Sabtu, 30 Januari 2016

Review: The Silmarillion oleh J.R.R. Tolkien


Judul: The Silmarillion
Pengarang: J.R.R. Tolkien (Diedit oleh Christoper Tolkien)
Penerjemah:Tanti Lesmana
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 624 halaman
Diterbitkan pertama kali :  November 2015

Format : Paperback
Target : Dewasa

Genre : Fantasy
Series: Middle Earth Universe

Beli di : Bukukita, Gramedia Bukabuku


Sinopsis :

Karya epik legendaris Tolkien yang mendahului
"THE LORD OF THE RINGS"


Ketiga Silmaril adalah batu-batu permata sempurna buatan Fëanor, Elf yang paling cemerlang di antara seluruh rasnya.
 
Ketika permata-permata itu dicuri Morgoth, Penguasa Kegelapan pertama, untuk memenuhi maksud dan tujuannya sendiri, Fëanor dan kaum kerabatnya mengangkat senjata dan mengobarkan perang dahsyat yang berlangsung sangat lama, untuk merebut kembali ketiga Silmaril. 
 
Inilah kisah tentang pemberontakan mereka melawan dewa-dewa, dan sejarah Zaman Pertama
yang penuh kepahlawanan di Middle-earth.

 Review

Saya adalah fans Lord of the Ring, meskipun hanya melalui filmnya yang megah itu. Walau ucapan fans sebenarnya tidak terlalu tepat, karena fans macam apa saya ini yang cuma mengerti Lord of the Ring lewat film besutan Peter Jackson dan hanya membaca The Hobbit sementara menuntaskan Fellowship of the Ring saja saya masih kesusahan. Walau begitu, hal ini tidak menyurutkan keinginan saya untuk memiliki The Silmarillion, apalagi semenjak saya menjadi silent reader di grup Eorlingas di Facebook yang digawangi oleh Mbak Poppy D. Chusfani. Membaca cukilan - cukilan The Silmarillion, mempelajari sejarah Middle-Earth pra Perang Cincin membuat saya bahagia karena pada dasarnya saya memang menyukai mitologi apapun, baik itu mitologi Yunani, Norse, Mesir, Celtic, Sumeria dan lainnya. Semakin besar kekaguman saya kepada J.R.R. Tolkien yang melalui Middle-Earth, telah berhasil membuat mitologinya sendiri.  Walau hanya membaca semacam rangkuman di grup Eorlingas, saya mendapat banyak gambaran tentang isi The Silmarillion. Waktu berlalu dan saya sedikit lupa dengan dunia ajaib Middle-Earth. Sampai kemudian terdengar kabar jika The Silmarillion akhirnya pun diterjemahkan. About time.
 
Maka, kesabaran saya menanti terjemahan The Silmarillion pun terbayar setelah menunggu lama. Terimakasih tentunya untuk event Secret Santa yang membuat Santa saya memilih untuk mengabulkan satu buku di wishlist saya yaitu The Silmarillion. Saya sendiri menyukai kemasannya. Dengan cover hitam legam, sederhana namun elegan. Mungkin ada yang berpikir apa yang saya lakukan, karena membaca The Silmarillion tanpa menuntaskan buku Lord of the Ring terlebih dahulu. But hey, karena selain buku ini harus direview untuk postingan SS (ehem ;)), saya juga aslinya memang ingin menikmati The Silmarillion dulu.
 
Sumpah Feanor (art by Jenny Dolfen)
The Silmarillion sendiri, ketimbang sebagai sebuah novel fantasy yang berdiri utuh, lebih seperti compendium yang merangkum event - event penting yang terjadi sebelum Perang Cincin. Karya ini diterbitkan setelah kematian Tolkien, dikumpulkan dari catatan - catatan beliau dan diedit oleh putranya yang berdedikasi, Christoper Tolkien. Christoper sendiri berpesan kepada pembaca, untuk "tidak mengharapkan konsistensi yang utuh" dari The Silmarillion karena banyaknya bagian - bagian yang tidak lengkap. Dibuka dengan kata pengantar dari Christoper Tolkien, untuk kemudian dilanjutkan dengan surat panjang dari J.R.R. Tolkien kepada sahabatnya yang seorang editor, Milton Waldman. Surat ini seperti semacam rangkuman isi The Silmarillion, karena ini saya menyarankan dua opsi untuk membacanya. Dibaca sesuai urutan dalam buku ini, atau melewatinya untuk dibaca terakhir - terakhir. Opsi manapun menurut saya sama baiknya, sama - sama membantu memahami isi The Silmarillion. Surat ini juga memuat rasa frustasi Tolkien, dimana menurutnya Inggris kekurangan mitologinya sendiri, karena mitologi yang ada berakar terutama dari mitologi Celtic dan Norse. Dan, ada kalimat dalam surat Professor Tolkien mengenai karyanya ini yang membuat saya merasa terhubung dengannya:


"Tidak semua orang akan menganggap penting hal ini sebagaimana diriku, berhubung aku dikutuk memiliki kepekaan yang sangat tajam dalam hal - hal semacam ini."

Mungkin, karena inilah setiap saya mengikuti tes MBTI, saya selalu mendapatkan kategori INFP, kategori yang sama dengan Professor Tolkien ;).
 
The Silmarillion terbagi dalam berapa bagian. Yang pertama adalah Ainulindale (Musik Ainur) yang menceritakan penciptaan Valar (dewa - dewi Middle Earth) oleh Eru Iluvatar dan awal pemberontakan Melkor, sang Valar yang bisa diasosiasikan dengan Iblis sendiri. Kemudian disambung dengan Valaquenta, bab tentang Valar dan Maiar, tentang penciptaan Valinor, tempat Valar bermukim, penciptaan bangsa Eldar atau Elves, dan kemudian rencana - rencana jahat Melkor terkait dengan para Elves. Untuk kemudian pembaca disajikan hidangan utama, Quenta Silmarillion, Sejarah Ketiga Silmaril. Silmaril adalah batu - batu permata yang diciptakan Feanor dari Kaum Noldor, salah satu kaum Elves yang pertama, yang menangkap cahaya dua Pohon yang menyinari Valinor. Begitu cintanya Feanor pada Silmaril, sampai jatuhlah ia ke perangkap Melkor-yang kemudian dinamainya Morgoth-, yang mencuri Silmaril, membuat Feanor bersumpah akan merebut batu - batu Silmaril walau dia harus melanggar kehendak para Valar dan Iluvatar. Sumpah Feanor ini, yang kemudian diikuti Kutukan Mandos, salah satu Valar, yang memicu sejarah Zaman Pertama di Middle Earth. Bersetting di Beleriand, maka dijabarkanlah kehidupan pasang surut para Elves yang penuh dengan tragedi, perang saudara, pertumpahan darah, kesedihan dan ratapan, namun juga ada keindahan dan kebijaksanaan para Elves di dalamnya.
 
High King Fingolfin vs  Morgoth (art by Ted Nasmith)
Setelah Quenta Silmarillion selesai dijabarkan dalam 24 bab yang semuanya sama pentingnya, pembaca diajak mengarungi masa Jaman Kedua yang diceritakan dalam bab Akallabeth. Akallabeth menceritakan awal mula sejarah Numenorian, atau bangsa Numenor yang merupakan keturunan Earendil, halfelven yang perannya sangat penting di akhir bab Quenta Silmarillion. Sayangnya bab ini cukup pendek, walau tetap padat berisi yang menceritakan kebangkitan dan juga kejatuhan bangsa Numenor yang pongah karena mereka pun tak luput dari rencana jahat Morgoth, kali ini diteruskan oleh pelayannya yang setia, yaitu Sauron.  Kejatuhan bangsa Numenor begitu dasyat, namun juga merupakan awal dari Jaman Ketiga. Dimana para penyintas Numenor pergi ke Middle Earth dan membangun kerajaan disana, Gondor dan Arnor. Lalu perang Aliansi Terakhir Elves dan Manusia yang menandakan awal dimulainya Perang Cincin untuk kemudian menjadi pondasi cerita The Lord of the Ring yang kita kenal.
 
Membaca The Silmarillion ibaratnya membaca pemikiran Professor Tolkien yang rumit. Karenanya membaca buku ini tidak cukup hanya sekali, tapi berkali - kali! Begitu banyak nama - nama Elves, Manusia, Valar, Maiar, lalu nama - nama Kerajaan, tempat penting dan sebagainya. Saya menyarankan agar tidak terlalu sering membuka glossarium yang ada di bagian paling belakang buku ini. Untuk pertama kali, bacalah semua babnya tanpa berusaha mengingat terlalu keras, resapi ceritanya dan pahami makna di balik bab - bab Quenta Silmarillion. Walau begitu, ada baiknya mungkin melihat sesekali silsilah kaum Elves, karena banyak nama - nama mereka yang berima sama dan menimbulkan kebingungan. Saya merasa bahwa begitu banyak kesamaan The Silmarillion dengan mitologi yang ada. Para Valar terasa seperti dewa - dewi Yunani, minus skandal tentunya. Cincin - cincin yang dibuat Sauron tentunya mengingatkan pada mitos Norse, Der Ring Des Nibelungen (The Ring of Nibelung). Tragedi yang menimpa Turin Turambar mengingatkan saya akan tragedi yang sering terjadi pada pahlawan - pahlawan dalam masa lampau. Begitu banyak tragedi di buku ini, membuat saya sesekali harus menghela napas karenanya. Silmarillion seakan memberitahu pembaca, bahwa kaum Elves yang dianggap bijaksana pun, bisa jatuh ke dalam tragedi dan tumpah darah peperangan karena rasa haus akan kekuasaan. Hal yang membuat mereka dimanipulasi habis - habisan oleh Morgoth.
 
Kisah Beren dan Luthien (art by breath-art)

Dari semua bab Quenta Silmarillion, yang menjadi favorit saya tentunya adalah Kisah Beren dan Luthien. Konon kisah mereka didasarkan pada pengalaman Professor Tolkien sendiri beserta istrinya, Edith. Begitu cintanya sang professor pada istrinya, sampai beliau meminta keluarganya untuk mengukir nama Luthien dan Beren di makam mereka berdua. Professor Tolkien bahkan berpendapat bahwa adegan Luthien yang menari terinspirasi dari istrinya yang juga menari untuknya, menjadi pondasi cerita Middle Earth secara keseluruhan. Terlepas dari semua itu, cerita Beren dan Luthien adalah cerita tentang cinta yang indah, sebuah cerita tentang pengorbanan, tentang apa cinta sejati itu sesungguhnya. Pengorbanan Luthien untuk mendampingi Beren, bagi saya bagaikan penggambaran universal akan pengorbanan seorang istri untuk suami. Saya tidak pernah mengerti hal ini sebelumnya, selalu berpikir kenapa harus selalu pihak wanita yang berkorban untuk kebahagiaan. Membaca kisah Luthien dan Beren membuat saya sadar, bahwa pengorbanan cinta wanita ke pria memang besar, karena dia harus meninggalkan apa yang dia tahu seumur hidupnya untuk menjalin hidup yang baru dengan pasangannya. Kisah Luthien dan Beren mungkin adalah satu dari kisah roman epik yang tidak kalah epiknya dengan Romeo dan Juliet atau kisah - kisah cinta lainnya.
 
Walaupun The Silmarillion tampak nyata didominasi oleh kaum pria, bukan berarti wanitanya lemah. Tidak sama sekali! Professor Tolkien terlihat sangat menghormati wanita, karena semua tokoh wanita yang ada di Middle Earth adalah karakter yang tangguh. Mulai dari Galadriel, Lady Lorien yang merupakan Elves pertama dari Kaum Noldor yang bermukim dari awal Jaman Pertama sampai Jaman Ketiga. Putri - putri Elves lain yang juga sama kuatnya, salah satunya Aredhel yang melawan kakaknya sendiri agar bisa melihat dunia, yang dibuktikannya dalam kata - katanya: 
 
"Aku adikmu, bukan pelayanmu, dan di luar batas - batas wilayahmu aku akan pergi kemanapun sesuka hatiku. Dan apabila engkau tidak hendak menyertakan seorang pengawal untukku, maka aku akan pergi seorang diri."

Lalu ada Melian, sang Maia pertama yang menjalin hubungan dengan Elves, yang dengan Sabuknya melindungi kerajaannya dan dibenci oleh Morgoth. Menyebut Melian tak lengkap tanpa menyebut putrinya, Luthien yang gagah berani. Cintanya pada Beren yang kuat yang membuat mereka bisa merebut Silmaril dari tangan Morgoth, hal yang tak bisa dilakukan oleh kaum Elves lain. Masih ada lagi tokoh - tokoh wanita lain, beberapa terjatuh dalam tragedi (salah satunya Nienor Niniel yang malang), tapi sifat dasar mereka sama. Mereka tidak mau berpangku tangan begitu saja menghadapi musuh.

Review ini tidak akan lengkap tanpa saya memberikan apresiasi yang besar untuk penerjemahnya, Tanti Lesmana. Berkat beliau, terjemahan Silmarillion terasa mulus dan sangat enak dibaca. Terjemahannya membuat saya terhanyut dalam bab - bab Quenta Silmarillion. Memang ada beberapa istilah yang cukup asing bagi saya, tapi setidaknya Elves tidak diterjemahkan menjadi Peri di buku ini. Begitu besar dedikasi dalam penerjemahan, saya menganggap bahwa Tanti Lesmana dan juga team editor telah melakukan pekerjaannya dengan sangat bagus. Kabarnya pun, penerjemahnya juga berkonsultasi dengan Tolkien Society untuk mendapatkan terjemahan yang pas. Memang akan banyak kata - kata yang diulang, tapi jangan membaca The Silmarillion layaknya novel biasa. Anggaplah seperti sedang membaca sejarah Middle Earth yang begitu kaya dan unik ini :).

Membaca The Silmarillion adalah salah satu pengalaman membaca yang menyenangkan, karena begitu hebatnya Professor Tolkien dalam membangun dunia dan karakter - karakternya, satu dari banyak unsur penting dalam genre high fantasy. Pembaca Lord of The Ring tentunya sangat - sangat tidak ingin melewatkan karya beliau yang satu ini. Dan jika kamu adalah fans LOTR juga high fantasy, apa yang kamu tunggu? :)
 

"...bahwa tindakan - tindakan hebat dalam sejarah dunia, 'roda - roda dunia' sering kali dilakukan bukan oleh para Penguasa dan Gubernur, atau bahkan dewa - dewa, melainkan oleh mereka yang kelihatannya tidak dikenal dan lemah..."
 
- Surat J.R.R. Tolkien kepada Milton Waldman-

Perang Saudara di Alqualonde (art by Ted Nasmith)

Note:
Beberapa gambar di review ini bisa dilihat di website Ted Nasmith , Jenny Dolfen dan breath-art di DeviantArt. Ketiganya adalah beberapa illustrator yang menggambar illustrasi - illustrasi yang berkaitan dengan Lord of The Ring, utamanya The Silmarillion.


Story  Rate

Rating untuk The Silmarillion ini adalah:





Guess the Santa!!!



Karena review ini juga sekalian untuk menebak Santa dari event Secret Santa, maka saya sertakan juga disini :P. Untuk riddle bisa dibaca di postingan ini.

Jujur, I have no idea karena riddlenya cukup membingungkan. Yang bisa saya tangkap adalah Santa suka Alice in Wonderland, karena halaman terakhir memuat adegan di buku Alice in Wonderland (yang saya juga belum baca). Lalu ada quote dari Colleen Hoover yang setelah saya googling, diambil dari buku Hopeless. Yah, saya juga cukup hopeless buat mecahin riddlenya nih --". Ada juga simbol yang saya ngga bisa baca...

Akhirnya dengan bisikan dari teman, saya menebak kalau Santa saya adalah Hanum dengan blognya di Buchtopia. Jadi, Hanum, bener ngga ya kamu Santaku? Dan riddle kamu artinya apaan sih, huhuhu ;(.

14 komentar:

  1. Balasan
    1. mbak ren, haha. Liat riddle nya aja udah pusing XD

      Hapus
    2. Riddle paling rumit dari semua riddle SS tahun ini

      Hapus
  2. Aku juga penasaran sama simbol yang itu mbak, artinya apaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Simbol itu emang yang bikin pusing...anagram atau kumparan atau lingkaran atau...

      Hapus
  3. riddile yg tak tertebak, hi3

    btw ilustrasinya keren itu ren, gilak bsa bikin kayak bgitu #envy

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang karya breath-art bagus - bagus Dan. Pengen banget punya hiasan kaca bertema LOTR :3

      Hapus
  4. ini masih jadi wishlist!

    Semoga tebakannya benar mbak

    BalasHapus
  5. Masuk wishlist banget bukunya! Semoga bener ya, aku masih nggak tau siapa SS ku :((

    BalasHapus
  6. Salah satu timbunanku ...
    Aku tahu siapa SS-mu Ren, meski tidak bisa nebak juga arti riddlenya hahahaha

    BalasHapus
  7. Bahkan aku gak pernah kelar baca riddlemu, ren. Keburu bosen di tengah2. Muahahaha....*diinjek santanya ren*

    BalasHapus
  8. Buku ini berasa baca sejarah panjang middle earth ya :) so far aku baru baca hobbit sama LOTR aja karya Tolkien. Mudah2an bisa baca buku ini juga one day. Btw penasaran sama santa ren, ayo mengakuuu XD

    BalasHapus
  9. Mana nih santanya ren blm ketemu...hahaha abis riddlen panjang jd penasaran siapa si santa :D

    BalasHapus
  10. Saya tau LOTR dan The Hobbit cuma dari nonton filmnya. Jadi pengin mempelajari Middle Earth juga... Kalau membaca kesan Kak Ren tentang betapa rumitnya kisah yang ditulis Tolkien, saya jadi ingat George R.R. Martin dengan Game of Thrones-nya :D

    BalasHapus

Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)

Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).

Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.

Terimakasih sudah mau berkunjung! :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...