
Pengarang : Tia Widiana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 344 halaman
Diterbitkan pertama kali : 23 Mei 2013
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Drama, Contemporer
Bahasa : Indonesia
Kepemilikan : Punya sendiri
Order di : Gramedia, Bukukita, Bukabuku
Sinopsis
Yang membedakan Jagad dan Paras dengan pasangan pengantin lainnya adalah mereka menikah bukan karena cinta. Baik Jagad maupun Paras punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan bercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapkan—semua itu senantiasa menggelayuti Mahogany Hills.
Dengan caranya masing-masing, Jagad dan Paras berjuang untuk menghadapi satu pertanyaan yang pada suatu titik harus mereka jawab: Sanggupkah mereka bertahan dalam pernikahan yang tak sempurna itu?
Is Mahogany Hills fulfill my expectation? Sadly, NO.
Apa sih isi cerita Mahogany Hills? Seperti yang sudah dijabarkan di sinopsis, cerita tentang pernikahan yang tak ada cinta antara Jagad Arya dan Paras Ayunda. Jagad yang tipikal cowo bossy dan alphahole mati - matian menyangkal perasaannya pada Paras yang bak priyayi, begitu sabar dan telaten dalam menghadapi sikap Jagad yang semena - mena. Seolah belum cukup dengan itu, Jagad bahkan masih berhubungan dengan mantan pacarnya, Nadia yang memang di novel - novel seperti ini, entah kenapa juga tipikal sifatnya. Nadia membujuk Jagad untuk menceraikan istrinya, sementara Paras masih saja bersabar menghadapi kelakuan Jagad. Sampai akhirnya terjadi hal - hal yang membuat Paras tidak tahan lagi dan di saat itulah Jagad menyadari kesalahannya.
Simple kan ceritanya? Lalu kenapa saya bisa tidak suka?
Seorang teman pernah mengatakan, ide yang klise asal penjabarannya berbeda dan kreatif, akan menhasilkan sesuatu yang walau tidak baru tapi tetap menarik. Yes, there's nothing new under the sun. Pembaca yang hobinya baca Harlequin, ataupun genre romance pada umumnya, akan melihat bahwa apa yang ditawarkan Mahogany Hills tidak ada yang baru. Saya sendiri melihat, kalau gaya penulisan Tia itu bagus. Mengalir dan enak dibaca. Saya ga ngerti masalah diksi dan tetek bengek lainnya (EYD, dll), tapi saya tahu gaya menulis yang enak dibaca itu kayak gimana. Sayangnya, dalam banyak hal, dia gagal dalam mengeksekusi novelnya sendiri.
Pertama, dari segi karakterisasi. Oh, sooooo typical! Paras diceritakan sangat sabar, lulusan S2 di London (lulusan Cambridge), bisa masak, kaya, mengurus rumah, cantik, dan lain - lain. Tidak butuh banyak bab bagi saya untuk mengkategorikan Paras ini dalam kategori "Mary Sue". Terlalu sempurna, sampai nyaris tak ada cela, membuat saya sulit bersimpati untuknya. Apalagi awalnya sikap Paras bak damsel in distress, seperti tidak punya nyali untuk melawan Jagad yang semena - mena. Sehingga, saat dia menunjukkan tajinya, sudah habis simpati saya buat Paras.
Lalu Jagad, hmmm tipikal juga. Tipikal cowok brengsek, yang akhirnya dibuat menyadari kesalahannya sendiri. Duh, sama sekali ga ada yang baru. Cuma bikin saya pengen menendang dia aja, lol! Lalu, yang saya tidak habis pikir, kenapa oooh kenapaaa, kalau tokoh saingan si cewek, selalu digambarkan skanky, bitchy dan evil? Nadia disini diceritakan yang oooh, sangat jahat hatinya, urakan, mempermainkan hati lelaki dan lain sebagainya. Saya tahu, Tia ingin kita simpati sama Paras, ingin merasakan kesedihan hatinya. Tapi tema ini sudah sering dipakai sampai karatan. Bosaaan. Kenapa tidak membuat kisah mantan pacar yang berbeda. Misal nih,
Thanks to : Dion, dan Mbak Yudith dari GPU untuk buku Mahogany Hills ini
Rating Cerita :
Sensualitas :
Ada adegan yang cukup sensitif, tapi tidak dijabarkan dengan eksplisit
Itu spoiler pertama murip kasus ayat2 cinta :D
BalasHapusTapi aku beneran belum baca Ayat-Ayat Cinta :O . Yah, kesamaan prlot hanyalah kebetulan semata #eaaa X)
HapusWoow hahaha
BalasHapusPadahal aku mau beli gara gara waktu di WA BBI dulu..
Skrg baca review mba ren jadi ragu mau beli x___x
Pinjem aja Hanifah. Kali suka, nanti beli biar punya sendiri :P.
HapusKalau ngga, yoweslah XD
Amnesia? Seriously? Yah, karena saya gak pernah suka novel dengan inti utama romance, pfffft ya sudahlah gak bisa komen banyak karena kemungkinan juga gak bakal baca xD
BalasHapusSama kita mbaak... aku ga jadi beli buku ini karena ada amnesia2nyaa...males... :(
BalasHapusPinjamkan saya donk bukunya (masih penasaran biar pun udah intip sop-iler) walau gue benci sama tema amnesia, BTW yg ce atau co yg amne?
BalasHapusBoleh :)
HapusTapi ngantri di belakang Aul sama Tika ya Lin ;)
Pinjem juga dong mbak. Ragu mau beli huehehe. Tapi ngantri yak kayaknya. :))
Hapus*cuma mau mampir ninggalin jejak*
BalasHapus*belum baca review di atas sama sekali*
*karena lagi baca bukunya*
*takut gak sengaja nge-klik spoiler*
...
...
...
*dijambak karena nyampah*
Menunggu review Kang Opan :)
Hapusudah baca maho dan sudah baca reviu lengkap di atas. :)_
Hapusharus saya akui saya ternyata jarang baca romens. sekarang bisa ngerti kenapa ren gak gitu suka novel ini. *ngakak pasrah*
Kayaknya Penulis baru tu masih sangat sangat tipikal dalam pemilihan karakter ato adegan2 yg juga tipikal. Dan parahnya, para editor n publisher mengira itu bagus. Padal kita sudah eneg dengan ketipikalanmacam itu.
BalasHapusUntung gratisan ya, Ren. Lol
Iya juga ya. Jadi penasaran apakah ada requirement khusus buat Amore, misal tokoh cewenya harus Mary Sue, cowonya arogan, temanya harus amnesia dll
HapusYah, untung dikasih sih Lila, but it comes with bad effect for me, bwahahaha XD.
hhmmm... kurang oke ya? tadinya lumayan penasaran, sekarang sih jadi gak pengen baca lagi... :D
BalasHapushehehe... keliatan banget klo yang ngereview udah "khatam" banget ma jenis bacaan romance, bisa membanding-bandingkan dan berimajinasi lebih liar dari penulisnya.
BalasHapusAku sendiri udah baca buku ini, dan buatku yang kali pertama ketemu buku amore, ceritanya bagus *soalnya gak tau bacaan sejenis amore yang lain ceritanya kayak apaan* :P
Hahaha, Mbak Sinta ini bisa aja:) . Temanya yang sudah pasaran itu menurutku memang gagal dieksekusi sama penulisnya, dengan menambahkan plot2 tidak perlu, padahal plot yang ada masih bisa dikembangkan.
HapusIni juga Amore yang pertama untukku kok
hahahaha, setujuh, epilognya ra nyambung. makin bikin cheesy X)
BalasHapusAku pikir nggak masuk akal sih kenapa orang berpendidikan tinggi seperti Paras tidak kritis pada keadaan ini. Apakah ada fenomena seperti itu? entahlah..
BalasHapusNice review ren
Seperti kata Lila, Bang Epi, pengarang sepertinya diharapkan membuat novel dengan karakterisasi yang sudah umum, tema yang umum dan plot yang udah kebanyakan dipake, intinya sih recycle hal yang sudah ada.
HapusJadi tidak peduli apakah Paras bahkan sudah S3, dia memang dibuat tipikal cewe Mary Sue, damsel in distress, yang tabah2 aja walau sama suaminya diperlakukan seperti itu.
Makasih Bang Epi sudah kemari :)
Wah, jadi belajar banyak dari review ini soal hal-hal klise di novel-novel kebanyakan. Soalnya waktu pertama kali baca "Mahogany Hills", aku suka-suka aja, walau emang mengerutkan dahi pas bagian amnesia. Yah, emang mending telat tahu, ya, daripada nggak sama sekali. Wkwkwkwk... :3
BalasHapusMakasih, Kak, udah nge-share ilmunya... ^^