Pages

Senin, 07 November 2022

Review: American Gods oleh Neil Gaiman

 

Judul: American Gods
Judul Terjemahan: Dewa - dewa Amerika
Pengarang: Neil Gaiman
Penerjemah: Lulu Wijaya, Ariyantri E Tarman
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 784 halaman
Diterbitkan pertama kali : 15 Mei 2017 (Cetak Ulang Ganti Cover)

Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa

Genre : Urban Fantasy
 
 Sinopsis :

Shadow, yang sedang menjalani hukuman penjara tiga tahun, menunggu hari pembebasannya dengan sabar. Ia ingin pulang ke Eagle Point, Indiana. Ia tidak takut lagi akan hari esok. Ia hanya ingin memulai hidup baru bersama Laura, istri yang sangat dicintainya.

Tetapi beberapa hari sebelum Shadow dibebaskan, Laura dan sahabat Shadow tewas dalam kecelakaan mobil. Hidup Shadow berantakan dan kehilangan arah. Lalu datanglah pria misterius yang memesona dan menamakan dirinya Mr. Wednesday, dan ia sepertinya sangat memahami Shadow.

Maka Shadow menerima pekerjaan dari orang asing ini. Ternyata pekerjaan ini membawanya ke dalam perjalanan gelap dan aneh dan memperkenalkannya kepada tokoh-tokoh eksentrik dengan takdir yang bertautan dengan takdir Shadow sendiri. Puncaknya, ia menemukan bahwa di balik permukaan tenang kehidupan sehari-hari, ada badai yang akan datang––dan peperangan epik untuk jiwa Amerika, dan ia berdiri di tengah semua pergolakan itu.

 Review

" Dewa-dewa mati. Dan ketika mereka benar - benar mati, mereka tidak ditangisi dan dikenang. Gagasan lebih sulit dibunuh ketimbang membunuh manusia, tapi pada akhirnya bisa dibunuh""

Wew...memang tidak mudah menghabiskan buku setebal 784 halaman. Untuk edisi terjemahan ini, ternyata diterjemahkan dari edisi peringatan 10 tahun penerbitan, dan saat saya baca buku ini, edisi aslinya sudah terbit sekitar 21 tahun lalu sedangkan edisi terjemahannya saya beli versi cetulnya di tahun 2017. Iya, udah 5 tahun ditimbun dan baru dibaca 😂. Temen saya banyak yang suka Gaiman, tapi pengalaman saya sama novel Gaiman yang baru baca 2 judul (Stardust, Good Omen) sepertinya banyak missnya ketimbang hitnya. Sama seperti buku American Gods ini, yang menurut saya punya ciri khas yang Gaiman sekali, yaitu ending yang nyaris antiklimaks. Tapi, sejujurnya saya juga sangat menikmati waktu 4 hari membaca buku setebal ini dengan font yang sangat tidak ramah dengan mata.


Bagi saya buku ini sangat...dragging. Bertele - tele dan terlalu banyak metafora. Walau begitu saya tetap membaca sampai akhir. Seperti yang Gaiman katakan di pengantar, buku ini sebenarnya lebih layak dibilang catatan perjalanan Shadow melintasi Amerika baik dengan mobil ataupun moda transportasi lain seperti pesawat. Perjalanannya pun tidak hanya beberapa bagian, tapi hampir dari utara ke selatan Amerika semuanya dilewati. Dari sini emang saya belajar tentang apa itu yang dinamakan Amerika, walau tentunya ga 100%. Amerika sendiri mungkin layak dibilang tanah impian, atau tanah buangan. Karena mitologi Amerika tidak ada yang murni dari tanah itu sendiri, seperti yang dijabarkan Gaiman bahwa mitologi pertama Amerika datangnya justru dari tanah Siberia, setelah tahun - tahun selanjutnya berbagai macam mitologi, baik itu Norse, Gaelic, Mesir, India, Asia Timur, Orient, Afrika dll datang. Entah dibawa oleh pelaut yang mengembara, kriminal buangan dari tanah Inggris, budak - budak yang dibawa dari tanah Afrika, atau bahkan seorang Muslim modern yang ingin mengubah nasib.

Tidak lengkap membahas American Gods tanpa membahas mitologinya dan saya salut sama banyaknya dewa-dewi atau pantheon yang dimasukkan Gaiman ke novel ini. Walau Gaiman sangat kentara sekali terinspirasi dari mitologi Norse, yang saya yakin banyak orang tahunya paling dari film Thor (saya sih udah tahu sejak lama, 😁), tapi ada pantheon lain yang juga ikut bermain peran seperti Anansi dari Afrika, Czernobog dari Rusia, maupun dewa dewi Mesir seperti Thoth, Anubis, Bast dan Horus. Dari semua bagian American Gods, bagian favorit saya adalah catatan Mr Ibis aka Thoth, yang mencatat kejadian - kejadian masa lampau yang membawa para dewa - dewi ke dataran Amerika. Mulai dari para leprechaun dan pixies, lalu dewa-dewi Afrika yang menjelma menjadi loa, bahkan sampai dewa - dewi yang terlupakan namanya. Tentunya supaya fokus tidak kemana - kemana, tidak semua dewa mendapat porsi cerita yang lumayan. Oh ya, tak lupa ada juga New Gods, dewa - dewi yang terbentuk dari teknologi modern, seperti Bocah Teknologi, Media, dan juga pemimpin mereka, Mr World. Gaiman seakan ingin menekankan bahwa konsep dewa - dewi, asal mulanya adalah dari sesuatu yang simpel yaitu "kepercayaan". Manusia percaya, maka dewa ada. Ketika manusia kehilangan kepercayaannya, para dewa kehilangan kekuatan dari kepercayaan itu dan akhirnya pun punah. Bagi saya, ini konsep cukup riskan, karena hal ini juga berlaku untuk konsep "agama", sebuah konsep yang juga dibahas Gaiman disini.
 
"Maksudku adalah, Amerika itu seperti itu. Bukan negeri yang cocok untuk menumbuhkan dewa - dewa. Dewa-dewa tidak tumbuh subur disini. Mereka seperti alpukat yang mencoba tumbuh di negeri beras liar."

Tentunya juga saya harus membahas tokoh utama kita, yaitu Shadow Moon. Dion (aka Raven) bilang ke saya jangan lupa membayangkan Ricky Whittle sebagai Shadow, dan ya itu cukup membantu. Walau di satu sisi, Ian McShane sebagai Mr Wednesday itu membuatnya jadi semacam om - om mesum, mengingat kecenderungan Wednesday untuk berhubungan seksual dengan gadis - gadis muda. Kesan pertama saya untuk Shadow adalah, ini cowok kenapa lempeng banget disuruh ini itu mau. Bahkan Shadow itu terkesan menerima apa saja hal - hal di luar nalar yang terjadi padanya. Sampai akhirnya saya sadar, kalau Shadow sejatinya masih berduka setelah Laura mati. Di awal disebutkan kalau Shadow sangat menunggu waktu dia bebas hanya untuk bisa bertemu istrinya tercinta. Bisakah bayangkan dua hari sebelum dia bebas, istrinya meninggal dan parahnya, meninggalnya saat sedang memberikan sex oral ke teman dekat Shadow sendiri. Saya akhirnya paham, kenapa Shadow bersikap menerima, karena mungkin ya itu caranya dia untuk berduka. Bahkan walau tahu Laura selingkuh, Shadow mengakui dia masih mencintai wanita itu, meskipun Laura sudah jadi zombie. Bahkan setelah Laura berkata alasannya selingkuh karena Shadow itu seperti orang mati yang hidupnya tidak tahu untuk apa, Shadow tetap usaha gimana caranya supaya Laura bisa hidup lagi. Mungkin memang agak lempeng, tapi toh Shadow ini narator yang menurut saya sangat oke. Mungkin agak - agak "the chosen one" juga karena kok kesannya dia penting banget dan diincar banyak pihak. Endingnya dia memang TERNYATA PENTING. Sangat penting malah. Sayangnya, sampai akhir nama aslinya Shadow tidak ketahuan siapa, walau kata Gaiman sebenarnya cluenya sudah ada. Tapi memang tidak disebutkan secara eksplisit nama asli Shadow, so silakan menebak - nebak.

 
Shadow menggeleng. "Tahukan kalian", katanya,"kurasa aku lebih suka jadi manusia daripada dewa. Kami tidak memerlukan orang untuk percaya kepada kami. Kami tetap saja melanjutkan hidup, bagaimanapun caranya. Itulah yang kami lakukan""
 
Edisi terjemahannya sendiri cukup oke, walau ya...tebalnya sangat - sangat bikin tangan saya capek juga bawanya, lol. Sayangnya beberapa typo cukup kentara walau ini infonya udah edisi cetul. Apa cetul itu cuma diurus ganti covernya aja tapi typonya tidak? Yang agak aneh tentu catatan kakinya, karena hanya ada beberapa dan itu juga terakhir - terakhir. Padahal kenapa tidak dari awal saja sudah ada footnote, karena beberapa makhluk mitologi di buku ini termasuk yang awam, bahkan untuk saya yang penyuka mitologi.

Pada akhirnya, American Gods memang bukan buku yang mudah untuk dibaca. Bukan pula buku yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Godaan untuk DNFnya juga cukup kencang, 😂. Saya toh tetap baca sampai akhir karena sebenarnya beberapa bagian seperti catatan Mr Ibis itu bagus dan sebenarnya mulai dari bagian kedua ceritanya sudah mulai mencapai momentum. Cuma ya, seperti yang saya bilangnya ending pertempuran Old Gods vs New Gods mungkin tidak seperti yang saya harapkan. Saya juga heran kenapa edisi terjemahannya tidak ada keterangan "Novel Dewasa", karena tidak cuma adegan seksualnya (baik hetero maupun gay), tapi ada hal - hal yang membuat trigger. Seperti level kekerasan, penjabaran mutilasi tubuh yang cukup detail (bukan pembunuhan, hanya prosedural pengurusan mayat) maupun pembahasan tentang konsep dewa, kepercayaan maupun agama, harus dibaca dengan pikiran yang terbuka. Selain itu penjabaran Gaiman akan cerita perbudakan membuat saya cukup mual dan mungkin memang benar predator yang sesungguhnya itu manusia, karena bagaimana bisa manusia memperlakukan sesamanya sebagai budak yang tidak lebih hina dari hewan?

Saya mungkin tidak akan baca buku ini dua kali, itupun saya baca lagi sinopsisnya per bab di wikinya hanya untuk sedikit mengerti bagian - bagian yang mungkin saya kelewatan,😆. Tapi memang buku ini cukup membuka wawasan, cukup membuat bertanya - tanya dan berpikir tentang konsep para dewa. Tentang konsep kepercayaan. Dan meskipun manusia bisa berlaku keji, manusia juga bisa berlaku sebaliknya. Karena tanpa manusia, para dewa ini bukanlah apa - apa
 
"Menurutku, kota bukan kota kalau tak punya toko buku. Kota itu mungkin bisa menyebut dirinya sendiri kota, tapi kalau tidak punya toko buku, dia tahu dia tak bisa mengelabui siapa pun"
   
 Intermezzo
 
Seperti karya - karya Gaiman yang lain, American Gods sudah dibuat versi tv seriesnya. Tayang dari tahun 2017 sampai 2019 di layanan TV Cable STARZ, American Gods dibuat dalam tiga season. Seperti yang saya utarakan di review, Shadow diperankan oleh Ricky Whittle dan Ian McShane (mungkin kalau kalian nonton Pirates of The Caribbean: On Strange Tides, pasti kenal karena belio memerankan perompak Edward Teach) memerankan Mr Wednesday. Penggemar mitologi Norse, ga akan butuh waktu lama untuk tahu siapa aslinya Mr Wednesday. Laiknya serial tv, tentu banyak perubahan cerita disana - sini atau penceritaan yang lebih detail lagi. Salah satunya porsi Salim dan kekasihnya, si Djinn yang lebih banyak, padahal di buku cuma dikasih 1 bab aja di catatan Mr Ibis dengan tentunya ending yang berbeda 😬. Sayangnya, mungkin karena rating kurang, American Gods ini dicancel di season tiga. Saya sendiri belum sempat nonton (dan ga tahu juga kapan mau nonton) sehingga kurang tahu apakah cerita untuk tv series ini sampai selesai atau hanya sebagian yang diceritakan.



 

Story  Rate

Rating untuk American Gods ini adalah: 
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D