Judul : Covet
Pengarang : Tracey Garvis-Graves
Bahasa : Inggris
Penerbit : Dutton Adult
Tebal : 320 halaman
Diterbitkan pertama kali :17 September 2013
Format : e-book
Target Pembaca: Dewasa
Genre : Woman Fiction, Drama
Web Pengarang : Click Here
Buy Links: Bookdepository, Periplus, OpenTrolley
Baiklah, saya tahu bahwa kutipan di atas memang terasa berat dan juga terkesan menakutkan. Tapi, itulah perasaan saya saat membaca Covet, karya terbaru Tracey Garvis-Graves. Saya dulu membaca karya debutnya, yaitu On the Island, yang menceritakan dua orang yang terdampar di suatu pulau dan harus bertahan hidup. Masalahnya jadi pelik karena dua orang ini berbeda umur sangat jauh, dimana tokoh wanita lebih tua 14 tahun daripada yang pria. Yah, serahkan pada Garvis-Graves kalau sudah mengulik tentang topik yang cukup sensitif. Dan kali ini, dia juga membuat tema yang tidak kalah kontroversialnya. Yang walau saya yakin sudah banyak dipakai penulis lain, tetap saja sensitif untuk banyak orang, yaitu perselingkuhan.
Sebelumnya, review ini akan lebih ke curhat (haha, kapan sih saya ngga curhat di review?). Karena keadaan pasangan suami istri di Covet ini sebenarnya bisa kejadian sama siapa pun kok, terutama yang sudah menikah.
Covet sendiri berkisah tentang pasangan Claire dan Chris Canton, yang dari luar sebenarnya kelihatan sebagai keluarga bahagia. Seiring dengan cerita, kita tahu kalau sebenarnya Claire dan Chris ini sudah terpisah jarak secara emosional dan fisik. Chris yang dipecat dari kerjaannya dan terpaksa menganggur setahun membuat pribadi laki - laki itu berubah, mulai dari mengurung diri di ruangannya, disusul dengan stress berkepanjangan hingga depresi. Walau begitu Claire tetap sabar dan berjuang demi suami dan juga anak mereka. Tapi setelah Chris diterima kerja pun, jarak antara Claire dan suaminya malah merenggang jauh karena Chris banyak bepergian. Disinilah Claire bertemu dengan Daniel Rush, seorang polisi yang akhirnya jadi teman baik Claire. Claire yang kesepian menganggap kehadiran Daniel perlahan mulai menggantikan posisi Chris. Di lain pihak Daniel mulai menginginkan Claire lebih dari teman, walau tahu Claire sudah menikah.
Disinilah masalah mulai muncul. Tidak bisakah wanita dan pria berteman seperti biasa, secara platonik, tanpa melibatkan perasaan cinta? Apakah yang dilakukan Claire bersama Daniel itu salah? Akankah kita menyalahkan Claire karena dia selingkuh dengan Daniel, walau lebih ke selingkuh secara emosi dan bukannya fisik?
Menurut saya tema Covet sebenarnya sederhana, dan bahkan beberapa bab cukup bikin bosan karena cuma menceritakan kehidupan rumah tangga Claire. Tapi dari situlah saya menyadari kekuatan Claire yang luar biasa. Kita sering mendengar "wanita itu makhluk yang lemah", "wanita itu cuma buat ngurusin rumah". I beg to differ. Betul, Claire memang cuma ibu rumah tangga, dengan pekerjaan sambilan sebagai desainer. Tapi bebannya luar biasa, terutama beban emosinya. Belum lagi Claire ini adalah penderita Diabetes Tipe 1, jadi Claire harus memakai pump berisi insulin supaya gula darahnya normal. Masih ditambah juga dengan sikap Chris pada Claire.
Terkadang tidak perlu sexual abuse untuk membuat wanita merasa tersakiti, kadang kata - kata dan perbuatan yang dianggap tak berbahaya pun bisa menyakiti. Chris mungkin tidak sadar bahwa sikapnya terhadap Claire malah menyakiti wanita tersebut. Saya melihat adanya budaya patriarki dalam tindak tanduk Chris, dimana Chris menganggap jika ekonomi keluarga adalah tanggung jawabnya. Saya tidak akan menyalahkan Chris, yang saya salahkan adalah karena pria itu menanggung bebannya sendiri tanpa mau membagi semuanya pada istrinya. Padahal di sisi lain Claire sendiri sudah luar biasa sabar dalam menghadapi tingkah Chris. Claire-lah yang menyarankan Chris untuk minum obat anti-depressant supaya depresi Chris tidak berkepanjangan. Walau Chris malah kena DE (disfungsi ereksi) sehingga mereka berdua tidak bisa berhubungan layaknya suami istri, Claire pun tetap sabar walau sebagai wanita tentunya dia frustasi secara sexual.
Emosi berkepanjangan, tidak puas secara fisik dan seksual, bisakah saya menyalahkan saat Claire dekat dengan Daniel? Secara moral, apa yang dilakukan Claire memang salah. Tapi secara empati, saya memaklumi kenapa Claire bersikap seperti itu. Apalagi Daniel juga menarik secara fisik dan sangat perhatian sama Claire. Wanita normal manapun yang batinnya sudah menanggung beban habis- habisan, rasanya juga akan senang kalau ada orang lain yang memperhatikan. Saya sendiri pernah seperti ini, walau jaman masih pacaran dulu sih. Saat dimana K (suami saya) waktu itu harus kerja di luar pulau, dan kami cuma bisa ketemu 6 bulan sekali, rasanya saya jadi kesepian. Akhirnya saya dekat sama teman pria saya yang satu klub. Memang kami ngga ada apa - apa, saya ngga setega itu juga buat selingkuh. Tapi toh saya tetap selingkuh juga kalau dilihat dari sudut pandang K, walau hanya secara emosional.
Keadaan Claire yang berusaha sabar saat Chris tidak dapat pekerjaan itu juga saya tahu banget. Again, ini pas masa pacaran, beberapa bulan sebelum saya menikah. Dimana demi saya, K meninggalkan pekerjaan yang sebelumnya dan pindah ke Jakarta untuk dapat pekerjaan baru yang lebih baik. Saat ini, setelah menikah, kami memang keadaannya sedang baik - baik saja. Membaca Covet, membuat hati saya mencelos, dan ngga sadar saya menangis. Apa yang terjadi pada Claire dan Chris bisa kejadian sama saya. Ketika nanti saya punya anak dan K tiba - tiba ngga punya kerjaan dan keadaan kami sedang gawat, sanggupkah saya menjadi seperti Claire? Tetap sabar dan mendukung suaminya, walau dalam batinnya dia tersiksa?
Covet diceritakan dalam tiga sudut pandang, dimana semuanya adalah POV orang pertama, yaitu Claire, Chris dan Daniel. Walau kita akan lebih banyak membaca dari sudut pandang Claire, membaca dari sudut pandang Chris dan Daniel membuat cerita Covet jadi tidak berjalan lurus. Saya jadi tahu perasaan Chris, bahwa dia sebenarnya perhatian sama Claire, hanya memang dirinya tidak tahu kalau perbuatannya itu malah membuat istrinya semakin jauh. Saya juga tahu tentang Daniel, dimana terjadi pergolakan batinnya, karena dia menginginkan Claire sepenuhnya tapi tahu bahwa tindakannya salah. Pada akhirnya, apa yang dipilih Claire? Apa Claire memilih Daniel dan meninggalkan Chris? Saya sih tidak akan spoiler, walau menurut saya endingnya sendiri sangat terburu - buru, terutama saat Chris tahu tentang kedekatan Claire dengan Daniel.
Tidak melulu tentang kehidupan rumah tangga Claire, Covet juga menceritakan kehidupan Claire bersama tetangga- tetangganya, sampai saya merasa bagian ini kayak Desperate Housewives. Tetangga Claire pun juga sama - sama memiliki masalah, dimana ada yang hobinya mabuk, ada yang suaminya suka berjudi dan ada juga yang kesulitan punya anak. Aspek yang satu ini memang tidak terlalu banyak dibahas, tapi cukup bikin cerita menarik sehingga tidak berpusat di Claire saja. Salah satu teman Claire, Elisa, menjadi voice of reason Claire. Mengingatkan Claire tentang apa yang dilakukan Claire saat ini yang juga nantinya akan berpengaruh pada cerita.
Saya bisa aja ngomong banyak, tapi review ini sudah kepanjangan ^^;. Saya merekomendasikan Covet untuk dibaca siapa saja. Siapapun, baik kalian wanita atau pria, sudah menikah atau belum. Karena dengan temanya yang sederhana namun cukup kontroversial, Covet memiliki banyak pesan moral yang berkaitan dengan hidup. Tentang kesabaran dan ketabahan. Tentang cinta dan hubungan antara sesama. Tentang bagaimana komunikasi adalah hal yang penting antara dua insan yang terikat dalam hubungan pernikahan. Dan juga tentang kekuatan seorang wanita, seorang istri, seorang ibu, dalam sosok Claire Canton.
Pengarang : Tracey Garvis-Graves
Bahasa : Inggris
Penerbit : Dutton Adult
Tebal : 320 halaman
Diterbitkan pertama kali :17 September 2013
Format : e-book
Target Pembaca: Dewasa
Genre : Woman Fiction, Drama
Web Pengarang : Click Here
Buy Links: Bookdepository, Periplus, OpenTrolley
Sinopsis :
What if the life you wanted, and the woman you fell in love with, belonged to someone else?
Chris and Claire Canton's marriage is on life support. Downsized during the recession and out of work for a year, Chris copes by retreating to a dark place where no one can reach him, not even Claire. When he's offered a position that will keep him away from home four nights a week, he dismisses Claire's concern that time apart could be the one thing their fragile union can't weather. Their suburban life may look idyllic on the outside, but Claire has never felt so disconnected from Chris, or so lonely.
Local police officer Daniel Rush used to have it all, but now he goes home to an empty house every night. He pulls Claire over during a routine traffic stop, and they run into each other again at the 4th of July parade. When Claire is hired to do some graphic design work for the police department, her friendship with Daniel grows, and soon they're spending hours together.
Claire loves the way Daniel makes her feel, and the way his face lights up when she walks into the room. Daniel knows that Claire's marital status means their relationship will never be anything other than platonic. But it doesn't take long before Claire and Daniel are in way over their heads, and skating close to the line that Claire has sworn she'll never cross.
Chris and Claire Canton's marriage is on life support. Downsized during the recession and out of work for a year, Chris copes by retreating to a dark place where no one can reach him, not even Claire. When he's offered a position that will keep him away from home four nights a week, he dismisses Claire's concern that time apart could be the one thing their fragile union can't weather. Their suburban life may look idyllic on the outside, but Claire has never felt so disconnected from Chris, or so lonely.
Local police officer Daniel Rush used to have it all, but now he goes home to an empty house every night. He pulls Claire over during a routine traffic stop, and they run into each other again at the 4th of July parade. When Claire is hired to do some graphic design work for the police department, her friendship with Daniel grows, and soon they're spending hours together.
Claire loves the way Daniel makes her feel, and the way his face lights up when she walks into the room. Daniel knows that Claire's marital status means their relationship will never be anything other than platonic. But it doesn't take long before Claire and Daniel are in way over their heads, and skating close to the line that Claire has sworn she'll never cross.
I once read an article in a women's magazine that said it's a really bad sign when you and your spouse stop arguing. It means that you've given up and no longer care about saving your marriage - Claire.
Baiklah, saya tahu bahwa kutipan di atas memang terasa berat dan juga terkesan menakutkan. Tapi, itulah perasaan saya saat membaca Covet, karya terbaru Tracey Garvis-Graves. Saya dulu membaca karya debutnya, yaitu On the Island, yang menceritakan dua orang yang terdampar di suatu pulau dan harus bertahan hidup. Masalahnya jadi pelik karena dua orang ini berbeda umur sangat jauh, dimana tokoh wanita lebih tua 14 tahun daripada yang pria. Yah, serahkan pada Garvis-Graves kalau sudah mengulik tentang topik yang cukup sensitif. Dan kali ini, dia juga membuat tema yang tidak kalah kontroversialnya. Yang walau saya yakin sudah banyak dipakai penulis lain, tetap saja sensitif untuk banyak orang, yaitu perselingkuhan.
Sebelumnya, review ini akan lebih ke curhat (haha, kapan sih saya ngga curhat di review?). Karena keadaan pasangan suami istri di Covet ini sebenarnya bisa kejadian sama siapa pun kok, terutama yang sudah menikah.
Covet sendiri berkisah tentang pasangan Claire dan Chris Canton, yang dari luar sebenarnya kelihatan sebagai keluarga bahagia. Seiring dengan cerita, kita tahu kalau sebenarnya Claire dan Chris ini sudah terpisah jarak secara emosional dan fisik. Chris yang dipecat dari kerjaannya dan terpaksa menganggur setahun membuat pribadi laki - laki itu berubah, mulai dari mengurung diri di ruangannya, disusul dengan stress berkepanjangan hingga depresi. Walau begitu Claire tetap sabar dan berjuang demi suami dan juga anak mereka. Tapi setelah Chris diterima kerja pun, jarak antara Claire dan suaminya malah merenggang jauh karena Chris banyak bepergian. Disinilah Claire bertemu dengan Daniel Rush, seorang polisi yang akhirnya jadi teman baik Claire. Claire yang kesepian menganggap kehadiran Daniel perlahan mulai menggantikan posisi Chris. Di lain pihak Daniel mulai menginginkan Claire lebih dari teman, walau tahu Claire sudah menikah.
Disinilah masalah mulai muncul. Tidak bisakah wanita dan pria berteman seperti biasa, secara platonik, tanpa melibatkan perasaan cinta? Apakah yang dilakukan Claire bersama Daniel itu salah? Akankah kita menyalahkan Claire karena dia selingkuh dengan Daniel, walau lebih ke selingkuh secara emosi dan bukannya fisik?
Menurut saya tema Covet sebenarnya sederhana, dan bahkan beberapa bab cukup bikin bosan karena cuma menceritakan kehidupan rumah tangga Claire. Tapi dari situlah saya menyadari kekuatan Claire yang luar biasa. Kita sering mendengar "wanita itu makhluk yang lemah", "wanita itu cuma buat ngurusin rumah". I beg to differ. Betul, Claire memang cuma ibu rumah tangga, dengan pekerjaan sambilan sebagai desainer. Tapi bebannya luar biasa, terutama beban emosinya. Belum lagi Claire ini adalah penderita Diabetes Tipe 1, jadi Claire harus memakai pump berisi insulin supaya gula darahnya normal. Masih ditambah juga dengan sikap Chris pada Claire.
A man wants to take care of his family, and it doesn't matter whether they're capable of taking care of themselves or not. He's out of sorts. Doesn't know what to do with himself.
Terkadang tidak perlu sexual abuse untuk membuat wanita merasa tersakiti, kadang kata - kata dan perbuatan yang dianggap tak berbahaya pun bisa menyakiti. Chris mungkin tidak sadar bahwa sikapnya terhadap Claire malah menyakiti wanita tersebut. Saya melihat adanya budaya patriarki dalam tindak tanduk Chris, dimana Chris menganggap jika ekonomi keluarga adalah tanggung jawabnya. Saya tidak akan menyalahkan Chris, yang saya salahkan adalah karena pria itu menanggung bebannya sendiri tanpa mau membagi semuanya pada istrinya. Padahal di sisi lain Claire sendiri sudah luar biasa sabar dalam menghadapi tingkah Chris. Claire-lah yang menyarankan Chris untuk minum obat anti-depressant supaya depresi Chris tidak berkepanjangan. Walau Chris malah kena DE (disfungsi ereksi) sehingga mereka berdua tidak bisa berhubungan layaknya suami istri, Claire pun tetap sabar walau sebagai wanita tentunya dia frustasi secara sexual.
Emosi berkepanjangan, tidak puas secara fisik dan seksual, bisakah saya menyalahkan saat Claire dekat dengan Daniel? Secara moral, apa yang dilakukan Claire memang salah. Tapi secara empati, saya memaklumi kenapa Claire bersikap seperti itu. Apalagi Daniel juga menarik secara fisik dan sangat perhatian sama Claire. Wanita normal manapun yang batinnya sudah menanggung beban habis- habisan, rasanya juga akan senang kalau ada orang lain yang memperhatikan. Saya sendiri pernah seperti ini, walau jaman masih pacaran dulu sih. Saat dimana K (suami saya) waktu itu harus kerja di luar pulau, dan kami cuma bisa ketemu 6 bulan sekali, rasanya saya jadi kesepian. Akhirnya saya dekat sama teman pria saya yang satu klub. Memang kami ngga ada apa - apa, saya ngga setega itu juga buat selingkuh. Tapi toh saya tetap selingkuh juga kalau dilihat dari sudut pandang K, walau hanya secara emosional.
Keadaan Claire yang berusaha sabar saat Chris tidak dapat pekerjaan itu juga saya tahu banget. Again, ini pas masa pacaran, beberapa bulan sebelum saya menikah. Dimana demi saya, K meninggalkan pekerjaan yang sebelumnya dan pindah ke Jakarta untuk dapat pekerjaan baru yang lebih baik. Saat ini, setelah menikah, kami memang keadaannya sedang baik - baik saja. Membaca Covet, membuat hati saya mencelos, dan ngga sadar saya menangis. Apa yang terjadi pada Claire dan Chris bisa kejadian sama saya. Ketika nanti saya punya anak dan K tiba - tiba ngga punya kerjaan dan keadaan kami sedang gawat, sanggupkah saya menjadi seperti Claire? Tetap sabar dan mendukung suaminya, walau dalam batinnya dia tersiksa?
I
should't be thinking about him. I have no reason to be thinking about
him. But I am. I'm thinking about how happy it made me, how I felt a
momentary thrill, when my phone rang and I saw his name. I'm glad he
stopped by. I wish he'd stayed longer. I wish I knew if I'd ever get the
chance to talk to him again. - Claire
Covet diceritakan dalam tiga sudut pandang, dimana semuanya adalah POV orang pertama, yaitu Claire, Chris dan Daniel. Walau kita akan lebih banyak membaca dari sudut pandang Claire, membaca dari sudut pandang Chris dan Daniel membuat cerita Covet jadi tidak berjalan lurus. Saya jadi tahu perasaan Chris, bahwa dia sebenarnya perhatian sama Claire, hanya memang dirinya tidak tahu kalau perbuatannya itu malah membuat istrinya semakin jauh. Saya juga tahu tentang Daniel, dimana terjadi pergolakan batinnya, karena dia menginginkan Claire sepenuhnya tapi tahu bahwa tindakannya salah. Pada akhirnya, apa yang dipilih Claire? Apa Claire memilih Daniel dan meninggalkan Chris? Saya sih tidak akan spoiler, walau menurut saya endingnya sendiri sangat terburu - buru, terutama saat Chris tahu tentang kedekatan Claire dengan Daniel.
Tidak melulu tentang kehidupan rumah tangga Claire, Covet juga menceritakan kehidupan Claire bersama tetangga- tetangganya, sampai saya merasa bagian ini kayak Desperate Housewives. Tetangga Claire pun juga sama - sama memiliki masalah, dimana ada yang hobinya mabuk, ada yang suaminya suka berjudi dan ada juga yang kesulitan punya anak. Aspek yang satu ini memang tidak terlalu banyak dibahas, tapi cukup bikin cerita menarik sehingga tidak berpusat di Claire saja. Salah satu teman Claire, Elisa, menjadi voice of reason Claire. Mengingatkan Claire tentang apa yang dilakukan Claire saat ini yang juga nantinya akan berpengaruh pada cerita.
Saya bisa aja ngomong banyak, tapi review ini sudah kepanjangan ^^;. Saya merekomendasikan Covet untuk dibaca siapa saja. Siapapun, baik kalian wanita atau pria, sudah menikah atau belum. Karena dengan temanya yang sederhana namun cukup kontroversial, Covet memiliki banyak pesan moral yang berkaitan dengan hidup. Tentang kesabaran dan ketabahan. Tentang cinta dan hubungan antara sesama. Tentang bagaimana komunikasi adalah hal yang penting antara dua insan yang terikat dalam hubungan pernikahan. Dan juga tentang kekuatan seorang wanita, seorang istri, seorang ibu, dalam sosok Claire Canton.
Maybe love is like a pendulum. It swings back and forth, slowly,
steadily, and sometimes you don't know where it will come to rest. - Claire
Story & Sensuality Rate
eitsss ada bagian curhatnya itu loh hihihihi....jadi kalo buku ini dibandingin sama on the island, kamu lebih suka yang mana ren?
BalasHapuskayaknya ceritanya bagus yah. Jadi pengin baca :D
BalasHapusKalo dari reviewmu kayanya si Chris nya yg kurang 'berjuang' ya?
BalasHapussepertinya buku ini cukup menguras emosi ya ren, terutama karena bisa relate dengan kehidupanmu juga.. aku suka sama buku yang bisa membuat kita relate dengan kehidupan si tokoh...
BalasHapuseng... aku jadi penasaran pingin baca, tapi kok tebel banget ya x_x
BalasHapusreviewnya personal sekali ren, mau baca tapi tema rumah tangga kok kayaknya berat yah? TUnggu udah merti aja lha :D
BalasHapusAku suka covernya. Manis yah...
BalasHapusCover cantik , nice review mbak Ren
BalasHapusHoh! Jadi pengen bacaaa >,<
BalasHapus