Judul Terjemahan: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat-Pendekatan Yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik
Pengarang: Mark Manson
Penerjemah: F. Wicakso
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Grasindo
Tebal : 256 halaman
Diterbitkan pertama kali : 5 Februari 2018
Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa
Genre : Non Fiction, Self Help/Improvement
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Grasindo
Tebal : 256 halaman
Diterbitkan pertama kali : 5 Februari 2018
Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa
Genre : Non Fiction, Self Help/Improvement
Sinopsis :
Selama beberapa tahun belakangan, Mark
Manson—melalui blognya yang sangat populer—telah membantu mengoreksi
harapan-harapan delusional kita, baik mengenai diri kita sendiri maupun
dunia. Ia kini menuangkan buah pikirnya yang keren itu di dalam buku
hebat ini.
“Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas. Makanya, Anda harus bijaksana dalam menentukan kepedulian Anda.” Manson menciptakan momen perbincangan yang serius dan mendalam, dibungkus dengan cerita-cerita yang menghibur dan “kekinian”, serta humor yang cadas. Buku ini merupakan tamparan di wajah yang menyegarkan untuk kita semua, supaya kita bisa mulai menjalani kehidupan yang lebih memuaskan, dan apa adanya.
“Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas. Makanya, Anda harus bijaksana dalam menentukan kepedulian Anda.” Manson menciptakan momen perbincangan yang serius dan mendalam, dibungkus dengan cerita-cerita yang menghibur dan “kekinian”, serta humor yang cadas. Buku ini merupakan tamparan di wajah yang menyegarkan untuk kita semua, supaya kita bisa mulai menjalani kehidupan yang lebih memuaskan, dan apa adanya.
Review
" Inilah mengapa, bersikap masa bodoh, adalah kuncinya. Inilah alasan
mengapa itu akan menyelamatkan dunia. Dan kuncinya adalah jika kita bisa
menerima bahwa dunia ini benar - benar keparat dan itu tidak apa - apa,
karena memang seperti itu, dan akan seperti itu adanya.."
Ngomong emang gampang...
Prakteknya yang susah.
Prakteknya yang susah.
Eniwei,
that's mostly just joke, ๐. Baca buku pertama Mark Manson yang
infonya adalah blogger dengan self help article yang terkenal, wicis saya
juga ga tahu dia siapa pas beli buku ini, memang berasa seperti baca
orang lagi ngoceh, lalala yeyeye. Itu bukan hal yang buruk sebenarnya. Saya bukan tipe orang yang suka baca buku self-help dalam artian membantu
untuk urusan pandangan hidup. Saya dulu baca 1 judul karya
istrinya Ernest Prakasa, Meira Anastasia yang judulnya Imperfect. Baca buku ini endingnya malah cenderung seperti baca curhatan orang saja. Ya menjadi turut bersimpati, tapi tidak lantas memberikan sesuatu yang cukup berarti bagi saya. Apakah buku ini "membantu" saya dalam masalah pandangan
hidup atau mungkin semacam memberi pencerahan seperti buku - buku
tentang diet yang saya baca dan saya puja - puja sampe dikasih bintang lima?
Nggak juga, dan gue tahu kenapa.
Nggak juga, dan gue tahu kenapa.
Karena
kalau buku diet itu saya suka bacanya, ya itu karena saya emang butuh buat diet. Kesan setelah baca buku ini, sebenarnya secara garis besar pandangan saya sama Mark Manson hampir
sama ๐. Jadi buku ini emang lebih ke mengafirmasi beberapa nilai
pandang saya. Yang saya suka, bahasanya emang jujur, walau semakin ke
belakang rasanya agak mayan melantur. Mark Manson tidak "sugar-coating"
omongannya, dia bicara apa adanya. Dunia ini emang penuh penderitaan,
dan YA, TERUS KENAPA? Apa kalau kita baca buku ini, berharap penderitaan
kita bakal paling enggak ilang? Nggak juga kan? Mark mengajarkan, jadi
orang itu kalau ada masalah ya, hadapilah. Bukannya malah lari dari masalah.
Lha terus, katanya buku ini ngajarin "bodo amat"? Yang dimaksud tentu saja, pikirlah hal - hal yang emang menurutmu perlu dipikirkan. Bukan yang ga perlu dipikir atau dipedulikan, kamu pikirkan sampe endingnya overthinking. Karena itu semua ga bakal selesai, ๐. Menurut saya, buku ini emang semacam ngajarin kamu waras dengan menyentil nilai - nilai yang mungkin selama ini kamu anggap benar, tapi ternyata malah sebaliknya. Saya paham kalau buku ini bukan buat semua orang, dan walau saya bilang buku ini mengafirmasi cara pandang saya, ga lantas saya setuju 100%. Kalau saya boleh bilang, take it with a grain of salt lah ya.
Lha terus, katanya buku ini ngajarin "bodo amat"? Yang dimaksud tentu saja, pikirlah hal - hal yang emang menurutmu perlu dipikirkan. Bukan yang ga perlu dipikir atau dipedulikan, kamu pikirkan sampe endingnya overthinking. Karena itu semua ga bakal selesai, ๐. Menurut saya, buku ini emang semacam ngajarin kamu waras dengan menyentil nilai - nilai yang mungkin selama ini kamu anggap benar, tapi ternyata malah sebaliknya. Saya paham kalau buku ini bukan buat semua orang, dan walau saya bilang buku ini mengafirmasi cara pandang saya, ga lantas saya setuju 100%. Kalau saya boleh bilang, take it with a grain of salt lah ya.
"...Kebenarannya adalah, saya pikir saya menginginkan sesuatu, namun pada kenyataannya tidak. Habis perkara.
Saya menginginkan imbalan bukannya jerih payah. Saya menginginkan hasil dan bukan proses. Saya hanya jatuh cinta pada kemenangan dan bukan perjuangan.
Dan hidup tidak berjalan seperti itu."
Saya menginginkan imbalan bukannya jerih payah. Saya menginginkan hasil dan bukan proses. Saya hanya jatuh cinta pada kemenangan dan bukan perjuangan.
Dan hidup tidak berjalan seperti itu."
Buku ini emang menyentil banyak hal. Salah satu
yang gue tangkap, bahwa "ignorance is a bliss" itu sebenarnya juga bukan
hal yang buruk. Sebelum kamu bilang atau menyadur cukilan dari karya Dante dimana "The hottest places in Hell are reserved for those who, in a period of moral crisis, maintain their neutrality.” alias "tempat terdalam/terpanas di Neraka itu dikhususkan untuk mereka yang tetap netral pada masa krisis moral", saya berpendapat sama dengan Mark. Dimana Mark bilang, pikirlah hal yang memang perlu
dipikirkan, karena hidup manusia itu pada dasarnya terbatas. Attention span manusia jelas
terbatas. Mark kentara banget dalam buku ini menyasar generasi milenial (aka
generasi saya) yang emang kebanyakan FOMO dan juga suka ribut sana sini hanya karena perbedaan pendapat. Menurut saya itu sebenernya buat apa. Perbedaan pendapat kan wajar ya, apalagi di sosial media. Toh saya sekali lagi menekankan, saya tidak 100% setuju sama Mark, tapi ga lantas saya lalu ajak ribut si Mark hanya karena beda pendapat. Salah satu babnya saja
judulnya "Anda Tidak Istimewa", sebuah sentilan keras buat para orang
yang menganggap dirinya "special snowflake".
Buku pertama Mark
ini emang cukup thought provoking, walau masih belum tahap wow buat saya.
Mungkin karena saya bacanya agak buru - buru, mumpung ada waktu pas
wiken. Saat saya ngepost buku ini di status Whatsapp aja, temen saya ngereply "pusing aku Mbak baca buku ini ga selesai - selesai", yang
endingnya saya ketawain ๐. Iya, baca buku ini emang selayaknya jangan buru -
buru. Buku ini juga sangat annotable sekali, tapi berhubung saya males
cari post it dan males juga coret - coret pake stabilo, endingnya saya
dog-ear aja. Iya, saya emang setan, mwahahaha "ketawa setan ๐". Selain
ngoceh ngalor ngidul tentang pandangan dia, Mark juga kasih contoh dalam
bentuk cerita, mulai dari Charles Bukowski (yang menjadi inspirasi dia
nulis buku ini), sampe beberapa tokoh dimana dia menganalisa keputusan -
keputusan tokoh2 itu. Namanya juga manusia, beberapa analisanya pasti
bias sih, jadi ya sekali lagi, jangan terlalu percaya 100%. Ada bagian
di buku Mark ini yang juga mengingatkan saya sama artikel Koh Edward
Suhadi yang judulnya Kita Tidak Akan Pernah Sampai . Mungkin koh Edward terinspirasi juga dari buku Mark atau emang cara pandang dia terhadap hidup pun juga sama, who knows yah.
Menurut saya, ga ada salahnya baca buku ini sekali - kali. Terjemahannya lumayan
bisa dipahami, walau salah ketiknya juga lumayan bikin kesel. Saya sendiri tidak
merasa digurui waktu baca ini, padahal saya itu tipenya orang yang mudah
tersinggung baca kata-kata atau artikel motivasi ๐. Kayak, astaga,
bullshit, banget. Kalau kamu merasa masih suka overthinking, bisa coba
baca buku ini. Kalau kamu ingin tahu sudut pandang yang berbeda dalam
menghadapi masalah, silakan baca buku ini. Tapi kalau kamu pengen dengan
baca buku ini, mungkin penderitaan kamu berkurang, ya kayaknya salah
alamat nih. Kayak yang saya bilang kemaren sama keponakan saya yang baru
berusia 1,5 tahun "dunia ini emang penuh penderitaan, Nak. Bersiap -
siaplah."
Dan saya langsung dipelototin dong sama adik saya (aka emaknya si keponakan ini). Lah saya salah
apa ngomong kayak gitu, padahal realitanya emang demikian. To life is to
suffer, ๐.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)
Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).
Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.
Terimakasih sudah mau berkunjung! :D