terutama ibu dan nenek Jane yang drama queen.

Dari segi romance, sebenarnya sih hubungan antara Jane dan Gabriel itu ngga yang model "hot and cold" seperti yang dibilang di bukunya sih. Terasa normal - normal aja bagi saya dan cinta antara mereka juga ditulis dengan alami tanpa terburu - buru. Jane yang juga menyukai Gabriel tapi ngga yang terang - terangan nafsu atau yang bersikap kayak archetype librarian di dunia romance (artinya, suka malu - malu tapi aslinya ya mau aja) cukup membuat cerita buku ini jadi fresh. Ngga ada tuh adegan Jane yang mikirin Gabriel mulu. Adanya malah dia kesel karena Gabriel mengubahnya jadi vampire. Gabriel sendiri tipikal cowok alpha, tapi ngga sampai yang nyebelin dan bikin saya pengen nendang dia ke bulan, hahaha XD. Di sisi lain, hubungan Jane dengan teman masa kecilnya, Zeb juga sangat menarik. Saya sempat mengira kalau Zeb ini tipikal gay friend yang ada di novel - novel sejenis. Tapi ternyata Zeb itu... ah, baca sendiri aja buku ini biar tahu maksud saya ;D

Ditulis di tahun 2009, Nice Girls Don't Have Fangs memiliki pesan moral yang masih relevan sampai saat ini. Dimana kaum minoritas, dalam hal ini yaitu vampire masih mendapat perlakuan yang tidak adil. Hampir serupa dengan True Blood, banyak yang takut sama vampire di dunia Jane, bahkan mantan bos Jane menjual vitamin yang bisa mengembalikan vampire jadi manusia lagi. Memang sih aspek vampire as minority ini tidak terlalu banyak dieksplore, tapi bisa terlihat saat Gabriel mengingatkan Jane bahwa sebagai vampire dia harus siap menerima caci maki dari orang - orang disekitarnya. Atau yang lebih parahnya, dijauhi oleh keluarganya sendiri. Seolah belum cukup, sebagai vampir pun Jane terasing dari komunitas sesama vampire. Tapi syukurlah Jane yang suka banget ngasih tau trivia macam - macam ini cewe yang kuat ;).

Saya sih berharap buku ini nantinya diterjemahkan di Indonesia karena ceritanya yang lucu dan juga unik. Setting kota kecilnya bikin cerita makin kaya dan walau karakteristik vampirenya sama saja dengan novel - novel lain, tapi karakter - karakter di Nice Girls Don't Have Fangs ini semuanya memorable. Well, kalau suka genre paranormal romance dengan banyak humor di dalamnya, buku ini sayang banget buat dilewatkan :D


  "She's been framed for murder twice over, shot in the back, her arms were set on fire, and her parents are being held hostage. You think tampered dog water is what's going to makew her angry?"


Story & Sensuality  Rate

Saya memberi Nice Girls Don't Fangs ini:


Dan untuk sensualitasnya:


Ada adegan olahraga tempat tidur, tapi cukup ga bikin kipas - kipas kok, fufufu ;)

11 komentar:

  1. iya yah, kadang tuh emang harus sabar baca buku yg plot awalnya lamban dan banyak penjelasan detil. Macam Gone Girl juga githu, terus The Thirteen Tale juga githu, Lockwood & Co juga githu, The Candy Maker juga githu. Jadi harus fokus dan kuat-kuatin tahan di awal. Tapi pas udah masuk pertengahan, Voila dapat reward dengan cerita yang seru dan menarik, Hehehe. Dan itu rasanya seperti hutang yang akhirnya dibayar, hehehhe *perumpamaan gak tepat*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Lin. Mungkin karena aku keras kepala juga orangnya, rasanya kalau ga nyelesein buku yang kita baca itu rasanya ada yang kurang. Makanya tahun 2014 kemaren g ada buku yang aku DNF sama sekali XD

      Hapus
    2. @Lina gone girl ada novelnya? Yang filmnya ben affleck itu bukan tah? *maaaf ga nyambung, tapi penasaran banget mau nanya*

      Hapus
  2. Aku juga sempet baca blurb nya novel ini. But never pursue it further karena baca sinopsisnya sambil lalu. Masukin wishlist ah, soalnya aku paling suka karakter heroine sarkastik humoris gini hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus kok Ky. Cewenya emang cerewet, suka banget kasih tau trivia ini itu. Tapi disitu menariknya buku ini

      Hapus
  3. awin penasaran nih, kak ren beli buku berbahasa inggris dimana sih? kayaknya banyak bukunya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beli di Periplus banyakan Win :). Kadang juga di olshop yang jual buku seken English

      Hapus
  4. Di novel ini identity Jane sebagai vampir ngga disembunyiin dari societynya kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dari keluarga ma lingkungan Jane, dia nyembunyiin identitasnya lebih karena ga pengen ibunya kaget sih. Tapi vampire disini sama kayak di seri True Blood, udah diketahui khalayak luas

      Hapus
  5. Baca buku gak sampe selesai... kalo saya bukan pernah lagi. Tapi sering. Mau fiksi maupun nonfiksi. Moodnya abis di tengah jalan.

    Btw. Kebanyakan buku yang dikasih bintang 4 sama mbak Ren berhawa-hawa panas ya?! Sampe bikin divisi kipas segala. Boleh tau gak, selera dari dulu (sejak beranjak baligh) atao belakangan aja? XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hee.... bisa dibilang sejak kuliahan kok baru baca buku romance kipas :))). Dan ga semua yang kukasih bintang 4 selalu hot ceritanya. Banyak yang biasa aja :)

      Hapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D