Judul: The Silent Patient
Judul Terjemahan: Pelukis Bisu
Pengarang: Alex Michaelides
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 400 halaman
Diterbitkan pertama kali : 23 Desember 2019
Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa
Genre : Mystery, Thriller
Pengarang: Alex Michaelides
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 400 halaman
Diterbitkan pertama kali : 23 Desember 2019
Format : Paperback
Target Pembaca : Dewasa
Genre : Mystery, Thriller
Sinopsis :
Suatu malam, terdengar bunyi tembakan dari rumah
pasangan Gabriel dan Alicia Berenson. Ketika polisi masuk, Gabriel
ditemukan tewas tertembak lima kali di wajah dengan posisi terikat di
kursi. Alicia berdiri di depan suaminya. Senjata api tergeletak di
lantai.
Alicia membisu. Ia tak menjawab satu pertanyaan pun. Ia tetap diam ketika dituduh membunuh Gabriel. Alicia tetap bungkam sewaktu ditahan, tidak menyangkal atau mengaku. Ia tak pernah bicara lagi.
Alicia tetap membisu––tapi menyatakan satu hal, dengan lukisan potret diri. Ia memberi judul di sudut kiri bawah kanvas, dengan huruf-huruf Yunani biru terang.
Alicia membisu. Ia tak menjawab satu pertanyaan pun. Ia tetap diam ketika dituduh membunuh Gabriel. Alicia tetap bungkam sewaktu ditahan, tidak menyangkal atau mengaku. Ia tak pernah bicara lagi.
Alicia tetap membisu––tapi menyatakan satu hal, dengan lukisan potret diri. Ia memberi judul di sudut kiri bawah kanvas, dengan huruf-huruf Yunani biru terang.
Review
Itulah yang saya rasakan setelah baca buku ini. The Silent Patient adalah karya debut Alex Michaelides, walau yang bersangkutan sebenarnya sudah pernah jadi penulis naskah untuk beberapa film. Jadi emang baca buku ini kayak berasa nonton film. Biasanya untuk buku - buku genre misteri itu saya paling menanti - nanti plot twist apa yang bakal disajikan oleh penulisnya. Saya masih inget dulu misuh - misuh (in a good way ๐) waktu baca Girls in the Dark karya Akiyoshi Rikako. Tapi perasaan saya terasa berbeda setelah menuntaskan The Silent Patient ini. Bukan, bukan perasaan hampa atau perasaan yang excited. Lebih ke yang "ini kan seharusnya ga harus seperti ini kalau saja..." dan banyak sekali pertanyaan - pertanyaan yang timbul dan diawali "kalau saja dia atau mereka bergini/begitu.. ".
Ceritanya The Silent Patient sendiri sudah cukup jelas dari sinopsisnya. Misteri yang ada di buku ini ketimbang "whodunnit", lebih ke arah "whydunnit" alias "kenapa pelaku melakukan kejahatan?". Atas alasan apa Alicia membunuh suami yang katanya sangat dia cintai, dengan sangat brutal? Apa arti "ALCESTIS" yang ada di lukisan terakhir Alicia? Dan mungkin pertanyaan paling penting yang juga jadi keanehan sejak awal, KENAPA sang tokoh utama, seorang psikoterapis bernama Theo mau membantu Alicia menemukan kembali suaranya? Sejak awal saya emang agak curiga, kenapa Theo mau susah - susah ngebantu Alicia. Ketika orang ingin membantu, ada dua kemungkinan. Dia memang tulus membantu ATAU ada yang dia inginkan. Dua kemungkinan inilah yang nantinya akan jadi faktor penting arah cerita mau dibawa kemana.
Saya sendiri bukan penggemar penceritaan sudut pandang pertama, apalagi kalau naratornya ga bisa dipercaya. The Silent Patient sendiri diceritakan dari dua sudut pandang, mayoritas dari Theo dan untuk Alicia sendiri, sudut pandangnya diceritakan dengan gaya tulisan di buku diary. Menurut saya, gaya tulisan model diary ini dah kayak model naskah cerita, karena ya...apa wajar orang menulis diary dengan dialog-dialog? Atau ini saya aja ya yang merasa heran ๐ ? Bagi saya sendiri, kekuatan buku ini justru ada di narator - narator yang tidak bisa dipercaya, baik dari Theo ataupun Alicia. Michaelides sepertinya sengaja menulis tanpa memberitahu kapan sebuah sesuai kejadian itu terjadi. Alur ceritanya memang maju mundur, ditandai dengan alur mundur dari PoV Alicia melalui diarynya dan alur maju via Theo. Tapi apa iya seperti itu? Saya cukup kagum karena alur penceritaannya bikin saya merasa kayak disesatkan, dan mungkin emang itu maksud Michaelides. Supaya saat digiring ke plot twist, saya bakal bilang "OMG, gila banget!!"
Saya emang tertegun sih bacanya, tapi entahlah, saya malah jadi kayak...kesel gitu. Saya ga ngerti apa kerjaan psikoterapis itu termasuk mewawancarai orang- orang terdekat atau keluarga pasiennya supaya terapinya berhasil, tapi saya malah ngerasa si Theo ini dah jadi kayak detektif amatir. Sehingga ini semacam kontrakdiksi, karena saya melihat Theo masuk terlalu dalam ke kehidupan Alicia. Alasan Alicia memilih diam setelah membunuh pun juga rasanya...kurang bisa dijelaskan dengan baik. Saya sampai merasa semua pria di hidup Alicia ini ngga ada yang bener, semuanya menginginkan sesuatu dari Alicia. Terus apa yang Alicia sendiri sebenarnya inginkan?
Sisi whydunnitnya sendiri cukup baik dieksplore, bahkan penjahatnya pun mendapat ganjaran dari cara yang ga disangka (lho jadi yang bunuh Gabriel bener Alicia atau bukan? Yang penting tetep baca bukunya ๐. Ini akan sangat spoiler berat ya, silakan dihighlight untuk bagian yang spoiler: Sebegitu besarnya kah trauma Alicia sampai setelah dia menembak Gabriel, dia lebih memilih diam? Karena, seperti mitologi Alcestis, Alicia merasa dirinya memang sudah mati ketika Gabriel memilih untuk mengorbankan Alicia. Karena yang namanya mayat, meskipun tubuhnya masih hidup, tidak bisa bicara? Tapi ini juga aneh, karena disisi lain, Alicia menyerang Theo setelah sadar kalau Theo orang yang menghancurkan hidupnya? Jadi sebenarnya Alicia memilih diam karena apa? Eniwei, endingnya sendiri emang cukup open ending, walau kalau boleh jujur saya pinginnya istri Theo, Kathty, minimal kena batunya juga. I mean, ini semua ngga akan terjadi kalau Kathy ngga selingkuh at the first place. Kalau saja Theo lebih memilih untuk konfrontasi Kathy, ketimbang konfrontir selingkuhannya, yang endingnya jadi ngetrigger semua kejadian yang ada di buku ini. Mungkin ini juga yang bikin Theo semacam kayak terobsesi sama Alicia. In the first place, he feel guilty. Dia ga nyangka Alicia bakal menarik pelatuk. Tapi kalau dia ngerasa bersalah, kenapa akhirnya dia juga berusaha ngebungkam Alicia? Dari semua keruwetan ini, sudah jelas sih siapa korbannya. Alicia mungkin menarik pelatuk, tapi dialah korban yang sesungguhnya.
Lebih ke misteri ketimbang thriller (soalnya saya kurang sreg juga ini dibilang thriller ๐), The Silent Patient ini akan jadi buku yang either you hate it or love it. Saya masih enjoy bacanya sih, tapi yang jelas ngga terlalu suka sama narasi Theo dan memang jadi bersimpati ke narasi Alicia setelah tahu kebenarannya bagaimana. Bukan buku yang akan saya baca lebih dari sekali, tapi cukup bikin penasaran. Walau memang setelah selesai baca bukunya,kamu bakal berpikir lagi kenapa Alicia diam selama ini. Apakah dia memang pelakunya, atau ada alasan dibalik semua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah meninggalkan komen di Ren's Little Corner. Silakan untuk setuju/tidak setuju dengan review/opini saya tapi mohon disampaikan dengan sopan ya :)
Saya berhak menghapus komentar yang tidak nyambung dengan isi blog atau spamming (jangan sertakan link blog kamu/ link apapun di kolom komentar, kecuali untuk giveaway).
Komen untuk postingan yang berusia lebih dari 1 bulan otomatis akan dimoderasi.
Terimakasih sudah mau berkunjung! :D