Penerbit :Mediakita
Tebal : 256 halaman
Diterbitkan pertama kali : October 2012
Format : Paperback
Diterbitkan pertama kali : October 2012
Format : Paperback
Target : Semua Umur
Genre : Kontemporer, Real-Life Story
Bahasa : Indonesia
Review di Goodreads : Click hereGenre : Kontemporer, Real-Life Story
Bahasa : Indonesia
Beli di : Bukukita
Sinopsis
Hidup di dunia medis membuat kita (koas) memiliki satu kelebihan. Kita bisa menerapkan ilmu medis dalam melancairkan gombalan. Itu akan terlihat SANGAT KEREN.
"Mama kamu dulu ngidam lithium ya? Soalnya kalau deket kamu, mood aku yang biasanya naik-turun, sekarang jadi stabil." [SUKSES!]
Tapi, gombalan ala medis ini kadang memiliki efek samping yang tidak diharapkan.
"Mama kamu dulu ngidam lithium ya? Soalnya muka kamu kotak kayak batere HP." [GAGAL!]
***
KOAS... !!! Ini yang membuat mahasiswa Fakultas Kedokteran percaya bahwa neraka itu benar ada. Buku Ajar Koas Racun ini, selain menuturkan pengalaman yang mengundang gelak tawa, juga akan memberi pembelajaran baru dalam melewati rintangan-rintangan yang kerap menghadang koas, seperti saat menghadapi konsulen (penguji) ketika ujian
"Mama kamu dulu ngidam lithium ya? Soalnya kalau deket kamu, mood aku yang biasanya naik-turun, sekarang jadi stabil." [SUKSES!]
Tapi, gombalan ala medis ini kadang memiliki efek samping yang tidak diharapkan.
"Mama kamu dulu ngidam lithium ya? Soalnya muka kamu kotak kayak batere HP." [GAGAL!]
***
KOAS... !!! Ini yang membuat mahasiswa Fakultas Kedokteran percaya bahwa neraka itu benar ada. Buku Ajar Koas Racun ini, selain menuturkan pengalaman yang mengundang gelak tawa, juga akan memberi pembelajaran baru dalam melewati rintangan-rintangan yang kerap menghadang koas, seperti saat menghadapi konsulen (penguji) ketika ujian
Review
Waktu saya masih kecil dulu (umur TK-SD deh), saya sering ditanyain sama orang - orang (entah itu tetangga, saudara sepupu, bulik paklik bude pakde, eyang delele) kalau udah gede mau jadi apa. Dan saya pun menjawab dengan polos :"mau jadi dokter". Bahkan sampai beberapa tahun kemudian menginjak masa SMP, jawaban saya tetap sama kalau ditanya cita - citanya apa. Orang tua saya cukup puas dengan jawaban saya saat itu. Dan sudah berandai - andai kalau anaknya bakalan jadi dokter sukses, duit banyak, dapat menantu dokter pula (plus ganteng, naik mobil jaguar, rumahnya ada kolamnya). Ugh, paket komplit KFC aja kalah, cing!
Hanya saja, saat masa SMP pelajaran Biologi dan Fisika dicampur menjadi IPA yang menurut saya sih gampang bukan main (sombong banget yak, padahal pas UAS nilainya cuma dapat 6 X) ). Dan saya kaget saat masa SMA mendapat pelajaran Biologi. Saat itulah cita - cita jadi dokter mulai goyah. Semakin goyah saat kelas dua SMA, kebetulan guru biologi saya lagi iseng dan mengadakan ujian ala Fakultas Kedokteran. Dimana soal - soal ditaruh di meja, lalu tiap murid hanya diberi waktu 1-2 menit untuk ngerjain. Saya tentu aja bengong pas lihat pertanyaan akar pohon X masuk akar dikotyl atau monokotyl. Belum selesai milih jawaban, bel yang cukup bikin detak jantung saya meningkat berbunyi dan saya harus pindah ke meja berikutnya. Sudah bisa diduga hasil ujian saya dapat nilai 2, dan guru saya cuma bisa geleng - geleng kepala melihat hasil rata - rata kelas yang bikin siapapun menangis. Sejak saat itulah saya ga mau masuk FK. Konyol? Emang. Apalagi cita - cita saya yang dari dokter lalu pengen jadi arkeologi karena terinspirasi Indiana Jones ditertawakan orangtua. Akhirnya saya pun terdampar di Teknik Sipil dan jadi tukang bangunan yang kerja di dunia perindustrian. Sungguh ga nyambung.
Oke, cukup tentang saya. Saya mengetahui buku Koas Racun ini dari reviewnya salah satu blogger BBI, bu dokter Dewi di Goodreads. I call her bu dokter, ya karena dia dokter (jayus ah). Kebetulan nih, kemaren sekretaris tempat proyek saya dihadiahin temannya buku ini, Pulang karya Leila S Chudori, dan box setnya Ika Natasha. Sukses membuat saya iri setengah mati karena mana pernah saya bernasib sama kayak dia X) . Akhirnya hari ini, di saat semua manajer pergi ke site proyek dan ketimbang saya bengong di depan komputer padahal kerjaan juga numpuk, dia berbaik hati mau minjemin dengan syarat musti dine-in.. eh baca di tempat. Saya ga kenal Andreas Kurniawan maupun alter ego Twitternya @koasracun. Saya emang bukan penggemar selebtwit sih (biar juga dibilang gak gaul). Saya juga hanyalah khalayak umum yang awam masalah kedokteran, tapi saya tersenyum dan juga ketawa membaca buku ini.
Sang @koasracun mengawali buku ini dengan perkenalan tentang Koas, alias Ko asisten, alias dokter muda (iya kali yak). Beliau memaparkan suka duka menjadi koas, tingkatan - tingkatan dalam dunia koas seperti koas, residen dan konsulen (yang jujur saya masih ga ngeh bedanya dimana). Buku ini disertai juga dengan beberapa istilah kedokteran yang walau rumit, si @Koasracun ga pelit kasih tau artinya kok. Dia juga menjelaskan beberapa fakta salah kaprah tentang kedokteran seperti :
- Dokter ga pernah sakit. Duh, mereka kan manusia. Dan kerjanya di rumah sakit yang notabene persebaran penyakitnya lebih ganas dan juga rentan terpapar penyakit.
- Dokter ga takut sama hantu. Siapa bilang? Lihat point yang saya kemukakan di atas . Walau mungkin di depan kenalannya mereka ketawa pas nonton film horror penuh mutilasi macam SAW, aslinya mereka keder juga kalau nonton sendirian.
- Tulisan dokter jelek biar ga bisa dibaca sama pasien. Yang bener karena mereka seringnya harus menulis cepat dalam waktu singkat, hal itu (tulisan jelek bak ceker ayam) tidak bisa dihindari (bener ga wahai para dokter? X) )
@koasracun juga membeberkan tipe - tipe koas, pengalamannya saat jaga malam, jenis - jenis praktikum, jenis pasien yang mereka hadapi, jenis - jenis ujian yang harus dihadapi selama masa jadi koas, dan yang bikin terenyuh, hubungan love-hate relationship mereka dengan yang namanya tidur. Saya jadi teringat saat saya ber-whatsapp ria dengan bu dokter Dewi dan Aki Erie, yang nama terakhir adalah kenalan di Goodreads. Pembicaraan semakin memanas, bahkan menjelang jam 2 pagi mereka berdua masih dengan getolnya balas WA saya, sementara saya sudah yang terancam teler di atas lapangan kapuk. Untuk Aki Erie, pasti begadang karena dia nonton bola. Lah bu dokter Dewi ngapain jam segitu? Ouch ternyata lagi jaga malam, dan esoknya pun saya masih kaget saat di Twitter, jam 9 pagi dia juga masih balas tweet saya. Kapan tidurnya tuh? :'(
Bagian yang paling lucu adalah saat @koasracun mengutarakan kekritisannya akan film... dan sinetron. Yup, saya setuju dengan dia kalau sinetron itu memang pembodohan masal. @koasracun mengupas beberapa aspek medis dalam sinetron yang tentu semua bagi dia adalah janggal. Yang paling bisa relate dengan dunia buku (apalagi romance) adalah amnesia. Sudah banyak yang memakai tema ini, dan biasanya beberapa lupa nama sendiri (tahu kan kadang ada dialog seperti "siapa aku?" "aku ada dimana?", bla bla bla). Disini @koasracun dengan sumber spesialis neurologi bilang "kalau tidak mungkin seseorang mengalami amnesia sampai melupakan data dasar seperti namanya sendiri". Nah, lho. Bisa jadi masukan nih buat mereka yang entah pengen nulis novel ada unsur mediknya atau bikin script film/drama/sinetron (lagi), berkonsultasilah dulu dengan dokter! Jangan sampai anda ditertawakan saat membuat novel dengan unsur medis yang janggal, seperti kompres dengan air panas atau CPR yang berlebihan pakai tenaga superman (ups!).
Di buku ini @koasracun mengutarakan kalau mahasiswa FK dibiasakan kritis, dan mereka adalah orang yang suka cari masalah. Saya amini aja buat ini, karena tahu kalau itu benar apalagi pas ngereview buku yang masuk kacrut (dan lalu dijitak beberapa kenalan Goodreads yang juga dokter X) ). Menjadi dokter juga bukan berarti mereka enteng jodoh, mengingat jadwal koas ga menentu. Punya pacar koas/dokter? Saran saya sih bersabarlah, hehehe. Bagian favorit dari buku ini adalah tipe - tipe mahasiswa, karena aslinya semua fakultas itu tipe mahasiswanya ya itu - itu aja. Kayak tipe mahasiswa berdasarkan tepat waktunya, dimana saya masuk tipe post time di saat jadi karyawan saat ini. Datang 30 menit setelah jam masuk kantor, padahal kosnya deket banget :)). Ada juga yang berdasarkan cara ngerjain tugas, cara presentasinya, cara bertanya pas diskusi, cara dia nanggapin pertanyaan, cara menghabiskan waktu di kampus, dan lain - lain.
Bukan berarti buku ini ga ada kekurangan. Kekurangan yang paling utama adalah adanya beberapa typos (salah ketik) walau sebenernya sih ga terlalu mengurangi kenikmatan baca. Lalu beberapa illustrasi yang penulis selipkan di beberapa bagian dengan memakai ikon troll dan meme yang biasa ada di 9gag (duh saya ga tau istilah aslinya apa). Beberapa memang tepat dan mengundang tawa, tapi ada juga yang diletakkan di tengah bagian penjelasan dan membuat saya jadi terganggu.
Saya punya teman seorang dokter (yang sebenarnya baru dilantik) yang menurut saya sih songong (ups) tapi kenalan saya di Goodreads yang dokter (seperti bu dokter Dewi, B-zee, Bea dan Putri) mereka ya baik - baik aja. Membuat saya meragukan analisa saya bahwa biasanya dokter itu sombong, hehehe. Bagi saya , tidak ada kesan sombong dari @koasracun. Hanya sarkasme (bedakan dengan omongan sombong ya) dan dia hanya mencoba mengulas kenyataan di dunia kedokteran tanpa terlalu menggurui Pada akhirnya, buku ini memberikan saya wawasan baru di dunia kedokteran, sekaligus membuat saya bersyukur ga masuk FK :)). Tapi, saya salut sama mereka yang masuk FK, dan ga berlebihan kalau saya bilang perjuangan mereka luar biasa. Cuma, saya tetep bete kalau periksa ke dokter di Jakarta. Udah mahal, periksanya cepet pula, kadang obatnya ga manjur .(eh?)
Buat para lulusan SMA yang mau masuk FK, baca buku ini buat tahu seluk beluk di dunia kedokteran, terutama pas jadi koas dan nantinya ga kaget.
Buat para ortu yang pengen anaknya jadi dokter, baca buku ini biar bisa menyiapkan anaknya dan ga mikir yang muluk - muluk. Apalagi kuciwa anaknya ga bisa kasih mantu sesama dokter.
Buat yang sudah masuk FK atau siapapun yang kerja di dunia medis, bacalah buku ini semata untuk hiburan dan salah satu opsi untuk menahan kantuk saat jaga malam atau ngerjain tugas.
Buat khalayak umum kayak saya, bacalah buku ini sebagai tambahan ilmu, dan mengubah pandangan kita akan dunia kedokteran. Boleh juga dibaca pas lagi ga ada kerjaan atau magabut (makan gaji buta).
Buku yang menceritakan seluk beluk kedokteran sudah banyak. Kapan ya ada buku yang menceritakan seluk beluk dunia konstruksi? *garuk2 dagu*
Masuk fakultas kedokteran susah nggak sih?
Masuknya gampang kok, selama gerbang depan terbuka dan selama masih dalam jam kerja. Kalau perlu bantuan, tinggal tanya sama satpam yang jaga di depan
Kalau ujian masuknya susah nggak?
Ujian masukknya gampang. Cuma 1x ujian. Ujian biar bisa keluar sambil bawa gelar sarjana kedokteran dan gelar dokter, itu yang susah
Baca juga review buku ini dari mereka yang sudah jadi dokter ;)
Review A.s. Dewi in Through Tinted Glass
Review Putri in Celoteh Putri Tentang Buku
Rating Cerita :
note : maaf ga ada kopi, buat nahan kantuk pas jaga malam ;).
Hehe... saya malah ngikik baca alasanmu ga mau masuk kedokteran. Selama kuliah di biologi, aku sering nemu ujian model gitu. Memang bikin stress. Kalau ga tahu satu, udah deh.. buyar sampai akhir
BalasHapusAku juga jadi penasaran sama buku ini sejak direview bu dokter di gutrits X)
BalasHapusaku ngalami ujian praktikum kayak gitu di fakultasnya kak desty, inget pas jum'at sore lagi (dapat praktikum biologi hari jum'at), perasaan cuma muter2 gak jelas, hehehe
BalasHapusHahaha....ujiannya dulu emang model pencet bel sih, ren. Tapi lama-lama terbiasa kok (oke...aku bohong. Tepatnya lama-lama jadi pasrah. Huahahaa)
BalasHapustadi baca review dari mbak Dewi yang notabene dokter udah bikin kepengen baca. Sekarang ada tambahan dari yang bukan dokter tambah kepengen baca. Lebih kepengen lagi kalo kayak mbak Ren (SKSD,,,hai mbak kenalan yukkkk,,bacanya gretongan meski Dine In yah tadi istilahnya,hehehehe
BalasHapusoya, kalau mau bikin buku tentang seluk beluk dunia konstruksi aku siap baca, secara aku juga di konstruksi...biar kata ga di site cuma kerja dengan para laki-laki (di mana di kantorku karyawan cewek cuma 2)...yang karakternya pada aduhai deh
*aishhhh baru ngajak kenalan udah sepanjang ini,,semoga ga puyeng bacanya yah mba
pissssssss :p
Untuk yg bingung definisi koas, residen sama konsulen.
BalasHapus1. Koas : mshw S1 kedokteran yg lagi menjalani tahap klinik. Setelah lewat koas baru dpt gelar dr.
2. Residen: dr. yang sedang ambil pendidikan spesialis. Lamanya 3-5,5 thn
3. Konsulen: dr. yang sudah subspesialis. Kira kira setara dengan S3 atau DOKTOR
Sistem kasta yg berlaku adalah konsulen paling atas. Residen adalah keset untuk injakan konsulen, sementara itu koas adalah debu di bawah kesetan.
Denvy
ngakak lucu koas racunnya....
BalasHapuspengarangnya mana sih?...hehe