Judul: Rahasia Sunyi
Pengarang: Brahmanto Anindito
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Gagas Media
Jumlah halaman: 361 hal
Terbit: January 2013
Format : Paperback
Genre : Thriller, Horror
Target Pembaca: Dewasa Muda
Sinopsis :
Lautan Angkasawan pergi ke Pegunungan Kerinci karena sebuah teka-teki.
Kirey Fowler, mantan kekasihnya, tewas dalam kecelakaan di kawasan gunung tertinggi di Sumatra itu. Lachlan Fowler, sang ayah, berharap Lautan membantunya menyibak rahasia di balik kematian anak perempuannya.
Di tengah belantara kemungkinan, satu per satu pintu misteri terbuka. Tapi, Lautan tidak sendiri. Sesuatu terus menghalanginya untuk menyingkap tanda tanya. Nyawanya terancam untuk sebuah jawaban...
***
Setelah kolaborasi bersama Rie Yanti lewat novel pertama mereka, Satin Merah, yang berpijak pada kebudayaan Sunda, kali ini Brahmanto Anindito merilis karya tunggalnya sendiri, Rahasia Sunyi. Perjalanan belum selesai. Dengan latar lokal sisi barat Sumatra, novel ini menawarkan pengalaman kultural dalam balutan thriller yang intens.
Review
"Apa yang awalnya terlihat indah di dunia ini belum tentu indah dalam kenyataannya. Begitu juga sebaliknya. Bisa ular dan madu warnanya sama - sama kuning.
Saya sudah lupa kapan terakhir kali baca buku karya pengarang lokal. Bilang saya tidak nasionalis atau tidak ada rasa patriotisme, tapi emang selera saya banyakan buku pengarang luar sih, hahaha. Apalagi agak sulit rasanya membaca fiksi karya anak negeri sendiri, karena walau ide sudah bagus, beberapa buku eksekusinya kurang pas atau bahkan bikin saya pengen nangis saking jeleknya. Saya pun baca Rahasia Sunyi ini karena dulu saya meminjamkan buku ini untuk teman kantor yang lagi belajar nulis dan selalu "meneror" saya buat baca cerita dia X). Bingung karena tidak ada kerjaan di kantor dan juga tidak bawa buku dari rumah, akhirnya saya memilah - milah buku yang saya simpan di kantor...dan taraaa... nongollah buku ini.
Rahasia Sunyi sendiri saya dapatkan pada saat ulang tahun Gagas yang ke-10 di tahun 2013 kemaren. Kebiasaan deh suka nimbun buku dan baru baca 2 tahun kemudian X)). Melihat review beberapa teman di Goodreads rata - rata banyak yang suka. Profile pengarangnya, Brahmanto Anindito, sendiri cukup meyakinkan. Setting cerita yang berlatar di Padang dan Gunung Kerinci cukup bikin saya antusias dan genrenya yang awalnya saya duga adalah thriller suspense membuat saya tak banyak cing cong untuk langsung membacanya
Yeah...sayangnya, seperti yang saya bilang sebelumnya. Ide bagus, eksekusi meh. Totally meh!
Tokoh utama buku ini adalah Lautan Angkasawan, nama yang udah susah diucapkan, terlalu ambisius juga. Lautan adalah pegawai outsourcing umur 20an yang pada suatu hari ga sengaja nabrak mobil orang bule, dan ternyata si bule ini mantan calon mertuanya (dah calon, mantan pula :v), Lachlan Fowler. Lachlan ingin Lautan ke Gunung Kerinci untuk menyelidiki kematian mantan pacar Lautan dulu, Kirey. Karena pengen dapat tambahan duit untuk beli obat pacarnya sekarang yaitu Tiara yang terkena penyakit hemofilia, Lautan pun menyanggupi. Apa yang menanti Lautan di Padang dan gunung Kerinci ternyata di luar dugaan cowok itu. Misteri yang menyelimuti kematian Kirey sangat berlapis dan....tidak berasal dari dunia ini. Sejalan dengan penyelidikan mereka, Lautan dan juga Tiara perlahan - lahan mengetahui rahasia Kirey yang bahkan Lautan selama ini tidak pernah tahu.
Dari cerita, sebenarnya buku ini potensinya sangat besar dan juga sangat tidak pasaran. Sayangnya, baca Rahasia Sunyi membuat saya serasa nonton film hantu atau horror yang jamak ada di TV atau bioskop dengan kadar "keju"nya yang sangat banyak sampai bikin saya eneg. Iya, Rahasia Sunyi ini ada elemen hantu dan klenik yang bersetting di Ranah Minang, bikin saya parno setengah mati! X( Beberapa element horrornya sukses bikin saya ga mau ke kamar mandi sendirian sih tadi malam, dan bagi saya itu salah satu kekuatan buku ini. Tapi...itu juga tertutupi dengan beberapa kesalahan fatal yang ada di Rahasia Sunyi.
Yang pertama, mas Brahmanto seakan alergi dengan deskripsi. Ada banyak sekali kalimat - kalimat yang dilempar begitu saja ke pembaca tanpa adanya deskripsi yang bagus. Seperti saat Lautan bertemu kembali dengan Lachlan, awalnya hanya dijelaskan deskripsi fisik Lachlan yang mengesankan kalau dia adalah orang Indonesia. Tapi di kalimat selanjutnya langsung dibilang "bule". Ini tentu saja bikin saya mengernyit. Dan masih banyak juga contoh - contoh bagian cerita yang seharusnya bisa diberi deskripsi yang lebih maknyus biar ceritanya ngga "tell, not show". Ya, saya menyadari kecenderungan mas Brahmanto buat ngasih tau pembaca ceritanya begini begitu secara langsung, bukannya menunjukkannya lewat deskripsi yang menarik.
Yang kedua, gaya penceritaannya yang memakai sudut pandang orang ketiga serba tahu. Ini juga blunder yang fatal dengan alergi deskripsinya Mas Brahmanto. Saya bete saat membaca dia menjelaskan apa itu hemofilia, lalu saat menjabarkan setting Gunung Kerinci yang menurut saya jatuhnya jadi menggurui sekali. Belum lagi saat pergantian dari POV orang ketiga ke orang pertama saat dia menceritakan tentang Roa, dukun orang setempat yang tahu tentang Kirey. Wow, pergantiannya sangat kasar! Ga smooth sama sekali. Seolah mas Brahmanto hanya menulis POV pertama dan berharap pembaca tahu kalau itu sudut pandangnya Roa. Lah, ya deh kalau tahu. Kalau ngga gimana? -_-"
Yang ketiga, twistnya yang terlalu berbelit - belit dan beberapa pertanyaan seperti bagaimana cara matinya Kirey juga tidak dijelaskan secara detail. Lucunya setelah itu ditambahkan penampakan mahkluk gaib yang walau bikin saya merinding disko saat nulis postingan ini, bikin saya juga semacam kayak "dibodohin". Saya mengira kalau buku ini akan murni thriller, dan ternyata ada "hantu" factor. Ditambah pula dengan penjelasan kenapa ada hantu dan sisipan pandangan penulis tentang ateisme dan kepercayaan bikin saya lagi - lagi menggeretakkan gigi. Stop menggurui!
Oh ya, mas Brahmanto juga membuat buku ini makin sinet dengan membuat Tiara, pacar Lautan terkena penyakit hemofilia yang langka. Ya ampuuun, seolah ga cukup dramanya, dibuatlah si cewe ini punya penyakit mematikan biar si cowo ada motivasi. Khas.Sinet. Banget! Bukannya simpati sama dua orang ini, saya malah jadi ilfil saat tahu Tiara sakit. Kenapa ga dibuat sehat wal'afiat aja sih -_-". Apalagi Lautan yang menurut saya, nih cowok gampang banget naik darah. Impulsif pula. Saya selalu mikir kalau pria itu bisa berkepala dingin dan saya melihatnya di suami saya yang bisa sangat sabar itu. Lautan ini cukup bikin saya kaget dengan sikap penuh emosinya.
Yang menyelamatkan Rahasia Sunyi lebih karena saya penasaran sama misteri kematian Kirey, teknologi - teknologi yang disematkan mas Brahmanto seperti Quora, Hangouts dan beberapa gadget lain, juga perkenalannya akan budaya ranah Minang yang dilengkapi dengan percakapan dalam bahasa setempat dan penjabaran akan Gunung Kerinci yang walau untuk beberapa bagian terasa seperti tempelan. Eniwei, ada sesuatu yang mengusik benak saya. Kenapa memasukkan orang bule ya ke buku ini? Saya emang agak keberatan dengan bahasa gado - gado, seperti yang pernah saya beberkan di review A Very Yuppy Wedding, dikarenakan semua yang ngomong orang Indonesia tapi berlagak kayak bule. Tapi, di buku ini emang ada bulenya, dan katanya Lachlan Fowler ga bisa lancar ngomong bahasa Indonesia, tapi di beberapa bagian kok bisa lancar banget ya? Saya heran kenapa tidak dibuat tokohnya semuanya orang Indonesia saja. Tokoh antagonisnya juga yang 2 dimensi banget, tujuannya sangat dangkal dan gampang ditebak. Penyelesaiannya pun tidak memuaskan. Saya cukup kecewa karena saya melihat mas Brahmanto punya potensi, yang ditunjukkan dengan prestasinya yang wah, menang lomba ini itu, tapi nyatanya bukunya gagal menarik perhatian saya (walau sukses dalam bikin merindingnya)
Huff....sepertinya perjalanan saya menemukan buku fiksi lokal yang bagus masih sangat panjang :(. Rahasia Sunyi cocok untuk kamu yang suka thriller yang dibumbui dengan unsur klenik dan budaya lokal. Cuma, rendahin aja ekspektasi saat pertama bacanya ya.
Saya sarankan buku Sabtu Bersama Bapak. Penulis lokal yang membawa hal sederhana dengan kemasan yang jleb. Hehe, menurut saya.
BalasHapusSudah banyak yang rekomen...nanti pinjem temenku deh :)
HapusAku baca ini ga kelar :D
BalasHapusWalah... ;)) Awalnya padahal cukup menjanjikan ya
HapusKalo Kirey tau harga emas skr anjlok, bangkit dari kubur kali ya?
BalasHapusDan usaha si Aria itu sia2, wkwkwk. Eh beneran anjlok? Padahal mau beli emas :(
Hapusmenggurui, kayanya di satin merah juga deh. Tapi aku ga merasa terlalu menggurui sih pas satin merah krn tokohnya emang perlu digurui, krn suka naif :D
BalasHapusKesan mengguruinya kentara soalnya penulisnya ga smooth gabungin fakta sama deskripsi di buku ini...makanya jadi kayak berasa baca buku teks.
Hapus