Jumat, 21 November 2014

Review Film: The Hunger Games - Mockingjay Part I

Judul : The Hunger Games - Mockingjay Part I
Adaptasi dari : Mockingjay karya Suzanne Collins
Durasi film : 123 menit
Pemain :Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth, Phillip Seymour Hoffman, Julianne Moore, Sam Claflin, Donald Sutherland
Sutradara : Francis Lawrence
Genre : Dystopia
Rating : Remaja


Review:

IF WE BURN, YOU BURN WITH US!!!

The Hunger Games adalah satu dari film yang menandakan kedatangan saya ke Jakarta (jyaaah X)) ). Maksudnya..saat pertama saya datang ke Jakarta, film pertama yang saya tonton adalah The Hunger Games, jadi film ini (selain The Hobbit) cukup berkesan bagi saya :'). Sama seperti pendahulunya, Catching Fire, saya juga tidak baca buku Mockingjay agar kenikmatan menonton film lebih maksimal dan saya ngga sibuk bandingin antara buku dan filmnya :P.  Semenjak Harry Potter and The Deathly Hallows, film pamungkas dari sebuah serial yang terkenal pasti dibagi dua. Pengikut pertama jejak si bocah yang ditakdirkan ini adalah film Breaking Dawn, yang menurut saya sih harusnya satu film saja sudah cukup. Lalu, apa film Mockingjay ini juga  cocok dibagi dua atau malah harusnya cukup dibuat satu film saja?

Saya cukup beruntung karena bisa menonton Mockingjay langsung di hari penayangan premiernya, yaitu kemaren. Yah, kebetulan load kerjaan juga lagi rendah dan saya juga ngga perlu lembur, maka saya dan suami langsung cuss ke bioskop terdekat :D. Syukurlah dapat tiket yang jam 7:15 malam dan masih beruntung lagi karena tidak harus nonton di row paling depan. Walau saya dapat row J dan rada pojok, jadi lumayan miring juga nontonnya :v. Tingginya animo penonton untuk Mockingjay juga ditunjukkan dengan penuhnya bioskop. Padahal bioskop di Kalibata Mall ini suka nayangin film2 kacrut, hahaha.
 

Mockingjay Part I dibuka dengan adegan Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) yang bangun dari mimpi buruk dan menyadari dirinya berada di Distrik 13, distrik yang awalnya dikira telah dihancurkan Capitol. Katniss marah pada Plutarch Heavensbee (Phillip Seymour Hoffman) yang hanya menyelamatkan Katniss tapi meninggalkan Peeta (Josh Hutcherson) di arena. Plutarch bersama dengan pimpinan Distrik 13, Presiden Alma Coin (Julianne Moore) ingin Katniss menjadi The Mockingjay, simbol pemberontakan semua distrik pada Capitol. Katniss yang masih terguncang awalnya menolak, tapi akhirnya dia setuju dengan syarat. Coin harus menyelamatkan Peeta dari cengkeraman Presiden Snow (Donald Sutherland). Tentu saja penduduk Distrik 13 banyak yang tidak setuju, karena Peeta, lewat tayangan Capitol malah meminta Katniss untuk menyerah dan menghentikan pemberontakan. 
 
 
 Setelah setuju untuk menyelamatkan Peeta, Coin mendeklarasikan Katniss sebagai Mockingjay dan perang pun mulai berkobar di tiap distrik. Katniss sendiri ditemani dengan teman masa kecilnya Gale (Liam Hemsworth) dan beberapa crew dari Distrik 13 pergi ke distrik - distrik lain untuk melakukan propaganda, dimana dirinya akan direkam dan videonya lalu disebarkan ke semua distrik dan Capitol.  Ketegangan semakin memuncak saat Capitol tahu letak distrik 13 dan pergi menyerang markas mereka. Misi penyelamatan Peeta dan pemenang The Hunger Games yang dulu, termasuk Annie, istri dari Finnick (Sam Claflin) pun dilaksanakan, dimana Gale menjadi salah satu relawannya. Tapi, apa yang menunggu Katniss setelah Peeta diselamatkan sama sekali jauh dari bayangannya.

 
War is ugly. Itulah pesan utama dari film Mockingjay. Kita akan dilihatkan pada keputus asaan Katniss saat melihat distrik 12, tempat tinggalnya diluluh lantakkan. Apalagi saat dia tahu Peeta juga ditawan oleh Snow, karena Peeta adalah satu dari beberapa orang yang Katniss sayangi. Mockingjay seolah memperlihatkan bahwa inilah perang yang sesungguhnya. Bahwa perang tidak hanya saling tembak nuklir atau peluru, tidak hanya masalah menghancurkan distrik. Perang adalah propaganda, manipulasi banyak pihak, pembunuhan banyak orang - orang yang tak bersalah dan Katniss terjebak di tengah - tengah. Untuk mengobarkan semangat pemberontakan distrik, Distrik 13 membuat Katniss menjadi simbol, tapi yang ada di pikiran Katniss hanyalah menyelamatkan Peeta. Egoiskah Katniss? Menurut saya, tidak. Katniss masih 18 tahun, masih sangat belia dan di usia yang sangat muda itu, dirinya menanggung beban berat karena banyak penduduk distrik yang menganggapnya sebagai pemicu pemberontakan.

Jennifer Lawrence is superb!! Cewe ini emang keren banget aktingnya dan dia bisa masuk banget ke Katniss. Saya merasakan rasa putus asanya, kebingungannya, amarahnya pada Snow dan Capitol dan juga rasa sayangnya pada Peeta. Yep, yang terakhir ini emang terlihat jelas. Katniss boleh saya mencium Gale, tapi saya melihatnya sebagai usaha gadis itu untuk mencari kenyamanan di dalam diri Gale. Yah, Gale juga sadar sih kalau dia aslinya di-friend zone parah sama Katniss, sementara tuh cewek malah ngga sadar XD. Sementara Katniss ke Peeta, kalau itu cuma sayang sama teman dan bukan cinta, tentu aja rasanya berlebihan saat Katniss memohon - mohon pada Coin untuk menyelamatkan Peeta. Bahkan Katniss lah satu - satunya orang yang saat melihat video Peeta, tahu kalau cowok itu disiksa oleh Capitol.
 
 
Penonton yang mengira akan ada permainan The Hunger Games, pasti bakalan kecewa sih, karena Mockingjay emang tentang perang, perang dan perang. Pun yang sudah baca bukunya, dari yang saya tahu juga beranggapan kalau filmnya tidak perlu dibagi dua. Film ini emang rada bosenin, walau atmosfer perangnya sebenarnya dapet. Plus selain Katniss, karakter - karakter lain juga dapat peran yang cukup signifikan. Hubungan Katniss dan Prim lebih dieksplor kali ini, dan Finnick pun masih tetap hawt walau dia semacam depresi juga, hehehe. Tapi adegan dia memberitahukan rahasia Snow di depan kamera itu scene stealer banget. Banyak adegan - adegan yang bikin saya merinding, seperti saat Katniss pergi ke Distrik 8, lalu semua orang disana memberinya salam 3 jari (bukan 2 jari, hahaha). Lalu saat pemberontakan dari Distrik - Distrik lain dimulai. Bagian yang menurut saya indah adalah saat Katniss menyanyikan lagu "The Hanging Tree". Eerie, haunting, yet beautiful. And yes, suara Jennifer Lawrence itu enak juga didenger (kabarnya dia menangis saat menyanyikan lagu ini. Saya yang denger aja juga mau mewek :(( ). Biar aroma depresinya tidak terlalu kental, ada beberapa humor yang juga diselipkan di film ini. Seperti saat Katniss bikin video propaganda, yang jatuhnya jadi maksa dan juga kehadiran Effie Trinket (Elizabeth Banks) yang cukup mencairkan suasana.

Dengan bagian akhir yang agak antiklimaks dan ending yang cukup ngentang, kalau kamu mau nonton Mockingjay Part I sekarang, ya mesti bersabar setahun lagi buat nonton Part II. Saya ngga ngerti kenapa harus nunggu setahun kalau proses produksinya sudah selesai :\. Dugaan saya, di Part II bakalan digeber habis - habisan pemberontakan Distrik 13 terhadap Capitol. Kesimpulan, Mockingjay aslinya lebih enak dijadikan satu film saja, jadi saya ngga perlu nunggu setahun cuma buat tahu lanjutannya ;D. Apa film ini recommended to watch? Kalau kamu fans The Hunger Games, jawabannya adalah ya. Mockingjay part I  bukan film terbaik (versi saya) tahun ini, tapi sayang rasanya buat dilewatkan.


 Are you, Are you
Coming to the tree
Where they strung up a man they say murdered three
Strange things did happen here
No stranger would it be
If we met up at midnight in the hanging tree
 
Are you, Are you
Coming to the tree
Where the dead man called out for his love to flee
Strange things did happen here
No stranger would it be
If we met up at midnight in the hanging tree
 

Movie Rate




Sensualitas
 

Ada adegan ciuman, walau hanya sekali. 

8 komentar:

  1. Dari batja review kak Ren, dibagi separuhnya benar-benar separuh tampaknya. Dan tentu saja ada bagian-bagian yang merupakan pengembangan dan ada juga adegan [di buku] yang dipercepat muncul (mungkin demi menghilangkan kebosanan?), hal yang biasa dilakukan oleh para pembuat film.

    Tapi tetep, bikin saya penasaran dan pingin bengot nonton! >.<

    Masih banyak sih yang ingin saya tuliskan, tapi kayaknya dikeep aja buat ditulis di blog sendiri, hahah. Tentunya setelah nonton filmnya. Yang entah kapan :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutku (dan yang udah baca), adegannya memang banyak pengembangan. Lebih banyak sisi dramanya sih untuk kali ini. Tapi perkembangan karakternya bagus

      Hapus
  2. Kalau baca review di atas, kesan perang di film ini ngena banget. Semacam perjuangan distrik-distrik melawan tirani Capitol.
    Never think that war, no matter how necessary, nor how justified, is not a crime (Ernest Hemingway)

    Perang adalah sesuatu yang buruk, dilihat dari kacamata manapun (meskipun kalau di film seru :D ). Saya kebetulan juga nggak baca bukunya, tapi nonton film ini dari seri pertama. Aslinya agak kecewa sih di ending film kedua yang gantung banget, tapi Mockingjay part 1 ini mungkin bisa meredam kekecewaan saya.

    Btw, Hollywood sepertinya sedang keranjingan memproduksi film ttg pemberontakan anak muda dengan latar masa depan, selain Hunger Games, saya merasakan kemiripan tema besar semacam ini di film Divergent, The Maze Runner, dan The Giver.

    Tinggal nunggu jadwal sama geng bwt nonton film ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih karena trend saat ini yaitu dystopia juga. Selain karena trend di dunia literatur itu dystopia masih meraja, dan juga keberhasilan THG, maka akan makin banyak fim dengan genre serupa ditayangkan :)

      Hapus
  3. menurutku, dibuat berserinya film adaptasi yang belakangan sering terjadi itu, pure strategi profit. Meskipun begitu, kita toh seneng-seneng aja dengan format begitu karena kadang kita ga pengen benar-benar cepat berpisah dengan serial adaptasi yang kita follow itu. iya ga sih?
    belum lagi dengan format berseri kayak gitu, improvisasi world-building (juga plot) bisa jadi part of surprise yg akhirnya bisa jadi bahan comparing thdp original story-nya di novel. Yah, semoga dengan begitu, malah bisa lebih memuaskan fans :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masalah memuaskan fans sebenarnya bisa blunder sih Ziy. Selama ini hanya Harpot saja yang emang pas dibagi dua, itupun masih banyak bagian yang tidak diceritakan. Kalau seperti THG dan Twilight, (dan juga menyusul Allegiant) sebenarnya 1 film saja sudah cukup. Karena banyak yang protes kalau Mockingjay part I terasa lama dan dilambat2kan (walau bagiku sih oke2 aja)

      Hapus
  4. Yep, menurutku juga Mockingjay ini tidak perlu untuk dibagi menjadi 2 bagian. Aku sudah baca bukunya dan sebagian besar ceritanya kan tentang perang dan para tokoh di markas Distrik 13. Tapi entahlah, aku sebagai penonton ya oke-oke saja. Mungkin kalau dijadikan dua film, semua moment penting akan bisa lebih tereksplor. Lagi pula, seri film The Hunger Games ini menurutku sudah bagus, tidak melenceng dari buku, hanya sedikit hal yang berbeda dengan versi bukunya, mungkin karena penulis bukunya terlibat dalam pembuatan film?

    "Yah, Gale juga sadar sih kalau dia aslinya di-friend zone parah sama Katniss, sementara tuh cewek malah ngga sadar XD. " -> wkwkwkwkwk XD
    Ah, jadi semakin penasaran sama film ini. Kemarin di ajak teman untuk nonton, tapi akunya lagi sibuk... #eh malah curcol XD

    BalasHapus
  5. Walaupun belum membaca seri terakhir dari buku Hunger Games ini, aku juga semangat banget saat tahu kalau filmnya sudah dirilis.
    Menyesal juga sih kenapa filmnya harus dijadikan 2 bagian. Mana akhir part 1 nya bener2 menggantung lagi.
    Tapi memang top deh akting para pemainnya. Benar2 dapat feelnya. And Peeta always be my favourite ^^

    BalasHapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...