Judul : 'Till It's Gone
Pengarang : Kezia Evi Wiadji
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Media Pressindo
Tebal : 170 halaman
Diterbitkan pertama kali : Mei 2013
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Contemporer Romance
Sinopsis
Review
Buku ini cocok untuk kamu yang ingin mencari bacaan ringan, walau saya ga akan bilang kalau Till It's Gone adalah buku yang simpel, karena ceritanya lebih dari itu. Recommended juga untuk kamu yang ingin tahu serba serbi kehidupan rumah tangga, sekalian buat siap - siap deh :D.
Pengarang : Kezia Evi Wiadji
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Media Pressindo
Tebal : 170 halaman
Diterbitkan pertama kali : Mei 2013
Format : Paperback
Target : Dewasa
Genre : Contemporer Romance
Sinopsis
Saat mengenakan gaun pengantin berwarna putih dan menangkap bayangannya di cermin besar di kamarnya, hatinya pedih. Ia juga malu. Ia tidak sesuci seperti warna gaunnya. Ia telah hamil sebelum mengucapkan janji pernikahan. Alisa menekan tangan kanannya ke perut. Telapak tangannya saat itu terasa lembap. Ia berharap saat ini ia sedang bermimpi. Tetapi aroma buket bunga gardenia dan mawar di tangan kirinya membuatnya sadar. Bau wangi itu nyata, senyata apa yang terjadi sekarang pada dirinya.
Rumah tangga ternyata tidak sesederhana yang Alisa pikirkan. ia sering mendapat perlakuan tak mengenakkan dari Adam, teman hidupnya. Sampai suatu ketika ada secercah empati yang terulur ke arahnya. Dari seorang lelaki yang pernah menorehkan sejarah dalam hidupnya. Bersediakah Alisa menerimanya?
Rumah tangga ternyata tidak sesederhana yang Alisa pikirkan. ia sering mendapat perlakuan tak mengenakkan dari Adam, teman hidupnya. Sampai suatu ketika ada secercah empati yang terulur ke arahnya. Dari seorang lelaki yang pernah menorehkan sejarah dalam hidupnya. Bersediakah Alisa menerimanya?
Review
Mungkin pembaca blog yang pernah baca review saya tentang Mahogany Hills, bertanya - tanya kenapa saya mau baca novel tentang pernikahan, lagi. Ehm, saya bukannya anti novel pernikahan kok, atau yang sinetron banget ala Mahogany Hills itu (dan alasan saya ilfil sama novel itu, sudah jelas di review saya :P). Saat Mbak Evi menawarkan novel ketiganya, 'Till It's Gone, yang bergenre domestic romance (saya jadi tahu apa artinya, setelah bertanya pada beliau :O) untuk direview, saya setuju setelah membaca sinopsisnya. Karena apa yang ditawarkan Till It's Gone cukup berbeda dengan Mahogany Hills.
Prolog dari 'Till It's Gone sendiri sudah membuat saya cukup tertarik. Adegan seorang anak bernama Kevin yang ketakutan bertemu dengan ayahnya sendiri, dan berusaha berlindung kepada ibunya, Alisa yang juga merupakan tokoh utama novel ini. Cerita pun diawali dengan kegaduhan di rumah Alisa dan suaminya, Adam. Betapa Adam adalah pria yang sangat ringan tangan dan emosional, sampai - sampai Kevin trauma (kalau saya, mungkin udah saya tendang Adam ini X) ). Alisa sendiri berusaha mempertahankan rumah tangganya, karena rasa cintanya pada Adam. Yang bikin saya heran dong ya, disakitin secara fisik sampai kayak gitu, kenapa masih mau bertahan? Cuma karena cinta pula? Ehm, saya sih tahu yah, kalau karena cinta, cewe kadang masih mau bertahan walau disakitin (kalau saya sih, cuma sakit hati aja kok. Dikit , dan abis itu baikan lagi :P). Sahabat Alisa, Hesti sampai gemas dengan keadaan Alisa. Orangtua Alisa juga tak kalah khawatirnya dengan nasib putri mereka dan sang cucu. Sampai kemudian, laki - laki dari masa lalu Alisa, yaitu Frans datang.
Siapakah Frans ini? Mengapa dia begitu perhatian sama Alisa, dan terutama juga Kevin? Disinilah saya acungi jempol pada Mbak Evi, karena menyelipkan sedikit twist. Bukan twist yang menurut saya "wow", tapi membuat beberapa bagian dari buku ini jadi "make sense" buat saya, walau beberapa juga menimbulkan pertanyaan baru. Dari situ kita tahu kenapa Frans meninggalkan Indonesia dan pergi ke Belanda, apa hubungannya dengan Alisa dan juga Kevin. Kita lalu diajak oleh pengarangnya menelusuri masa lalu Alisa. Karena sudah ada bocorannya di sinopsis, pembaca akan tahu bahwa Alisa ini awalnya menikah karena hamil. MBA, Married by Accident istilahnya. Dimana pada saat masih SMA, Alisa adalah cewek yang shallow, hanya memperhatikan penampilan, egois dan semaunya sendiri. Dari sini juga pembaca akan tahu apa hubungan Alisa, Adam dan Frans pada masa SMA, yang nantinya akan mengubah jalan hidup mereka bertiga. Saya sih ga akan spoiler, biar calon pembaca jadi penasaran :P.
'Till It's Gone sangat tipis, hanya 170 halaman, yang menurut saya beberapa bagiannya sebenarnya bisa dikembangkan dan beberapa pertanyaan yang mengganjal bisa terjawab. Dari segi penulisan Mbak Evie, saya rasa masih kurang matang. Terutama saat menceritakan masa lalu Alisa di SMA, dan apa yang terjadi setelah Alisa menikah, hamil dan punya anak. Saya merasa kayak baca essai, alih - alih sebuah cerita. Tidak ada dialog sama sekali, pembaca cuma diberi deskripsi apa yang sedang terjadi. Menurut saya disinilah kekurangan terbesarnya. Padahal bagian tersebut menurut saya bisa dikembangkan dengan baik. Saya jadi curiga, apakah ada pembatasan halaman dari penerbitnya. Karena kalaupun ceritanya lebih di-explore (tanpa harus ditambah tema - tema cliche macam amnesia dll), saya yakin Till It's Gone akan lebih menarik.
Kekurangan yang lain, mungkin ada di Frans yang memanggil ayah dan ibu Alisa dengan sebutan "sir" dan "mam", yang bikin saya agak geli. I mean, kalau manggilnya karena kebiasaan lama tinggal di luar negeri, masih ga masalah ya. Cuma Frans ini sudah manggil seperti itu sejak masa SMA, jadinya saya merasa aneh :| . Lalu adanya tema yang sedikit basi, dimana Alisa ini anak orang kaya, dimana orang tuanya ketua yayasan SMA dia dan juga tinggal di Pondok Indah. Ehm, saya sebenarnya pengen baca kisah orang yang biasa - biasa aja sih. Bahasanya sendiri campuran bahasa baku dan gaul, yang bagi saya masih enak - enak aja dibaca, namun ada beberapa penulisan yang membuat dahi saya berkerut. Walau bukan ahli bahasa, ada beberapa kalimat yang agak ga enak dibaca, seperti pemenggalan kata yang kurang tepat, salah tulis dll. Bagusnya sih, buku ini nyaris tidak ada typonya :).
Di balik kekurangannya, Mbak Evie bisa menjelaskan dengan cukup bagus mengenai masalah rumah tangga, terutama kekerasan dalam rumah tangga. Alasan utama saya kurang suka sama Mahogany Hills adalah karena ceritanya yang terlalu sinetron (amnesia, pemaksaan kehendak, perjodohan, dll). Sementara Till It's Gone cukup realistis (walau ya, rasa sinetronnya masih ada), sehingga walau bikin saya cukup emosi akan perlakuan Adam kepada Alisa, tidak lantas bikin saya mau lempar buku ini (lagian saya juga bacanya di kantor :P) . Kekerasan dalam rumah tangga sudah jamak terjadi saat ini, dan terkadang istri juga tidak mau melawan. Karena cinta, karena tidak mau membuat keluarga khawatir, dan juga untuk melindungi buah hati. Disinilah kelebihan yang saya liat di Till It's Gone. Pernikahan itu ga berhenti setelah kita ijab kabul, resepsi dan bulan madu. Justru kehidupan baru dimulai loh. Saya sendiri meyakini bahwa cinta saja tidak cukup dalam kehidupan berumah tangga, karena yang terpenting adalah komitmen. Cinta sendiri nantinya akan bertransformasi menjadi rasa sayang dalam keluarga. Tidak cinta sama pasangan? Ada pepatah yang berbunyi "witing tresna jalaran saka kulina" (sayang di buku ini kurang kata "witing" ini ^^), artinya cinta datang karena terbiasa. Kalau boleh jujur, semasa pacaran dulu saya ga cinta sama suami saya saat ini (alias cuma pengen tahu rasanya pacaran XD). Tapi toh lama - lama rasa itu tumbuh juga, dan itulah kenapa setelah 6,5 tahun kemudian kami memutuskan untuk menikah :').
Nilai tambah dari buku ini adalah kemasannya yang cukup menarik. Bab - bab didalamnya diberi judul, dan juga ada hiasan berwarna yang membuatnya jadi manis. Di bagian belakang buku, dilampirkan juga pendapat beberapa pembaca tentang arti pernikahan. Selain itu, akhir ceritanya yang menurut saya ga basi dan ga bikin saya pengen memutar mata juga menambah nilai lebih Till It's Gone :)
Prolog dari 'Till It's Gone sendiri sudah membuat saya cukup tertarik. Adegan seorang anak bernama Kevin yang ketakutan bertemu dengan ayahnya sendiri, dan berusaha berlindung kepada ibunya, Alisa yang juga merupakan tokoh utama novel ini. Cerita pun diawali dengan kegaduhan di rumah Alisa dan suaminya, Adam. Betapa Adam adalah pria yang sangat ringan tangan dan emosional, sampai - sampai Kevin trauma (kalau saya, mungkin udah saya tendang Adam ini X) ). Alisa sendiri berusaha mempertahankan rumah tangganya, karena rasa cintanya pada Adam. Yang bikin saya heran dong ya, disakitin secara fisik sampai kayak gitu, kenapa masih mau bertahan? Cuma karena cinta pula? Ehm, saya sih tahu yah, kalau karena cinta, cewe kadang masih mau bertahan walau disakitin (kalau saya sih, cuma sakit hati aja kok. Dikit , dan abis itu baikan lagi :P). Sahabat Alisa, Hesti sampai gemas dengan keadaan Alisa. Orangtua Alisa juga tak kalah khawatirnya dengan nasib putri mereka dan sang cucu. Sampai kemudian, laki - laki dari masa lalu Alisa, yaitu Frans datang.
Siapakah Frans ini? Mengapa dia begitu perhatian sama Alisa, dan terutama juga Kevin? Disinilah saya acungi jempol pada Mbak Evi, karena menyelipkan sedikit twist. Bukan twist yang menurut saya "wow", tapi membuat beberapa bagian dari buku ini jadi "make sense" buat saya, walau beberapa juga menimbulkan pertanyaan baru. Dari situ kita tahu kenapa Frans meninggalkan Indonesia dan pergi ke Belanda, apa hubungannya dengan Alisa dan juga Kevin. Kita lalu diajak oleh pengarangnya menelusuri masa lalu Alisa. Karena sudah ada bocorannya di sinopsis, pembaca akan tahu bahwa Alisa ini awalnya menikah karena hamil. MBA, Married by Accident istilahnya. Dimana pada saat masih SMA, Alisa adalah cewek yang shallow, hanya memperhatikan penampilan, egois dan semaunya sendiri. Dari sini juga pembaca akan tahu apa hubungan Alisa, Adam dan Frans pada masa SMA, yang nantinya akan mengubah jalan hidup mereka bertiga. Saya sih ga akan spoiler, biar calon pembaca jadi penasaran :P.
'Till It's Gone sangat tipis, hanya 170 halaman, yang menurut saya beberapa bagiannya sebenarnya bisa dikembangkan dan beberapa pertanyaan yang mengganjal bisa terjawab. Dari segi penulisan Mbak Evie, saya rasa masih kurang matang. Terutama saat menceritakan masa lalu Alisa di SMA, dan apa yang terjadi setelah Alisa menikah, hamil dan punya anak. Saya merasa kayak baca essai, alih - alih sebuah cerita. Tidak ada dialog sama sekali, pembaca cuma diberi deskripsi apa yang sedang terjadi. Menurut saya disinilah kekurangan terbesarnya. Padahal bagian tersebut menurut saya bisa dikembangkan dengan baik. Saya jadi curiga, apakah ada pembatasan halaman dari penerbitnya. Karena kalaupun ceritanya lebih di-explore (tanpa harus ditambah tema - tema cliche macam amnesia dll), saya yakin Till It's Gone akan lebih menarik.
Kekurangan yang lain, mungkin ada di Frans yang memanggil ayah dan ibu Alisa dengan sebutan "sir" dan "mam", yang bikin saya agak geli. I mean, kalau manggilnya karena kebiasaan lama tinggal di luar negeri, masih ga masalah ya. Cuma Frans ini sudah manggil seperti itu sejak masa SMA, jadinya saya merasa aneh :| . Lalu adanya tema yang sedikit basi, dimana Alisa ini anak orang kaya, dimana orang tuanya ketua yayasan SMA dia dan juga tinggal di Pondok Indah. Ehm, saya sebenarnya pengen baca kisah orang yang biasa - biasa aja sih. Bahasanya sendiri campuran bahasa baku dan gaul, yang bagi saya masih enak - enak aja dibaca, namun ada beberapa penulisan yang membuat dahi saya berkerut. Walau bukan ahli bahasa, ada beberapa kalimat yang agak ga enak dibaca, seperti pemenggalan kata yang kurang tepat, salah tulis dll. Bagusnya sih, buku ini nyaris tidak ada typonya :).
Di balik kekurangannya, Mbak Evie bisa menjelaskan dengan cukup bagus mengenai masalah rumah tangga, terutama kekerasan dalam rumah tangga. Alasan utama saya kurang suka sama Mahogany Hills adalah karena ceritanya yang terlalu sinetron (amnesia, pemaksaan kehendak, perjodohan, dll). Sementara Till It's Gone cukup realistis (walau ya, rasa sinetronnya masih ada), sehingga walau bikin saya cukup emosi akan perlakuan Adam kepada Alisa, tidak lantas bikin saya mau lempar buku ini (lagian saya juga bacanya di kantor :P) . Kekerasan dalam rumah tangga sudah jamak terjadi saat ini, dan terkadang istri juga tidak mau melawan. Karena cinta, karena tidak mau membuat keluarga khawatir, dan juga untuk melindungi buah hati. Disinilah kelebihan yang saya liat di Till It's Gone. Pernikahan itu ga berhenti setelah kita ijab kabul, resepsi dan bulan madu. Justru kehidupan baru dimulai loh. Saya sendiri meyakini bahwa cinta saja tidak cukup dalam kehidupan berumah tangga, karena yang terpenting adalah komitmen. Cinta sendiri nantinya akan bertransformasi menjadi rasa sayang dalam keluarga. Tidak cinta sama pasangan? Ada pepatah yang berbunyi "witing tresna jalaran saka kulina" (sayang di buku ini kurang kata "witing" ini ^^), artinya cinta datang karena terbiasa. Kalau boleh jujur, semasa pacaran dulu saya ga cinta sama suami saya saat ini (alias cuma pengen tahu rasanya pacaran XD). Tapi toh lama - lama rasa itu tumbuh juga, dan itulah kenapa setelah 6,5 tahun kemudian kami memutuskan untuk menikah :').
Nilai tambah dari buku ini adalah kemasannya yang cukup menarik. Bab - bab didalamnya diberi judul, dan juga ada hiasan berwarna yang membuatnya jadi manis. Di bagian belakang buku, dilampirkan juga pendapat beberapa pembaca tentang arti pernikahan. Selain itu, akhir ceritanya yang menurut saya ga basi dan ga bikin saya pengen memutar mata juga menambah nilai lebih Till It's Gone :)
Verdict?
Buku ini cocok untuk kamu yang ingin mencari bacaan ringan, walau saya ga akan bilang kalau Till It's Gone adalah buku yang simpel, karena ceritanya lebih dari itu. Recommended juga untuk kamu yang ingin tahu serba serbi kehidupan rumah tangga, sekalian buat siap - siap deh :D.
Rating Cerita
Mbak Ren ada curhat colongan =))
BalasHapusemang sih mbak, dari penerbit itu bukunya tipis-tipis semua. Paling banyak hanya 200halaman lebih sedikit.
Sempet baca beberapa halaman buku ini di Gramed, tapi karena lagi gak minat baca buku tentang pernikahan, jadinya enggak beli =))
Hahaha, kalau ada hubungannya ma diri ini, emang jatuhnya jadi curcol sih :))
HapusAku liat di bagian belakang bukunya juga dari penerbitnya mensyaratkan panjang naskah kurang lebih 150 halaman. Dikit sekali ya .___.
jadi penasaran sama cerita dan twistnya. :D
BalasHapus