Pages

Jumat, 18 November 2022

Review: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat oleh Mark Manson

 

Judul: The Subtle Art of Not Giving a F*ck - A Counterintuitive Approach to Living a Good Life
Judul Terjemahan: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat-Pendekatan Yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik
Pengarang: Mark Manson
Penerjemah: F. Wicakso
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Grasindo

Tebal : 256 halaman
Diterbitkan pertama kali : 5 Februari 2018

Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa

Genre : Non Fiction, Self Help/Improvement
 
 Sinopsis :

Selama beberapa tahun belakangan, Mark Manson—melalui blognya yang sangat populer—telah membantu mengoreksi harapan-harapan delusional kita, baik mengenai diri kita sendiri maupun dunia. Ia kini menuangkan buah pikirnya yang keren itu di dalam buku hebat ini.
“Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas. Makanya, Anda harus bijaksana dalam menentukan kepedulian Anda.” Manson menciptakan momen perbincangan yang serius dan mendalam, dibungkus dengan cerita-cerita yang menghibur dan “kekinian”, serta humor yang cadas. Buku ini merupakan tamparan di wajah yang menyegarkan untuk kita semua, supaya kita bisa mulai menjalani kehidupan yang lebih memuaskan, dan apa adanya.

 Review

Inilah mengapa, bersikap masa bodoh, adalah kuncinya. Inilah alasan mengapa itu akan menyelamatkan dunia. Dan kuncinya adalah jika kita bisa menerima bahwa dunia ini benar - benar keparat dan itu tidak apa - apa, karena memang seperti itu, dan akan seperti itu adanya.."

Setelah selesai baca buku ini, di benak saya hanyalah:

Ngomong emang gampang...

Prakteknya yang susah.


Eniwei, that's mostly just joke, πŸ˜‚. Baca buku pertama Mark Manson yang infonya adalah blogger dengan self help article yang terkenal, wicis saya juga ga tahu dia siapa pas beli buku ini, memang berasa seperti baca orang lagi ngoceh, lalala yeyeye. Itu bukan hal yang buruk sebenarnya. Saya bukan tipe orang yang suka baca buku self-help dalam artian membantu untuk urusan pandangan hidup. Saya dulu  baca 1 judul karya istrinya Ernest Prakasa, Meira Anastasia yang judulnya Imperfect.  Baca buku ini endingnya malah cenderung seperti baca curhatan orang saja. Ya menjadi turut bersimpati, tapi tidak lantas memberikan sesuatu yang cukup berarti bagi saya. Apakah buku ini "membantu" saya dalam masalah pandangan hidup atau mungkin semacam memberi pencerahan seperti buku - buku tentang diet yang saya baca dan saya puja - puja sampe dikasih bintang lima?

Nggak juga, dan gue tahu kenapa.

Selasa, 15 November 2022

Review: The Silent Patient oleh Alex Michaelides

 

Judul: The Silent Patient
Judul Terjemahan: Pelukis Bisu
Pengarang: Alex Michaelides
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 400 halaman
Diterbitkan pertama kali : 23 Desember 2019

Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa

Genre : Mystery, Thriller
 
 Sinopsis :

Suatu malam, terdengar bunyi tembakan dari rumah pasangan Gabriel dan Alicia Berenson. Ketika polisi masuk, Gabriel ditemukan tewas tertembak lima kali di wajah dengan posisi terikat di kursi. Alicia berdiri di depan suaminya. Senjata api tergeletak di lantai.

Alicia membisu. Ia tak menjawab satu pertanyaan pun. Ia tetap diam ketika dituduh membunuh Gabriel. Alicia tetap bungkam sewaktu ditahan, tidak menyangkal atau mengaku. Ia tak pernah bicara lagi.

Alicia tetap membisu––tapi menyatakan satu hal, dengan lukisan potret diri. Ia memberi judul di sudut kiri bawah kanvas, dengan huruf-huruf Yunani biru terang.

 Review

KESEL. BANGET.

Itulah yang saya rasakan setelah baca buku ini. The Silent Patient adalah karya debut Alex Michaelides, walau yang bersangkutan sebenarnya sudah pernah jadi penulis naskah untuk beberapa film. Jadi emang baca buku ini kayak berasa nonton film. Biasanya untuk buku - buku genre misteri itu saya paling menanti - nanti plot twist apa yang bakal disajikan oleh penulisnya. Saya masih inget dulu misuh - misuh (in a good way πŸ˜‚) waktu baca Girls in the Dark karya Akiyoshi Rikako. Tapi perasaan saya terasa berbeda setelah menuntaskan The Silent Patient ini. Bukan, bukan perasaan hampa atau perasaan yang excited. Lebih ke yang "ini kan seharusnya ga harus seperti ini kalau saja..." dan banyak sekali pertanyaan - pertanyaan yang timbul dan diawali "kalau saja dia atau mereka bergini/begitu.. ".

Senin, 14 November 2022

Pemenang Giveaway 11 Tahun Blogoversary

 


Halo, selamat pagi dan selamat hari Senin😁
 
Terimakasih bagi teman - teman yang sudah mengikuti Giveaway 11 Years Blogoversary. Terimakasih atas teman - teman yang sudah berbagi buku terbaiknya dan juga memberi semangat buat saya untuk rajin ngeblog 😊. Saya juga senang banget balesin komen teman - teman, dan walaupun yang ikutan ga sebanyak kalau saya bikin di Twitter, tetep aja seneng pokoknya mah. Apalagi pas tanggal 14 ini, 11 tahun lalu, adalah hari pertama saya kerja. Hari pertama dimana saya merasa bahwa jadi manusia dewasa, bayar tagihan listrik plus air dan menjadi bagian dari masyarakat ternyata jauh lebih horor daripada ujian akhir atau skripsi πŸ˜‹.

Tanpa berbasa basi lebih lanjut, inilah pemenangnya. Semua pemenang saya pilih secara random ya:

Putri Munthe (@poetstories)
Annisa (@arningrat1)

Selamat buat para pemenang!!. Saya akan mention via Twitter dan mohon diresponse via DM yaaah.
 
Terimakasih sekali lagi buat semua peserta giveaway! 😁 Silakan dinantikan giveaway-giveaway selanjutnya di blog Ren's Little Corner yah.

Kamis, 10 November 2022

Review: 7 Seeds karya Yumi Tamura


Berbeda dari review - review buku yang saya baca, kali ini saya mau ngereview manga yang pernah saya baca dan bakal saya rekomendasikan ke banyak pihak, apalagi mereka yang nyari shoujo/josei manga BERKUALITAS. Review ini juga bakalan panjang banget dan penuh spoiler, karena saya kopas review saya di Goodreads dengan sedikit editing. Kalau ga keberatan dengan spoiler silakan dibaca, or read at your own risk πŸ˜‰.

Manga yang saya baca adalah 7 Seeds karya Yumi Tamura. Review ini akan membahas manga jilid 1 sampai 35 dan akan ada review untuk manga tambahannya aka 7 Seeds Gaiden. Again, so many spoilers, you've been warned! 😈😁
 
Disclaimer first, saya baca manga ini via scanlation. Karena Elex ga nerbitin 7 Seeds sampai habis, alias berhenti sampai volume 27 saja di tahun 2016. Apakah Elex bakal terbit ulang, who knows? Saya mikirnya 7 SEEDS ini mestinya diterbitin saja sama Level Comics kayak Basara, karena konten nudity, violence dan tema ceritanya sangat dewasa bahkan melebihi Basara. Saya inget baca 7 SEEDS dulu waktu kuliahan di tahun 2005 dan inget juga pernah koleksi sampai no 8 sekian. Kenapa saya terus berhenti koleksi dan baca? Karena ga sanggup sama kekerasannya dan kokoro saya yang bolak balik sakit ngelihat nasib - nasib orang di dunia 7 SEEDS, πŸ˜‚. Walau gitu, saya malah baca Basara yang bagi saya salah satu masterpiece Yumi Tamura (tapi ga direview menyeluruh, padahal saya baca udah sering kayaknya wkwkwk). Entah kenapa, pas saya lihat ada temen Goodreads yang mereview 7 SEEDS, saya iseng juga coba cari scanlationnya (mengingat ya komiknya sudah susah dicari, pun sensornya pasti berlimpah). Dan taraaa....ternyata scanlationnya sudah lengkap. Serialnya ternyata tamat di vol 35 dan bahkan ditambah 1 volume tambahan untuk epilog yaitu 7 SEEDS Gaiden. Untuk Gaiden akan direview di bagian paling bawah yah.

Rabu, 09 November 2022

Review: Mempelai Berukuran 12 oleh Meg Cabot

 

Judul: The Bride Wore Size 12
Judul Terjemahan: Mempelai Berukuran 12
Pengarang: Meg Cabot
Penerjemah: Barokah Ruziati
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 384 halaman
Diterbitkan pertama kali : 9 Oktober 2014

Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa

Genre : Cozy Mystery, Amateur Sleuth
Series: Heather Wells, buku 5
Review buku pertama: Ukuran 12 Tidak Gemuk
Review buku kedua : Ukuran 14 Pun Tidak Gemuk
Review buku ketiga : Bertulang Besar
Note: Buku dibaca April 2021
 
 Sinopsis :

Pernikahannya dengan detektif swasta, Cooper Cartwright, tinggal beberapa minggu lagi, dan Heather sangat stres. Dengan kematian mahasiswa baru yang cantik, Jasmine Albright, Heather yakin masalah tak akan bertambah buruk lagi. Sampai ketika semua mahasiswa menjadi tersangka dan ibunya yang telah lama pergi, muncul kembali.

Heather tak punya waktu untuk menangani air mata buaya ibunya. Ada rencana pernikahan yang harus diurus dan misteri pembunuhan yang harus diselesaikan. Karena bukan lonceng yang terdengar di pernikahannya melainkan desing peluru, Heather pun bertekad si penjahat harus mendapatkan hukuman setimpal jika itu hal terakhir yang bisa dilakukannya... dan kali ini, itu mungkin saja.

 Review

Akhirnya setelah hampir 2 minggu, selesai juga saya binge reading serinya Heather Wells. Lucunya, saya beli buku ini sekitar 7 tahun lalu, jadi ini bisa dibilang mengurangi timbunan juga, πŸ˜‰. Di The Bride Wore Size 12, Heather akhirnya bener - bener dapet HEAnya bersama sang cowok idaman, Cooper Cartwright. Seriusan, Cooper itu dreamy. Overprotective tapi dengan alasan yang bagus soalnya Heather emang pengundang masalah, tapi juga goofy, humoris. Black sheep pula di keluarganya, yang artinya, cowo rebel banget. What's not to love, hehehe 😍. Cuma, bukan Heather namanya kalau ga dapat masalah. Masalahnya, sebulan lagi dia mau menikah. Masa ga bisa hidupnya agak tenang dikit atau minimal jadi bridezilla?

Setelah buku 4 yang berasa cerita crime dan suspense, buku 5 ini balik lagi ke pakem cerita Heather selama ini, yaitu whodunnit. Sama seperti buku 1 dan 2, misterinya solid dan cara penyelesaiannya juga lebih make sense dan lebih enak dibaca ketimbang buku 3 yang tahu-tahu Heather nemu aja siapa pelakunya. Masih sama juga pakemnya ma buku - buku sebelumnya, Heather sekali lagi harus terancam nyawanya oleh pelaku, walau untuk buku ini agak sedikit berbeda. Tapi intinya, Heather masih ga kapok jadi amateur sleuth di asrama, eh gedung tinggal Fischer Hall.

Selasa, 08 November 2022

Review: Real Face oleh Chinen Mikito

 

Judul: Real Face
Pengarang: Chinen Mikito
Penerjemah: Lina Budiarti
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Haru

Tebal : 388 halaman
Diterbitkan pertama kali : 1 Maret 2021

Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa

Genre : Misteri, Thriller
 
 Sinopsis :

Karena butuh uang, Asagiri Asuka melamar dan diterima kerja di klinik bedah plastik milik Hiiragi Takayuki, seorang ahli bedah plastik genius. Dokter bedah itu bisa mengubah wajah pasiennya jadi apa pun... asal ada uang.

Asuka tak bisa mengikuti jalan pikiran sang ahli bedah yang kerap melanggar norma masyarakat itu. Ditambah lagi, semakin Asuka terlibat, semakin ia tahu bahwa Hiragi menyembunyikan sesuatu yang berhubungan dengan kasus pembunuhanpembunuhan empat tahun lalu.

Apa yang sebenarnya terjadi empat tahun lalu?
Apa benar Hiragi terlibat?
Satu per satu rahasia Hiragi pun terungkap...

 Review

" Kebenaran di dunia ini tidak ada artinya. Keadilan yang cuma ditentukan oleh suara mayoritas penonton itu tidak lebih berharga dari kotoran anjing."

Untuk ukuran buku dengan genre crime/thriller, tidak menduga akan ada unsur humornya (dan bukan dark humor!), terutama dari si dokter nyeleneh, Hiiragi Takayuki. Interaksi Asuka, seorang dokter anestesi yang naif, idealis dan berpegang teguh pada prinsip kedokteran dihadapkan dengan Hiiragi, dokter ahli bedah plastik yang lumayan sosiopat, mata duitan, amoral dan narsis. Tapi apa benar Hiiragi memang seperti itu? 
 

Senin, 07 November 2022

Review: American Gods oleh Neil Gaiman

 

Judul: American Gods
Judul Terjemahan: Dewa - dewa Amerika
Pengarang: Neil Gaiman
Penerjemah: Lulu Wijaya, Ariyantri E Tarman
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 784 halaman
Diterbitkan pertama kali : 15 Mei 2017 (Cetak Ulang Ganti Cover)

Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa

Genre : Urban Fantasy
 
 Sinopsis :

Shadow, yang sedang menjalani hukuman penjara tiga tahun, menunggu hari pembebasannya dengan sabar. Ia ingin pulang ke Eagle Point, Indiana. Ia tidak takut lagi akan hari esok. Ia hanya ingin memulai hidup baru bersama Laura, istri yang sangat dicintainya.

Tetapi beberapa hari sebelum Shadow dibebaskan, Laura dan sahabat Shadow tewas dalam kecelakaan mobil. Hidup Shadow berantakan dan kehilangan arah. Lalu datanglah pria misterius yang memesona dan menamakan dirinya Mr. Wednesday, dan ia sepertinya sangat memahami Shadow.

Maka Shadow menerima pekerjaan dari orang asing ini. Ternyata pekerjaan ini membawanya ke dalam perjalanan gelap dan aneh dan memperkenalkannya kepada tokoh-tokoh eksentrik dengan takdir yang bertautan dengan takdir Shadow sendiri. Puncaknya, ia menemukan bahwa di balik permukaan tenang kehidupan sehari-hari, ada badai yang akan datang––dan peperangan epik untuk jiwa Amerika, dan ia berdiri di tengah semua pergolakan itu.

 Review

" Dewa-dewa mati. Dan ketika mereka benar - benar mati, mereka tidak ditangisi dan dikenang. Gagasan lebih sulit dibunuh ketimbang membunuh manusia, tapi pada akhirnya bisa dibunuh""

Wew...memang tidak mudah menghabiskan buku setebal 784 halaman. Untuk edisi terjemahan ini, ternyata diterjemahkan dari edisi peringatan 10 tahun penerbitan, dan saat saya baca buku ini, edisi aslinya sudah terbit sekitar 21 tahun lalu sedangkan edisi terjemahannya saya beli versi cetulnya di tahun 2017. Iya, udah 5 tahun ditimbun dan baru dibaca πŸ˜‚. Temen saya banyak yang suka Gaiman, tapi pengalaman saya sama novel Gaiman yang baru baca 2 judul (Stardust, Good Omen) sepertinya banyak missnya ketimbang hitnya. Sama seperti buku American Gods ini, yang menurut saya punya ciri khas yang Gaiman sekali, yaitu ending yang nyaris antiklimaks. Tapi, sejujurnya saya juga sangat menikmati waktu 4 hari membaca buku setebal ini dengan font yang sangat tidak ramah dengan mata.

Jumat, 04 November 2022

Giveaway: 11 Years Blogoversary!!


11 tahun! Time sure do flies fast! πŸ˜‚ 

Sebelas tahun bukan waktu yang sebentar, kalau diibaratkan anak, ini udah kelas lima SD. Omong - omong, usia blog ini juga sama dengan lamanya saya pindah dari Malang ke Jakarta. Tuh kan, memang ga terasa sudah 11 tahun bekerja di Jakarta dan menjadi orang Jakarta tanpa kehilangan logat medoknya orang Malang. Walau saya selalu pakai kata "gue" di Twitter, come on, kita semua punya persona di sosmed. Yang kenal saya secara offline, tahu saya aslinya bagaimana πŸ˜†

Saya memang sekarang lebih banyak ngoceh di Twitter (seperti banyak reply komen - komen di Literary Base @litbase, misalnya) , dan sudah hiatus blogging dari 2017 karena banyak hal. Mulai dari mood swing yang parah, banyaknya teman blogger yang juga beralih platform (saya juga sih, lel), kesibukan di dunia nyata, dan lain - lain. Saya pun jadi lebih suka ngereview di Goodreads, karena di Goodreads jauh lebih bebas. Baca pun sesukanya. Di tahun 2015-2020, saya bolak balik mengalami reading slump, jadi buku yang dibaca pun ga sebanyak dulu lagi. Then, come pandemic, yang masih berlangsung sampai tahun ini. Saya pun sadar, tren ngereview buku ini sebenarnya juga banyak berubah. Dulu banyak sekali teman - teman yang membuat artikel via blogger atau wordpress. Sekarang sudah beralih ke utas - utas macam Twitter, reels di IG atau video di TikTok. Jaman berubah, media untuk membahas buku pun berubah.
 
Tapi saya merasa sayang untuk menghapus blog ini, karena banyak kenangannya. Baik yang menyenangkan maupun tidak, hehehe. Membaca postingan - postingan saya dulu, ada rasa malu, tapi ada juga rasa bangga. Dalam 11 tahun, sedikit banyak ada perubahan pada diri saya. Tapi saya lega karena opini tentang literasi yang dulu saya utarakan, saat saya baca ulang, ternyata saya yang sekarang pun masih berpikiran sama. Mungkin itu yang namanya prinsip πŸ˜‚. Saya memang berpendapat reading supposed to be fun. Dan itu masih tetap dari dulu sampai sekarang. Makanya, postingan blog saat ini juga untuk reviewnya kebanyakan saya kopas saja dari Goodreads dengan sedikit perubahan kata ganti orang pertama (gue → saya ), atau kalau awalnya pakai bahasa Inggris ya saya terjemahkan ke bahasa Indonesia jika ada waktu lebih. 

Saya ga tahu sampai kapan saya ngeblog, atau suatu saat blog ini akan hilang karena blogger kukut misalnya. Tapi selama masih ada semangat, blog akan saya update. Tentunya pelan - pelan saja. Mungkin isinya hanya review - review dulu, mungkin nanti saya bisa ngoceh lebih banyak lagi tentang dunia literasi karena lebih enak nulis di blog ketimbang di Twitter yang terbatas jumlah karakter meski bisa dibuat dalam bentuk utas. Mungkin juga ga akan viral, but hey, nama blog ini dulu walau dibikinnya dadakan, toh sekarang jadi bermakna. Karena kita semua kadang butuh sebuah sudut kecil untuk jadi diri sendiri dan mengutarakan opini.

Untuk merayakan 11 tahun blogoversary, hadiah dari saya adalah:

Voucher Belanja Buku di Toko Buku Online sebesar Rp 150.000 untuk dua orang.

Syaratnya mudah bangeeeet:

1. Di kolom komentar silakan komen dengan:
 
Nama
E-mail/Sosmed Handler (untuk dihubungi kalau menang)
Buku terbaik yang kamu baca di tahun 2022

2. OPSIONAL. Tinggalkan komentar di postingan mana saja yang ada blog ini. Bebas yah. Untuk postingan blog yang lama (lebih dari 2 minggu yang lalu), komennya dimoderasi jadi harap bersabar karena perlu saya approve πŸ˜€

3. OPSIONAL. Sila share link postingan GA ini di sosmed kamu. Boleh via Twitter, Tiktok, FB, IG, dll
 
4. GA berlaku untuk semua peserta dengan domisili di Indonesia.

5. GA berlangsung mulai tanggal 4-8 November 2022 dan pemenang akan diumumkan paling cepat seminggu setelah GA berakhir.

6. Pemenang akan dipilih secara random. Keputusan terkait pemenang tidak bisa diganggu gugat

Selamat mengikuti Giveaway! Terimakasih karena sudah berkunjung ke blog kecil ini! 😁

source pic: Vecteezy.com

Selasa, 01 November 2022

Review: Daughter of the Deep oleh Rick Riordan

 

Judul: Daughter of the Deep
Pengarang: Rick Riordan
Penerjemah: Reni Indardini
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Mizan Fantasi

Tebal : 416 halaman
Diterbitkan pertama kali : 5 Oktober 2021

Format : Paperback
Target Pembaca : Remaja

Genre : Science Fiction
 
 Sinopsis :

Ujian sudah seharusnya menegangkan, tetapi bukan berarti berbahaya apalagi sampai mengancam nyawa. Namun, tepat itulah yang dialami para murid kelas 9 Akademi Harding-Pencroft (HP), sekolah yang telah menghasilkan para ilmuwan dan prajurit laut terbaik di dunia.

Sekolah rival menyerang dan perang resmi meledak. Keempat asrama Akademi HP harus bersatu untuk menguak rahasia mengenai kekuatan teknologi dahsyat yang diperebutkan kedua kubu. Ujian naik kelas itu kini menjadi misi mematikan yang dipenuhi teka-teki dan taktik militer rumit.
 
Namun, satu perintah resmi yang diumumkan sang profesor pembimbing membuat seluruh murid kebingungan: Ana Dakkar harus selamat, apa pun yang terjadi.

Ana hanya gadis 15 tahun biasa. Dia memang mampu membaca gerak bibir, tetapi dia jelas bukan murid unggulan. Kenapa mendadak dia menjadi sangat istimewa?
Kenapa nyawanya harus dilindungi?
Kenapa Ana Dakkar tidak boleh mati?

 Review

" Baru sekarang aku menyadari bahwa peran sebagai pemimpin mengharuskan kita belajar untuk berlagak percaya diri padahal sebenarnya kita takut bukan kepalang"

Kesimpulan setelah baca karya terbaru Rick Riordan ini adalah: Agak TIDAK MASUK DI AKAL tapi ceritanya memang SANGAT menghibur.

Agak kontradiktif? Mungkin, πŸ˜‚. Saya berpendapat fiction itu sebenarnya kudu make sense. Tapi yah...emang agak outlandish ceritanya Daughter of the Deep ini. Buku ini (mungkin) adalah karya Rick Riordan pertama yang berbau science fiction setelah beliau berkutat dengan banyak mitologi untuk dunia Percy Jackson (dan serial turunannya) serta Kane Chronicles. Daughter of Deep bisa dibilang sangat terinspirasi karya Jules Verne, terutama tentang Captain Nemo. Halah, nama keluarga Ana saja sudah jelas ada hubungannya dengan Nemo yang bernama asli Prince Dakkar. Apalagi pendahuluan dari Roshani Choksi dan Rick Riordan sendiri di awal buku ini juga menyatakan demikian (jadinya mayan agak spoiler dikit bahkan sebelum cerita dimulai).