Judul : Goodnight Tweetheart
Pengarang : Teresa Medeiros
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 248 halaman
Diterbitkan pertama kali : Desember 2011
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Contemporer, Chicklit
Bahasa : Indonesia
Status : Punya sendiriWeb Pengarang Order di : Gramedia
English Review at Goodreads : click here
Sinopsis
Review
Pengarang : Teresa Medeiros
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 248 halaman
Diterbitkan pertama kali : Desember 2011
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Contemporer, Chicklit
Bahasa : Indonesia
Status : Punya sendiriWeb Pengarang Order di : Gramedia
English Review at Goodreads : click here
Sinopsis
@PenulisButuhIde
Setelah novel debutnya menjadi buku pilihan Oprah, Abby Donovan punya utang besar: menyelesaikan buku keduanya, yang sementara ini mandek pada Bab Lima. Jadi, sebenarnya Twitter hanya mengganggu konsentrasinya.
Trending Topic: True Love
Follower ber-ID MarkBaynard—dosen sinis yang sedang cuti panjang, begitu katanya—mengajarinya banyak hal tentang Twitter, sehingga Abby tak kesulitan menyuarakan pikirannya dalam 140 karakter. Tak lama, halangan menulisnya pun berangsur-angsur sirna.
Masalahnya, benarkah Mark Baynard nyata? Ataukah kedekatan mereka hanya ilusi sekejap yang tercipta di dunia maya?
#FollowToday
Kisah ini ditulis hampir seluruhnya dalam dialog tweet dan DM. Seperti rekaman chatting dengan teman yang kita simpan untuk dibaca lagi di kemudian hari.
Setelah novel debutnya menjadi buku pilihan Oprah, Abby Donovan punya utang besar: menyelesaikan buku keduanya, yang sementara ini mandek pada Bab Lima. Jadi, sebenarnya Twitter hanya mengganggu konsentrasinya.
Trending Topic: True Love
Follower ber-ID MarkBaynard—dosen sinis yang sedang cuti panjang, begitu katanya—mengajarinya banyak hal tentang Twitter, sehingga Abby tak kesulitan menyuarakan pikirannya dalam 140 karakter. Tak lama, halangan menulisnya pun berangsur-angsur sirna.
Masalahnya, benarkah Mark Baynard nyata? Ataukah kedekatan mereka hanya ilusi sekejap yang tercipta di dunia maya?
#FollowToday
Kisah ini ditulis hampir seluruhnya dalam dialog tweet dan DM. Seperti rekaman chatting dengan teman yang kita simpan untuk dibaca lagi di kemudian hari.
Review
Ah, Teresa Medeiros. Salah satu pengarang historical romance selain Lisa Kleypas yang saya suka bacanya. Uniknya Tante Teresa ini tidak cuma mengarang hisrom, tapi juga paranormal romance, fantasy dan contemporary romance. Makanya saya gembira pas tahu karyanya yang berjudul Goodnight Tweetheart diterbitkan disini. Menurut saya ini kejutan dari GPU yang paling manis deh :).
Cerita bermula dari Abby Donovan, seorang penulis terkenal yang bukunya menjadi pilihan "Oprah's Book Club"... empat tahun yang lalu. Saat ini dia mengalami apa yang dinamakan "writer block" tidak tahu apa yang harus ditulis, tidak percaya diri bahwa buku keduanya ini akan lebih bagus dari buku pertama. Abby takut dia hanya akan jadi penulis "one hit wonder" dan hilang selamanya dari dunia penerbitan, apalagi dia baru mencapai bab 5 sementara deadline tinggal sebentar lagi. Agentnya yang melihat hal itu, lalu membuatkan Abby akun Twitter...
Dari Twitterlah, awal mula Abby bertemu dengan seseorang yang kelak akan membuatnya bangkit lagi. Sebuah akun yang avatarnya (profile picture atau ava, atau apa deh istilahnya) berbentuk telur (hal yang biasa ada di Twitter, jika seseorang belum memasang foto sebagai avatar) bernama MarkBaynard menyapanya. MarkBaynard mengaku sebagai professor bahasa Inggris yang sedang ambil cuti panjang, dan melakukan perjalanan keliling dunia. Mark lalu mengajari Abby tata cara dalam Twitter (ternyata emang ada tata caranya, pembaca) mulai dari mengunduh Tweetdeck agar mudah mengorganisasi tweetsnya (saya sih pake Twitter biasa, repot soalnya), cara me-mention, memakai tanda # atau hashtag (dalam indonya sih tagar, tapi entah kenapa di sini, tetep memakai hashtag), untuk tidak memfollow seorang bernama J*st*n B*eb*r (hahahaha!) sampai akhirnya mereka saling bertweet melalui DM (Direct Message, sama seperti Private Message di Facebook) karena tidak ingin tweets mereka diketahui orang lain, yang membuat saya sedikit mikir, kalo ga pengen diketahui orang, kenapa ga dibikin private aja ya? *garuk-garuk*.
Sejak saat itu Abby dan Mark selalu bertukar sapa melalui Twitter. Diawali dengan pakaian apa yang mereka pakai, lalu saling menunjukkan tempat mereka berada, dimana Mark menunjukkan foto tempatnya saat itu dan Abby menunjukkan foto laptopnya, yang tidak menunjukkan perkembangan signifikan. Selain berbincang tentang kultur Amerika (yang bikin saya agak bingung sih, karena ga familiar), Mark juga menyemangati Abby untuk menyelesaikan novelnya. Mereka bahkan sempat kencan lewat Twitter! Pura - pura tentu saja, tapi jelas berkesan untuk keduanya. Yang membuat tweets mereka begitu spesial, Abby dan Mark selalu berpisah dengan mengucapkan Goodnight, yang ditambah dengan nama tokoh - tokoh, dan diakhiri dengan Mark yang berkata : Goodnight, Tweetheart...
Tapi, bagaimana kalau selama ini apa yang dikatakan MarkBaynard sebenarnya hanya kebohongan? Bahwa dia sebenarnya tak pernah pergi sekalipun ke tempat - tempat yang ditunjukkannya dalam Twitter? Bahwa walau benar dia sedang cuti panjang, sebenarnya keseharian hidupnya dihabiskan dengan berbaring di rumah sakit dan tinggal menunggu ajal? Bagaimana Abby bisa percaya dengan Mark, kalau apa yang dikatakan Margo, teman Abby itu benar? Untuk jangan mempercayai omongan orang di Internet?
Hanya saja, tentu ada maknanya diantara banyaknya tweets antara Abby dan Mark. Dimana Abby menemukan keberaniannya untuk menulis lagi. Mark yang memberinya semangat, untuk tidak apa - apa menulis sampah, asal Abby tidak menyerah. Dan ketika Abby akhirnya memaafkan Mark atas kebohongannya, sekarang giliran Abby untuk menyemangati Mark agar melanjutkan hidupnya, dan juga bertemu Tweetheartnya...
Goodnight Tweetheart adalah cerita yang unik, lucu, membuat saya ingin menangis saat tahu nasib Mark yang sebenarnya, tapi juga menghangatkan hati. Pembaca yang ga familiar dengan Twitter, mungkin akan berkerut kening membaca ini. Bahkan walaupun saya yang gila Twitteran ini paham apa yang Abby dan Mark bicarakan, beberapa kultur dan topik yang mereka angkat terdengar asing di telinga saya. Disini Teresa Medeiros, melalui Mark, mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan sebaik - baiknya. Dan teknologi, seperti Twitter, yang bagai pedang bermata dua, juga ada sisi baiknya. Kita mungkin sering mendengar artis - artis yang saling hina lewat Twitter (ga malu kali ya mereka), orang saling sindir, adanya link - link berbau pornografi dan SARA lewat timeline Twitter. Tapi disisi lain kita bertemu dengan orang baru, berbincang dengan mereka, bercanda, tertawa, menangis, padahal kita sama sekali tidak pernah ketemu. Bahkan mungkin seumur hidup ga bakal ketemu!
Twitter memang seperti Facebook, kalau digunakan dengan baik, dia akan bermanfaat dengan baik. Dia mungkin suatu saat akan membangkitkan semangat seseorang seperti yang Mark Baynard lakukan pada Abby Donovan. Sayang, saya kurang puas dengan endingnya yang mengambang. Walau saya pernah membaca di Twitternya tante Teresa (yup, dia ini rajin ngetweet, dan salah satu kucingnya Buffy the Mouse Slayer ada di novel ini juga), beliau ada rencana untuk melanjutkan novel ini. Semoga saja itu menjadi kenyataan ya =).
Note : Saya kurang suka sama cover versi GPU. Terlalu chicklit, lebih bagus cover aslinya yang berbentuk burung pipit ikon Twitter. Lebih terasa "aroma" Twitternya gitu.
Favorite Quote :
MarkBaynard : Goodnight, Tweetheart...
Rating Cerita
Sensualitas
Tidak ada adegan sensual, tapi mengandung konten dewasa yang membutuhkan pemikiran lebih dalam.
Cerita bermula dari Abby Donovan, seorang penulis terkenal yang bukunya menjadi pilihan "Oprah's Book Club"... empat tahun yang lalu. Saat ini dia mengalami apa yang dinamakan "writer block" tidak tahu apa yang harus ditulis, tidak percaya diri bahwa buku keduanya ini akan lebih bagus dari buku pertama. Abby takut dia hanya akan jadi penulis "one hit wonder" dan hilang selamanya dari dunia penerbitan, apalagi dia baru mencapai bab 5 sementara deadline tinggal sebentar lagi. Agentnya yang melihat hal itu, lalu membuatkan Abby akun Twitter...
Dari Twitterlah, awal mula Abby bertemu dengan seseorang yang kelak akan membuatnya bangkit lagi. Sebuah akun yang avatarnya (profile picture atau ava, atau apa deh istilahnya) berbentuk telur (hal yang biasa ada di Twitter, jika seseorang belum memasang foto sebagai avatar) bernama MarkBaynard menyapanya. MarkBaynard mengaku sebagai professor bahasa Inggris yang sedang ambil cuti panjang, dan melakukan perjalanan keliling dunia. Mark lalu mengajari Abby tata cara dalam Twitter (ternyata emang ada tata caranya, pembaca) mulai dari mengunduh Tweetdeck agar mudah mengorganisasi tweetsnya (saya sih pake Twitter biasa, repot soalnya), cara me-mention, memakai tanda # atau hashtag (dalam indonya sih tagar, tapi entah kenapa di sini, tetep memakai hashtag), untuk tidak memfollow seorang bernama J*st*n B*eb*r (hahahaha!) sampai akhirnya mereka saling bertweet melalui DM (Direct Message, sama seperti Private Message di Facebook) karena tidak ingin tweets mereka diketahui orang lain, yang membuat saya sedikit mikir, kalo ga pengen diketahui orang, kenapa ga dibikin private aja ya? *garuk-garuk*.
Sejak saat itu Abby dan Mark selalu bertukar sapa melalui Twitter. Diawali dengan pakaian apa yang mereka pakai, lalu saling menunjukkan tempat mereka berada, dimana Mark menunjukkan foto tempatnya saat itu dan Abby menunjukkan foto laptopnya, yang tidak menunjukkan perkembangan signifikan. Selain berbincang tentang kultur Amerika (yang bikin saya agak bingung sih, karena ga familiar), Mark juga menyemangati Abby untuk menyelesaikan novelnya. Mereka bahkan sempat kencan lewat Twitter! Pura - pura tentu saja, tapi jelas berkesan untuk keduanya. Yang membuat tweets mereka begitu spesial, Abby dan Mark selalu berpisah dengan mengucapkan Goodnight, yang ditambah dengan nama tokoh - tokoh, dan diakhiri dengan Mark yang berkata : Goodnight, Tweetheart...
Tapi, bagaimana kalau selama ini apa yang dikatakan MarkBaynard sebenarnya hanya kebohongan? Bahwa dia sebenarnya tak pernah pergi sekalipun ke tempat - tempat yang ditunjukkannya dalam Twitter? Bahwa walau benar dia sedang cuti panjang, sebenarnya keseharian hidupnya dihabiskan dengan berbaring di rumah sakit dan tinggal menunggu ajal? Bagaimana Abby bisa percaya dengan Mark, kalau apa yang dikatakan Margo, teman Abby itu benar? Untuk jangan mempercayai omongan orang di Internet?
Hanya saja, tentu ada maknanya diantara banyaknya tweets antara Abby dan Mark. Dimana Abby menemukan keberaniannya untuk menulis lagi. Mark yang memberinya semangat, untuk tidak apa - apa menulis sampah, asal Abby tidak menyerah. Dan ketika Abby akhirnya memaafkan Mark atas kebohongannya, sekarang giliran Abby untuk menyemangati Mark agar melanjutkan hidupnya, dan juga bertemu Tweetheartnya...
Goodnight Tweetheart adalah cerita yang unik, lucu, membuat saya ingin menangis saat tahu nasib Mark yang sebenarnya, tapi juga menghangatkan hati. Pembaca yang ga familiar dengan Twitter, mungkin akan berkerut kening membaca ini. Bahkan walaupun saya yang gila Twitteran ini paham apa yang Abby dan Mark bicarakan, beberapa kultur dan topik yang mereka angkat terdengar asing di telinga saya. Disini Teresa Medeiros, melalui Mark, mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan sebaik - baiknya. Dan teknologi, seperti Twitter, yang bagai pedang bermata dua, juga ada sisi baiknya. Kita mungkin sering mendengar artis - artis yang saling hina lewat Twitter (ga malu kali ya mereka), orang saling sindir, adanya link - link berbau pornografi dan SARA lewat timeline Twitter. Tapi disisi lain kita bertemu dengan orang baru, berbincang dengan mereka, bercanda, tertawa, menangis, padahal kita sama sekali tidak pernah ketemu. Bahkan mungkin seumur hidup ga bakal ketemu!
Twitter memang seperti Facebook, kalau digunakan dengan baik, dia akan bermanfaat dengan baik. Dia mungkin suatu saat akan membangkitkan semangat seseorang seperti yang Mark Baynard lakukan pada Abby Donovan. Sayang, saya kurang puas dengan endingnya yang mengambang. Walau saya pernah membaca di Twitternya tante Teresa (yup, dia ini rajin ngetweet, dan salah satu kucingnya Buffy the Mouse Slayer ada di novel ini juga), beliau ada rencana untuk melanjutkan novel ini. Semoga saja itu menjadi kenyataan ya =).
Note : Saya kurang suka sama cover versi GPU. Terlalu chicklit, lebih bagus cover aslinya yang berbentuk burung pipit ikon Twitter. Lebih terasa "aroma" Twitternya gitu.
Favorite Quote :
MarkBaynard : Goodnight, Tweetheart...
Rating Cerita
Sensualitas
Tidak ada adegan sensual, tapi mengandung konten dewasa yang membutuhkan pemikiran lebih dalam.
Endingnya gantung ya...
BalasHapusBetul :(
HapusMasa cuma bilang Tweetheart aja gitu #nangisgulingguling
wah... kayaknya mesti masuk wishlist ini.... penasaran sama ceritanya....
BalasHapusIyaaaa, ayo beliii :D
HapusAku suka sama karyanya Tante Medeiros. HRnya juga bagus =)
wahhhhh...seriusss?? jadi pengen baca juga, testing ebooknya dulu deh....hehehe
HapusWaitssss, asfdfffdfaffafdfdfd (^^^)
HapusHayuh, beli aja bukunya :)).
Gara2 piracy, sekarang pihak Amrik ngeluarin suatu kebijakan yang mengancam dunia maya lho
ahhhhh rennn kenapa dikasih tau kalo si Mark ini sakit kankeeer??? hiks hiks
BalasHapusEh, udah dimodif kok reviewnya :P
Hapuspenasaran mo baca. Aku suka HR-nya Medeiros soalnya. #masukWishlist
BalasHapusOh, udah baca HRnya yang mana? :D
HapusAku yang udah baca itu Charming The Prince. Bagus untuk ukuran HR ma unik banget
tanyaaa, hashtag apa fungsinya siih? bingung tweeet. tapi kayanya mau baca deh, biar ngerti tweet dikit".. hehe..
BalasHapuseh.. kalo di ebook bhs inggrisnya yang aku baca bukan J*st*n B*eb*r, tapi B*i*ney S*ear* :))
BalasHapusSedang browsing mencari bacaan ringan yang menghibur, sepertinya ini bisa dijadikan rekomendasi :D bikin penasaran ...
BalasHapusHahaha aku udh komen di atas.. tapi karena pengen baca buku ini, jadinya aku komen lagi deh biar menang pick a book giveawaynya. :D :D
BalasHapus