Penerbit : Brava
Tebal : 304 halaman
Diterbitkan pertama kali : 31 Januari 2012
Format : e-book (dari Penerbit)
Diterbitkan pertama kali : 31 Januari 2012
Format : e-book (dari Penerbit)
Target : Dewasa
Genre : Romantic Suspense
Seri : Cupcake Club
Buku ke : 2 (dua)
Bahasa : Inggris
Status : Request
Genre : Romantic Suspense
Seri : Cupcake Club
Buku ke : 2 (dua)
Bahasa : Inggris
Status : Request
Sinopsis
Double Fudge…Toasted Coconut…Key Lime…Strawberry Cream…
Every bite is a mouthful of heaven.
And the women of the Cupcake Club are bringing their appetites …
Riley Brown never imagined she would find her bliss on Georgia’s quiet Sugarberry Island after years of Chicago’s city life. With a new career and fantastic new friends, she’s got it all—except for eligible men. But a gig staging a renovated beach house delivers a delicious treat—six feet of blue-eyed, gorgeous writer as delectable and Southern as pecan pie. Quinn Brannigan has come to Sugarberry to finish his latest novel in peace, and suddenly Riley has a taste for the bad boy author that no amount of mocha latte buttercream or lemon mousse will satisfy …
Riley’s friends are rooting for her to give in to her cravings and spice up her life, but it’s Quinn who needs to learn that life’s menu just might include love, in all its decadent, irresistible flavors…
Every bite is a mouthful of heaven.
And the women of the Cupcake Club are bringing their appetites …
Riley Brown never imagined she would find her bliss on Georgia’s quiet Sugarberry Island after years of Chicago’s city life. With a new career and fantastic new friends, she’s got it all—except for eligible men. But a gig staging a renovated beach house delivers a delicious treat—six feet of blue-eyed, gorgeous writer as delectable and Southern as pecan pie. Quinn Brannigan has come to Sugarberry to finish his latest novel in peace, and suddenly Riley has a taste for the bad boy author that no amount of mocha latte buttercream or lemon mousse will satisfy …
Riley’s friends are rooting for her to give in to her cravings and spice up her life, but it’s Quinn who needs to learn that life’s menu just might include love, in all its decadent, irresistible flavors…
Review
Sweet Stuff adalah buku nomor 2 dari seri Cupcake Club karangan Donna
Kauffman. Menceritakan tentang Riley Brown, seorang fotografer dan stylist
makanan untuk majalah yang pindah dari Chicago ke Pulau Sugarberry di Georgia.
Disana dia bergabung dengan Cupcake Club yang kegiatannya adalah membuat
cupcake tentu saja dan berteman dengan Leilani, pemilik klub, Alva, seorang
nenek yang tetap lincah di usianya yang sudah senja, Dre yang hobi berpakaian
gothic, Charlotte yang berasal dari Puerto Rico dan Franco seorang gay
flamboyan yang hobi bicara dengan bahasa Perancis. Pada suatu hari, saat Riley
sedang memperbaiki bungalow penduduk setempat, dia bertemu dengan Quinn
Brannigan, seorang penulis best seller yang pergi ke Sugarberry untuk mencari
ilham bagi novel terbarunya.
Quinn sendiri mulai tertarik dengan Riley yang menurutnya sangat cantik
walau wanita itu merasa dirinya ceroboh. Riley sendiri pergi ke Sugarberry
karena masa lalunya yang pahit, dimana tunangannya selama 4 tahun berselingkuh
dan menikah dengan mantan pengasuh anjing Riley, Mr Brutus. Riley takut untuk
menjalin hubungan dengan pria, dan dengan Quinn yang dianggapnya menarik. Hal
ini cukup membuat Quinn dan Riley sempat salah paham dan saling menjauh, walau
akhirnya mereka kembali dekat. Dengan bantuan dari sahabatnya di Cupcake Club
dan juga Quinn, Riley berusaha kembali menemukan jati dirinya yang sempat
hilang. Dan percaya bahwa dirinya juga patut menemukan cinta di diri pria yang
dicintainya.
Saya agak merasa bingung saat membaca Sweet Stuff, dikarenakan buku ini
adalah buku nomer 2 (dan saya baca ini juga karena request loh). Karenanya, hubungan beberapa tokohnya, terutama para tokoh
di Cupcake Club sedikit asing untuk saya. Seperti terasa menyusup ke
persahabatan yang sudah lama terjalin. Secara pribadi, saya merasa bahwa buku
ini sangat membosankan, terasa datar, serta konfliknya pun kurang tergali
dengan dalam. Alur ceritanya terasa sangat lambat, dan saya merasa kalau apa
yang dilakukan tokoh – tokohnya hanyalah bicara, bicara dan bicara. Humornya
pun beberapa terasa hambar, dan saya tidak merasa terhubung dengan dua karakter
utamanya. Menurut saya, sang pengarang terlalu tipikal dalam membuat karakter.
Dimana karakter prianya, Quinn sangat sempurna, tinggi, mata biru, dari keturunan Irlandia. Hmm, saya ga ngerti dan sebenarnya penasaran, apa iya cowok Irlandia itu keren2 :)). Riley sendiri ceroboh dan
tidak sadar kalau dirinya menarik, hanya karakter prianya yang menganggapnya
seperti itu. Hal ini adalah klise dalam novel sejenis, yang sayangnya gagal
dieksekusi oleh sang pengarang.
Inti dari Sweet Stuff sebenarnya adalah pencarian jati diri, dimana untuk
buku ini berfokus pada karakter Riley Brown. Sayang, karena terlalu lambat,
saya baru bisa terkoneksi dengan cerita menjelang bab – bab terakhir (sekitar
bab 17). Pembaca yang tidak sabar, bisa jadi akan berhenti di tengah – tengah.
Kurangnya konflik juga membuat buku ini terasa “biasa”. Padahal seharusnya
pengarang masih bisa menggali lebih dalam, seperti bagaimana kalau tiba – tiba saja
mantan tunangan Riley tiba – tiba datang, sehingga unsur dramanya lebih terasa
dan membuat cerita jauh lebih menarik. Cupcake Club disini juga seakan hanya
pajangan. Saya menyukai interaksi antara Riley dan sahabat – sahabatnya, dimana
mereka juga membantu Riley menemukan kembali kepercayaan dirinya. Tapi saya ingin
ada sesuatu yang lebih, mungkin karena dari judulnya yang mengandung kata “cupcake”,
saya ingin ada banyak adegan yang melibatkan cupcake disini. Mungkin juga ada resep - resepnya.
Yang unik di Sweet Stuff sendiri adalah tokoh prianya juga unik karena seorang penulis.
Disini pengarang memberikan gambaran bahwa menjadi penulis best seller tidaklah
mudah. Ada beban dimana mereka harus memberikan karya yang bagus untuk pembaca,
sekaligus ketakutan apakah karyanya ini akan sukses. Kita dihadapkan pada
dilema Quinn yang ingin keluar dari pakem menulisnya selama ini. Dia adalah
penulis novel dengan genre misteri suspense yang lebih fokus pada pembunuhan,
pemecahan kasus yang dibumbui dengan percintaan yang panas. Di novel
terbarunya, Quinn ingin lebih fokus pada hubungan antara karakternya, dan
disinilah peran Riley yang nantinya akan membantu Quinn lepas dari dilemanya. Sayangnya, ngga dijelaskan lebih lanjut lagi tentang proses pembuatan novel Quinn, apakah karya barunya ini diterima pembaca atau tidak.
Pada akhirnya Sweet Stuff tidak "semanis" judulnya. Kurangnya bumbu membuat buku ini jadi berasa hambar buat dibaca. Ngga ada yang istimewa dari Sweet Stuff, bahkan saya malah menggerutu abis - abisan setelah baca ini. Selain bagian pencarian jati diri Riley datang terlambat, hubungannya dengan Quinn pun mulai dengan terlambat. Saya tahu kalau si pengarang pengen agar proses cinta mereka terasa alami. Tapi saya juga ga masalah kalau mereka mengutarakan cinta di awal - awal dan menarik melihat konflik apa yang akan membuat mereka memikirkan ulang perasaan itu dan membuatnya jadi jauh lebih kuat. Pakem hubungan disini memang berbeda, dimana biasanya pasangan kenal dan punya hubungan intim di pertengahan cerita, lalu nantinya punya masalah. Disini adalah kebalikannya. Saya agak merasa aneh aja, mungkin karena belum terbiasa.
Apakah buku ini layak dibaca? Bagi kamu yang pengen bacaan drama yang ga banyak mikir, boleh saja. Tapi kalau ga sabaran kayak saya dan pengen adanya konflik yang lebih dalam, buku ini jelas mengecewakan.
Rating Cerita :
Ada adegan ranjang walau tidak eksplisit.
'saya ingin ada banyak adegan yang melibatkan cupcake disini.
BalasHapusMungkin juga ada resep -
resepnya'
mau nyontek resepnya ya kak :D.
Kenapa gak baca Bliss aja, katanya kue-kue disana lebih yumie dan berkhasiat *jiah.. Obat kalee* lho..
intinya, typical harlequin ya, ren.
BalasHapusHmm...aku cuma pernah baca Harlequin-nya Donna Kauffman sih, dan emang menurutku dari segi certia dia mah biasa aja
Lebih ke cerita pencarian jati diri sebenarnya, cuma yah bikin bete bacanya :(
HapusWahh, sependapat nih. Sebenarnya judul dan covernya itu menarik banget.Tapi, bener kata Kak Ren, kurangnya konflik jadi bikin novel ini biasa aja.
BalasHapus